CUCU KESAYANGAN NENEK (1)

Alana memarkir sepedanya di halaman rumah dan bergegas memasuki rumah menuju ke kamar mandi. Seorang  wanita tua berumur sekitar 70 tahun yang berada di dapur terkejut melihat kedatangannya yang pulang dengan pakaian yang sangat kotor dan wajah berantakan. Namanya nenek Mira, wanita yang merawat Alana sejak berumur 7 tahun setelah putri dan menantunya yang merupakan orang tua Alana meninggal dunia karena kecelakaan.

    "Eh.. kenapa cucu nenek cepat sekali pulangnya dan kotor begini?" tanyanya cemas dan menghentikan pekerjaannya memotong sayuran.

    "Aku tidak jadi mengantar baju ke rumah nenek Ranita, Nek.. tadi ada mobil menciprati air kubangan dan aku terjatuh, nek..." sahut Alana sambil menutup pintu kamar mandi.

    "Astaga, apakah kamu terluka, nak?" tanya nenek Mira.

    "Yah, tangan dan kakiku agak sakit,nek.. " jawab Alana.

    Alana segera mandi dan keramas, tidak lama kemudian ia sudah keluar dalam keadaan bersih dan wangi. Ia merebahkan diri di kursi ruang tamu sambil menggosok rambutnya yang basah dengan handuk. Nenek menghampirinya dan membawakan segelas teh panas.

    "Minumlah," ujar nenek sambil meletakkan teh panas itu di meja. Alana menatap teh panas itu dengan wajah berseri dan berkata, "Hmm... enak sekali habis mandi kedinginan sudah dibuatkan teh panas. Nenek memang paling baik sedunia.."

    Nenek menatap Alana yang begitu menikmati tehnya. Cucunya yang jarang mengeluh, selalu rajin membantunya seakan mengerti kalau ia sedang menitipkan dirinya dalam asuhannya.

    "Apakah mobil yang menyipratimu berhenti?" tanya nenek Mira. Alana mengangguk, lalu wajahnya tersenyum berseri - seri sambil bercerita, "Ternyata dia adalah seorang pemuda tampan, nek. Dia membantuku berdiri dan mau memberiku uang, tapi aku menolaknya dan kutinggalkan begitu saja. Habis aku malu banget sudah basah dan kotor di hadapannya. Wajah dan rambutku juga penuh air campur lumpur.. lagian aku sempat terkejut karena terpesona melihat wajahnya, hehe... semoga dia gak menyadarinya, ya, nek.."

    Nenek Mira terkesima memperhatikannya, bukannya mengomel dia malah bercerita dengan ceria tentang orang yang sudah mencelakainya, batin nenek Mira.

    "Eeh.. cucu nenek jatuh cinta pada pandangan pertama rupanya.." ujar nenek sambil menggelengkan kepalanya, "tapi cinta pada pandangan pertama itu hanya sesaat, lebih baik mendapatkan cinta yang sejati, bukan?"

    "Ah nenek serius sekali, sih... Tapi dia benar - benar keren, nek. Seperti yang di film - film, loh.. Hm, kira - kira dia mau berkunjung ke rumah siapa, ya? Apakah dia punya saudara di desa ini, ya.." Alana terus berceloteh.

    "Sudah, jangan diingat... paling juga tidak bertemu lagi.."  potong nenek Mira.  Alana cemberut. Moodnya jadi hilang karena neneknya tampak tidak antusias mendengar ceritanya. Suasana hening sejenak. Nenek Mira menghela nafas panjang.

    "Alana, kamu sudah berumur 20 tahun.. Dan nenek sudah semakin tua, tidak mungkin bisa mendampingimu terus.." tiba - tiba nenek berkata dengan sangat serius.

    "..Nenek ini bicara apa, jangan bicara yang sedih begitu...Apa maksud nenek?" potong Alana.

    "Sebenarnya nenek sudah menyiapkan jodoh untuk kamu.." sahut nenek Mira tenang tapi tegas. Mata Alana langsung terbelalak kaget, bagai ada petir yang menggelegar di telinganya.

