NovelToon NovelToon

Dokter Santika Kesayangan Mafia Kejam, Lumpuh Dan Dingin

Awal Mula

Sepasang suami istri memiliki seorang putri bernama Santika di mana saat itu Santika masih berumur lima tahun kurang satu hari.

Santika kecil sangat cantik, pintar dan suka membantu Ibunya, maklum saat itu mereka hidup serba kekurangan. Santika sama sekali tidak pernah mengeluh dan iri hati melihat teman-temannya setiap hari jajan selain itu setiap liburan mereka selalu pergi jalan-jalan.

Bagi Santika kecil kasih sayang tulus dari orang tuanya sudah cukup untuk Santika. Hal itu membuat orang tua Santika sangat bahagia memiliki putri seperti Santika.

Namun keesokan harinya di mana saat itu Santika merayakan ulang tahun bersama orang tuanya, tiba-tiba datang Neneknya dari Ayahnya yang sangat membenci Santika.

"Untuk apa merayakan ulang tahunnya?" tanya Nenek Tua yang bernama Nenek Bandot sambil memegang tongkat dengan nada ketus.

"Bu, kenapa Ibu datang-datang langsung marah-marah? Apalagi Santika adalah putri kami dan kebetulan sedang berulang tahun jadi apa salahnya kalau kami sebagai orang tuanya merayakannya?" Tanya anaknya yang bernama Ayah Rese.

"Apa yang dikatakan suamiku memang benar. Lebih baik Ibu istirahat dulu atau sama-sama merayakan ulang tahun cucu Ibu." Ucap Ibu Risih.

Flash Back On

Ibu Risih selalu bersabar menghadapi sikap ketus Ibu Mertuanya. Hal ini dikarenakan waktu suaminya ingin menikahinya, orang tuanya tidak setuju namun suaminya akan mengancam bunuh diri jika mereka berdua tidak di restui.

Hingga akhirnya ke dua orang tua Ayah Rese terpaksa menyetujui mereka untuk menikah. Setelah mereka resmi menikah, Ibu mertuanya memperlakukan Ibu Risih semena-mena dan menganggapnya sebagai seorang pelayan.

Suaminya yang mengetahui hal itu langsung menegur Ibunya untuk tidak memperlakukan istrinya semena-mena.

Awalnya Ibunya tidak menggubris perkataan putra sulungnya namun karena di ancam di tambah suaminya sering membela menantunya membuat Nenek Bandot semakin membenci menantunya.

Nenek Bandot dengan sangat terpaksa merubah perlakukannya terhadap Ibu Risih namun sifat ketusnya tidak pernah hilang.

Sedangkan Ibu Risih selalu bersabar dengan perkataan Nenek Bandot yang sangat ketus jika Nenek Bandot berbicara dengan Ibu Risih.

Ayah Rese yang ingin protes dengan perkataan ketus Ibunya membuat istrinya melarangnya karena dirinya tidak ingin bertengkar hanya karena masalah sepele. Akhirnya Ayah Rese menuruti apa yang di minta oleh istrinya karena sejujurnya dirinya sangat lelah jika mesti bertengkar dengan Ibunya.

Hingga dua bulan kemudian Ibu Risih hamil, suaminya tentu saja sangat senang. Ayah Rese yang sejak lama memendamnya langsung mengatakan ke Ibunya untuk tidak mengatakan ketus ke istrinya mengingat sekarang istrinya sedang hamil.

Nenek Bandot hanya menganggukkan kepalanya sambil menahan amarah yang teramat sangat dan kebencian yang sangat mendalam terhadap Ibu Risih.

Ibu Risih sangat senang melihat perubahan Ibu mertuanya hingga delapan bulan kurang seminggu Ibu Risih melahirkan seorang putri.

Nenek Bandot yang mengetahui menantunya melahirkan seorang putri membuat Nenek Bandot memarahi menantunya karena melahirkan bayi perempuan. Ayah Rese yang mendengar Ibunya memarahi istrinya langsung membelanya.

Hingga pada akhirnya Ayah Rese mengatakan akan pergi bersama istri dan putrinya dari rumah milik orang tuanya yang selama bertahun-tahun ditempati. Dari orang tuanya menikah sampai dirinya lahir hingga akhirnya menikah dan mempunyai anak.

Kakek Kupret sekaligus suami dari Nenek Bandot yang sangat pusing mendengar dan melihat istrinya selalu bertengkar dengan menantunya langsung menyetujui perkataan putra sulungnya.

