Episode 2 Teror Part I

Menjelang malam, semua orang mulai masuk ke rumah masing-masing. Jasad Sukmo tidak dikuburkan, melainkan mereka buang ke hutan dan berharap binatang buas akan memakan jasad Sukmo. Menurut warga, Sukmo tidak layak untuk dimakamkan karena dia sudah melakukan hal yang keji dan biadab.

Malam ini Vania dan Basir sedang makan malam bersama. Masakan sederhana itu terasa nikmat untuk mereka. "Kang, aku boleh tanya sesuatu gak?" celetuk Vania.

"Kalau nanyain perihal yang tadi siang, Akang gak bakalan jawab," sahut Kang Basir dingin.

"Kenapa Akang seperti itu? bahkan Akang terlihat biasa-biasa saja melihat kejadian itu?" tanya Vania penasaran.

"Akang sudah bilang jangan kepo, itu bukan urusan kamu," tegas Kang Basir.

Vania langsung diam seribu bahasa. Dia tidak mau bertanya lagi, karena melihat wajah Basir yang sudah tidak bersahabat itu membuat Vania takut. Setelah selesai makan, Vania pun ke dapur mencuci dan membereskan bekas makan mereka berdua.

Basir duduk di kursi sembari mengintip dari balik kaca. "Semoga malam ini tidak terjadi apa-apa," batin Kang Basir.

Sebenarnya Basir sudah tahu dengan apa yang dikatakan oleh arwah Sukmo tapi dia pura-pura tidak melihat karena dia tidak mau adiknya banyak tanya. Basir tahu siapa Sukmo dan dia memilih untuk diam. Waktu sudah menunjukan pukul 23.00 malam, tiba-tiba Vania terbangun karena mendengar sesuatu.

"Suara apa itu?" batin Vania.

Terdengar suara langkah yang diseret. Malam itu sudah sangat sepi makanya suara bisikan pun sepertinya akan terdengar jelas saking sunyi dan sepinya. Vania memang diberi kelebihan bisa melihat dan merasakan kedatangan makhluk tak kasat mata tapi kelebihan itu bukan semata-mata diberikan dari Allah melainkan dari Kakek buyutnya yang dengan sengaja menurunkan ilmu itu.

Perlahan Vania bangkit dari tidurnya dan turun dari ranjang. Dia menuju jendela kaca di dalam kamarnya dan mengintip dari balik gorden. Vania celingukan ke sana ke mari tapi sayang Vania tidak melihat siapa pun.

"Tidak ada siapa-siapa kok," gumam Vania.

Vania pun hendak kembali ke atas ranjangnya, tapi baru saja dua langkah suara langkah diseret kembali terdengar. Malah sekarang terdengar dengan sangat jelas. Vania kembali membalikan tubuhnya dan mengintip lagi dari balik jendela kaca.

Tapi kali ini Vania benar-benar lihat dan Vania sangat terkejut. "Bukanya itu Kakek yang tadi siang digantung oleh warga?" gumam Vania kaget.

Vania melihat tubuh kakek itu baik-baik saja, tapi jalannya terlihat diseret. Kakek itu berjalan pelan menuju rumah warga, entah apa yang akan Kakek itu lakukan. Pada saat Kakek itu berada tepat di depan jendela kamar Vania, dia sempat berhenti dan menoleh ke arah jendela sontak Vania segera menutup gordennya dengan napas ngos-ngosan.

"Kenapa dia kembali lagi? aku yakin kalau itu arwahnya si Kakek bukan manusia," gumam Vania panik.

Wajahnya sudah dipenuhi dengan keringat. Dia yakin jika akan terjadi sesuatu malam itu. "Bagaimana ini? masa aku harus bangunin Kang Basir," batin Vania.

Malam itu, Vania tidak bisa tidur sama sekali bahkan sampai subuh. Mendengar suara adzan, Vania pun bergegas ke air mengambil air wudhu dan melakukan shalat subuh. Sedangkan Basir, seperti biasa dia akan pergi ke mesjid untuk shalat subuh berjama'ah.

Selesai shalat subuh, Basir dan yang lainnya kaget mendengar teriakan seorang wanita. Mereka pun bergegas mencari suara teriakan itu dan ternyata Ida berlari menuju mesjid dengan deraian air mata.

"Tolong, suami saya," ucap Ida dengan tangan bergetar.

"Suami Bi Ida kenapa?" tanya Kang Basir.

Ida tidak bisa menjawab, napasnya tampak ngos-ngosan dan tubuhnya bergetar hebat seperti ketakutan. "Ya, sudah sekarang kita ke rumah Bi Ida sekarang," ucap Kang Basir.