    "Ah, nenek jangan bercanda.." ujarnya kesal.

    "Nenek tidak bercanda, nak. Percayalah pada nenek, ini semua demi kebaikanmu. Dan jodoh yang nenek siapkan tidak main - main, dia bukan orang sembarangan dan dia juga masih muda. Kamu tidak perlu khawatir, nak.." ujar nenek Mira sambil tersenyum, lalu melanjutkan kalimatnya, "Nenek yakin kamu pasti menyukainya, dia tidak akan kalah dari pemuda yang menciprati kamu tadi. Nenek sudah pernah melihat fotonya, dia tampan sekali."

    Alana terdiam. Baru saja dia mempunyai figur pria idamannya, bahkan sempat terbersit keinginan untuk bertemu dengan pemuda itu lagi. Kini ia sudah dibayangi dengan perjodohan yang seakan merusak kebahagiaannya nanti.

    "Alana, kamu tahu nenek sebenarnya punya penyakit yang sulit disembuhkan, setiap saat bisa saja nenek pergi meninggalkan kamu.." ujar nenek Mira pelan dan menatap Alana dengan penuh harap.

    "Cukup, nek. Jangan bicara yang aneh - aneh lagi.. Lebih baik berdoa agar nenek panjang umur. Alana hanya punya nenek.." potong Alana sambil meneteskan air mata.Setiap kali nenek Mira membicarakan penyakitnya, terasa tercekat tenggorokan Alana.

    "Kamu tahu dengan siapa kamu akan dijodohkan?" tanya nenek Mira. Alana menatap wajah nenek Mira.

    "Jangan - jangan dengan cucu nenek Ranita? Beliau sering meledekku ingin menjadikan cucu menantunya.." tebak Alana. Wajah nenek Mira langsung berseri, kelihatan bersemangat sekali dan menjawab, "Iya, tentu saja, nak." Alana terdiam tak dapat berkata - kata selain mendengarkan neneknya melanjutkan ceritanya.

    "Ranita baru kembali ke desa ini seminggu yang lalu karena mendengar kabar nenek sakit. Kau tahu kan kalau sejak kecil kami bersahabat, menjahit bersama, hingga akhirnya beliau merintis karirnya di kota dan menjadi sukses. Puluhan tahun kami tidak bertemu, seakan sudah saling melupakan. Nenek tidak menyangka dia akan kembali, karena katanya bisnisnya sudah dijalankan oleh cucu laki - lakinya itu.." cerita nenek Mira.

    "Tunggu.. nenek tidak menyetujui hanya karena cucu nenek Rinata sukses kan.." potong Alana.

    "Tentu saja tidak. Karena ada ikatan persahabatan yang kuat dan tulus antara nenek dengan Ranita, nenek percaya padanya seratus persen. Dia bercerita cucunya sangat penurut, pandai dan baik. Dia bernasib sama denganmu. Ditinggalkan kedua orang tuanya dan diasuh oleh Ranita sejak kecil. Itulah sebabnya kami merasa kalian berjodoh, terlebih kami yakin kalian bisa saling menerima karena dia tampan, kamu juga cantik, nak..." jelas nenek Mira. Alana menunduk. Ia tahu tidak akan bisa menolak perjodohan ini. Neneknya adalah segalanya baginya, apalagi perjodohan ini adalah harapan terbesarnya.

    "Ya sudah, nenek lega sudah mengatakan ini padamu. Baju ini biar nenek yang antar ke rumah Ranita, nenek akan minta antar tetangga. Kamu istirahat dulu saja untuk pemulihan. Itu obat gosoknya ada di atas almari, gosokkan ke tangan dan kakimu yang sakit.." ujar nenek Mira sambil beranjak meninggalkan Alana yang masih terdiam terpaku. Sejenak kemudian Alana mengambil obat gosok dan menggosokkan ke kaki dan tangannya yang mulai terasa kaku. Wajah pemuda tadi terlintas lagi di benaknya, hanya mimpi, gumamnya sambil tersenyum pahit.

Terpopuler

Comments

Vanne Mcguire

Vanne Mcguire

Gila seru!

2025-09-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!