Nenek Bandot yang ingin protes langsung mendapatkan tatapan tajam suaminya. Hal ini membuat Nenek Bandot hanya bisa menatap menantunya dengan tatapan kebencian.

Tiga hari setelah kejadian itu Ayah Rese mengajak istrinya dan putrinya yang masih bayi pergi dari rumah orang tuanya. Di mana mereka tinggal di rumah peninggalan milik orang tua dari Ibu Risih sampai sekarang.

Flash Back Off

"Ibu akan membuat dua pilihan untuk kalian." Ucap Nenek Bandot tanpa mempedulikan perkataan putra sulungnya dan juga menantunya.

"Pilihan apa, Bu?" Tanya mereka berdua dengan serempak sekaligus penasaran.

"Pertama : Ibu akan melupakan semua apa yang sudah terjadi pada masa lalu dan kalian bisa tinggal bersama kami lagi. Tapi dengan satu syarat kalian harus membuang anak kalian di hutan." Jawab Nenek Bandot sambil tersenyum jahat.

"Apa?" Tanya mereka dengan serempak dengan wajah sangat terkejut.

"Itu tidak mungkin. Lebih baik kami tinggal di sini dan hidup bahagia terlebih kami sangat menyayangi Santika." Ucap mereka dengan serempak dan dengan nada tegas sambil menahan amarahnya terhadap Nenek Bandot.

"Jika kalian menolaknya maka Ibu akan bunuh diri di depan kalian." Ancam Nenek Bandot sambil mengeluarkan pisau dari balik bajunya.

Di mana Nenek Bandot sudah menyiapkan pisau dapur ketika dalam perjalanan menuju ke rumah peninggalan milik orang tua Ibu Risih. Kemudian Ibu Bandot mengarahkan pisau tersebut ke arah dadanya membuat sepasang suami istri tersebut sangat terkejut.

"Pilihan kedua?" Tanya Ayah Rese yang tidak ingin Ibunya mati karena bunuh diri.

"Pilihan Ke dua : Jika istrimu melahirkan anak laki-laki maka semua warisan milik kami akan Ibu berikan untuk kalian tapi jika istrimu melahirkan anak perempuan lagi maka kami akan menjodohkanmu dengan mantan cinta pertamamu yang baru saja menjanda." Jawab Nenek Bandot tanpa punya perasaan.

Ayah Rese dan Ibu Risih saling menatap dengan tatapan terkejut terlebih Ayah Rese. Karena sampai sekarang Ayah Rese masih menyimpan perasaan terhadap mantan cinta pertamanya.

"Sayang, lebih baik kita buang saja putri kita di hutan." Ucap Ayah Rese setelah beberapa saat mereka terdiam.

("Jika putri kami di buang maka Aku ada kesempatan untuk menikah dengan cinta pertamaku." Sambung Ayah Rese yang tidak mungkin mengatakan itu di depan istrinya,

"Tapi ..." Ucapan istrinya terpotong oleh suaminya.

"Aku tidak ingin Ibuku bunuh diri terlebih selama ini Aku sangat lelah melihat kita bertengkar dengan Ibuku. Aku tidak ingin di cap sebagai anak durhaka karena membiarkan Ibuku bunuh diri." ucap suaminya.

"Apalagi selama ini kamu selalu menginginkan kehidupan yang lebih baik. Jadi jika kita tinggal bersama orang tuaku maka istriku tidak perlu lagi bekerja keras dan bisa belanja sepuas hati karena Aku akan menggantikan Ayahku sebagai direktur." Sambung Suaminya berusaha mempengaruhi istrinya.

"Ibu, Aku mohon jangan turuti permintaan Ayah dan Nenek. Lebih baik kita berdua tinggal di sini saja dan hidup bahagia." Ucap Santika yang sejak tadi mendengar percakapan orang dewasa dengan mata berkaca-kaca.

Walau Santika masih berumur lima tahun namun Santika mengerti apa yang mereka bicarakan. Dirinya sangat sedih karena Ayah kandungnya menyetujui permintaan gi*a Nenek Bandot.

"Kamu itu masih kecil tapi ikut campur urusan orang dewasa. Lebih baik kamu pergi dari sini dari pada kami buang di hutan." Ucap Nenek Bandot dengan nada satu oktaf.