Semua warga pun bergegas ke rumah Ida, Basir masuk ke dalam rumah. Seketika Basir membelalakkan matanya saat melihat suami Ida sudah meninggal dengan posisi menggantung di depan pintu kamarnya sendiri. Kondisi suami Ida melotot dengan lidah yang menjulur.

"Inalillahi," ucap Kang Basir dan diikuti oleh semua warga.

Basir menyuruh Pak RT untuk menghubungi Polisi. Tidak membutuhkan waktu lama, polisi pun datang dan memeriksa beberapa orang yang ada di lokasi. Basir terdiam, dia seperti mengetahui sesuatu.

Polisi pun menurunkan jasad suami Ida dan pagi itu suasana kampung menjadi rusuh bahkan beritanya sudah sampai di telinga Vania. "Ya, Allah Mang Wawan meninggal," gumam Vania.

Vania merasa ada yang ganjil dengan kematian Wawan. Sehingga sekilas dia ingat kejadian kemarin, jika Wawan adalah orang yang paling vokal menghakimi kakek itu. Bahkan dia terlihat memprovokasi masyarakat di sana untuk segera menggantung si kakek.

Vania menyambungkan cerita itu dengan kejadian tadi malam yang melihat arwah si kakek berjalan dengan menyeret kakinya. "Apa ini suatu kebetulan, atau memang ada kesengajaan?" batin Vania.

Vania benar-benar di buat bingung dengan kejadian ini. Bahkan dia semakin yakin kalau arwah si kakek benar-benar membuktikan ucapannya kalau dia akan meneror kampung itu. Tidak la kemudian, Basir pulang mengagetkan Vania yang masih sibuk dengan pikirannya.

"Assalamualaikum."

"Eh, waalaikumsalam," sahut Vania gugup.

"Kamu kenapa, Dek? pagi-pagi sudah melamun?" tanya Kang Basir.

"Enggak apa-apa, Kang Basir baru pulang dari rumah Mang Wawan?" ucap Vania.

"Iya, tapi Akang mau ke sana lagi, mau ikut mengurus jasad Mang Wawan," sahut Kang Basir.

"Kang, apa ini ada hubungannya dengan kematian si kakek kemarin? soalnya tadi malam Vania lihat arwah si kakek berjalan di kampung ini tapi Vania gak tahu dia mau ngapain," ucap Vania.

Seketika Basir menoleh ke arah Vania. "Maksud kamu apa? tadi malam kamu melihat arwah kakek itu?" tanya Kang Basir.

Vania mengangguk. "Vania juga ingat terus dengan ucapan si kakek itu, katanya kita harus segera pindah dari kampung ini," ucap Vania.

Basir terdiam sekejap, lalu dia pun berganti baju dan membawa cangkul karena dia juga mau sekalian bantu menggali makam untuk Wawan. "Tunggu Kang, Vania juga mau takziah ke rumah Bi Ida," ucap Vania.

"Ok."

Akhirnya Vania dan Basir pun pergi ke rumah Ida. Vania mengerutkan keningnya kala masuk ke dalam rumah Ida dan suasana di dalam rumah sangat sesak dan tidak enak. Memang Vania akan merasa sesak dan tidak enak jika akan melihat arwah. "Jangan bilang di sini ada arwah gentayangan," batin Vania.

Sementara itu, Basir sedang memandikan jasad Wawan. Basir bisa melihat dari ujung matanya jika tidak jauh dari tempat pemandian ada sosok arwah si kakek. Basir berusaha tidak memperdulikan arwah itu, dia tidak mau berurusan dengan arwah si kakek.

"Maafkan saya, terima kasih kamu tidak ikut menghakimi saya."

Suara Sukmo mendengung di telinga Basir membuat Basir sedikit memejamkan matanya. Semua Arwah tidak ada yang berani mendekat kepada Basir, karena ada sebuah kekuatan besar yang melindungi Basir. Yang jadi pertanyaannya, kenapa arwah Sukmo meminta maaf kepada Basir.

Terpopuler

Comments

Naysila mom's arga

Naysila mom's arga

bawa sembara pergi juga kang basir 🤣🤣🤣biar dia tidak kepoo

2025-09-23

1

⧗⃟ᷢʷ§𝆺𝅥⃝©⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ ⍣⃝🦉ꪻ꛰͜⃟ዛ༉

⧗⃟ᷢʷ§𝆺𝅥⃝©⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ ⍣⃝🦉ꪻ꛰͜⃟ዛ༉

ada enaknya ada tidak enaknya diberi kelebihan seperti kang basir dan vania

2025-09-24

0

KC~

KC~

Sukmo tau mana yg bakalan jadi targetnya makanya nyuruh Vania pindah

2025-10-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!