Ibu Risih hanya terdiam karena sejujurnya dirinya sangat bingung mau melakukan apa yang dikatakan Ibu mertua dan suaminya atau tidak. Hingga beberapa saat Ibu Risih menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu berjalan ke arah Santika.

"Sayang, hari ini ulang tahunmu yang ke lima dan seperti biasa setiap ulang tahun Ibu atau Ayah atau kamu selalu pergi ke makam orang tua Ibu. Jadi kita bertiga pergi ke makam orang tua Ibu." Ucap Ibu Risih dengan nada lembut.

"Tapi kenapa Ayah tidak ikut?" Tanya Santika sambil menatap ke arah Ayahnya.

"Ayah menemani Nenek sekalian membujuk Nenek untuk tidak membuangmu, karena itu kita berdua saja yang pergi." Jawab Ibu Risih menjelaskan.

Santika yang sangat polos dan tidak mempunyai rasa curiga terhadap Ibu kandungnya hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Sedangkan Ibu Rese membungkukkan kepalanya kemudian menggendong Santika.

Ibu Risih kemudian berjalan ke arah Nenek Bandot dan Ayah Rese sambil menatap ke arah suaminya. Ibu Risih kemudian berbicara tanpa mengeluarkan suara.

Di mana Ibu Risih mengatakan untuk menunggu dirinya selama lima menit setelah itu nanti dirinya akan kembali seorang diri.

Nenek Bandot dan Ayah Rese yang mengerti langsung tersenyum bahagia karena Ibu Risih setuju dengan apa yang dikatakan Ibu Risih.

Sebenarnya Ayah Rese tidak tega membuang putri kandungnya namun karena Nenek bandot akan menikahkan dirinya dengan mantan cinta pertamanya. Jika seandainya istrinya melahirkan bayi perempuan lagi membuat Ayah Rese menutup mata hatinya.

"Ibu tahu kalau kamu masih mencintai mantan kekasihmu karena itu kamu langsung menyetujui permintaan Ibu." Ucap Nenek Bandot yang mengerti apa yang ada di pikiran putra sulungnya ketika melihat mereka berdua sudah pergi.

"Hehehehe ... " Tawa putranya.

"Kamu tenang saja, mantan kekasihmu tinggal di samping rumah kita dan kerja sebagai sekretarismu jadi setiap hari kamu bisa bertemu." Ucap Nenek Bandot.

"Ibuku memang yang terbaik." Puji putranya sambil memeluk Ibunya.

"Huh ... Selama bertahun-tahun kamu selalu membela istrimu dari pada Ibumu." Ucap Nenek Bandot dengan wajah yang terlihat sangat kesal.

"Maafkan Aku, Ibu. Aku terpaksa melakukan hal itu karena Aku sangat lelah jika mendengar Ibu bertengkar dengan istriku dan Aku sangat menyesal karena bertengkar dengan Ibu." Ucap putranya sambil melepaskan pelukannya.

"Huh ..." Dengus Ibunya dengan wajah yang terlihat masih kesal.

"Bu, Aku janji mulai sekarang dan seterusnya akan menuruti apa yang Ibu katakan asalkan Ibu melupakan apa yang terjadi beberapa tahun yang lalu." Ucap putranya.

"Awas kalau kamu tidak tepati maka mantan kekasihmu akan Ibu jodohkan dengan adikmu." Ancam Ibunya.

"Aku pasti akan tepati jadi Aku minta jangan jodohkan mantan kekasihku dengan adikku." Ucap putranya.

"Baiklah." Ucap Ibunya dengan singkat.

"Sekarang Ibu lapar jadi siapkan makanan untuk Ibu sambil menunggu kedatangan Risih." Sambung Ibunya.

"Baik. Kebetulan Risih sudah masak jadi kita bisa makan bersama." Ucap putranya.

Ibunya hanya menganggukkan kepalanya kemudian mereka berdua berjalan ke arah ruang makan. Tanpa menunggu kedatangan Ibu Risih, mereka berdua makan bersama hingga makanan yang ada di atas meja habis tanpa sisa sedikitpun.

Sedangkan di tempat yang berbeda di mana Ibu Risih dan Santika sudah berada di makam orang tuanya Ibu Risih.

Mereka berdua duduk berlutut lalu Santika berdoa dengan khusyuk sedangkan Ibu Risih menatap putri semata wayangnya dengan perasaan tidak menentu.

("Haruskah Aku membuang Santika dan meninggalkannya di hutan?" Tanya Ibu Risih).

("Tapi jika Aku menolaknya maka Ibu Mertuaku akan bunuh diri di tambah suamiku memintaku untuk membuangnya. Maka kemungkinan besar suamiku akan menceraikanku dan menikahi mantan kekasihnya." Ucap Ibu Risih sambil berpikir apa yang harus dilakukan).

Ibu Risih kemudian menatap ke arah putri semata wayangnya lalu menghembuskan nafasnya dengan kasar.

Selama menikah dengan suaminya, Ibu Risih selalu iri dengan teman-temannya yang di manja oleh suami dan ke dua mertuanya. Di tambah suami dan keluarga besar suaminya memberikan uang untuk berfoya-foya bersama teman-teman sosialitanya.

Teman-teman sosialitanya bergantian saling traktir dan ketika giliran Ibu Risih, Ibu Risih dengan sangat terpaksa meminjam uang pinjaman online agar dirinya dapat di terima oleh mereka.

("Tidak ... Tidak ... Lebih baik Aku buang saja anak ini. Aku tidak ingin bercerai karena Aku masih mencintai suamiku, apalagi Aku sudah sangat bosan jika hidup menderita." Ucap Ibu Risih).

("Jika Aku buang anak ini maka Aku bisa bersenang-senang bersama teman-temanku." Sambung Ibu Risih).

Keingiannya menjadi orang kaya dan bisa berfoya-foya membuat dirinya menutup mata hatinya. Dirinya sama sekali tidak peduli akan nasib putri semata wayangnya.

"Bu." Panggil Santika yang melihat Ibunya sedang melamun.

Hening

"Bu." Panggil ulang Santika sambil menggenggam tangan Ibunya.

"Ada apa?" Tanya Ibunya.

"Ibu tidak akan membuangku, kan?" Tanya Santika sambil menatap Ibunya dengan tatapan sendu.

"Tentu saja tidak." Jawab Ibunya membohongi Santika.

"Ayo kita pulang." Ajak Ibunya sambil berdiri.

Santika hanya menganggukkan kepalanya kemudian mereka berdua berdua berjalan. Hingga beberapa saat kemudian Ibu Risih dan Santika berjalan hampir melewati jurang.

Ibu Risih langsung tersenyum jahat kemudian Ibu Risih yang sejak tadi menggenggam tangan Santika langsung menarik tangannya dengan kasar.

Setelah itu Ibu Risih mendorongnya ke arah jurang tanpa punya perasaan bersalah. Santika yang belum ada persiapan tentu saja sangat terkejut sambil berteriak.

Santika berusaha mencari pegangan agar tidak terjatuh ke jurang hingga Santika tidak sengaja memegang akar pohon yang tumbuh di dinding jurang.

"Ibu! Kenapa Ibu tega melakukan ini padaku?" Tanya Santika sambil memegang akar pohon dengan menggunakan ke dua tangan mungilnya.

"Santika, Ibu melakukan ini karena Ibu sangat bosan hidup miskin jadi lebih baik kamu mati saja." Jawab Ibunya tanpa punya perasaan.

Selesai mengatakan hal itu Ibu Risih pergi meninggalkan Santika tanpa mempedulikan teriakan minta tolong.

Belum ada dua menit ke dua tangan mungil Santika tidak kuat menompang tubuhnya. Hal itu mengakibatkan Santika masuk ke dalam jurang bersamaan Santika tidak sadarkan diri.

Sedangkan di bawah jurang di mana seorang kakek yang bisa menguasai beberapa seni bela diri sedang mencari tanaman herbal di hutan yang belum pernah di sentuh oleh manusia.

Hingga beberapa saat kemudian kakek tersebut merasakan ada seseorang yang jatuh dari jurang. Hal itu membuatnya mendongak ke atas dan melihat seorang gadis kecil tersebut meluncur ke arah batu besar.

Tidak ingin terjadi sesuatu dengan gadis kecil tersebut membuatnya langsung melompat lalu menangkap tubuh mungil agar tubuhnya tidak menabrak batu besar.

Kakek tersebut kemudian berjalan ke arah pondok miliknya sambil menggendong gadis mungil tersebut yang masih tidak sadarkan diri dengan tubuh tergores luka.

Hingga Kakek tersebut melihat istrinya sedang duduk di teras sambil tersenyum menatap dirinya. Namun ketika melihat suaminya menggendong anak kecil membuatnya langsung berdiri dan berjalan ke arah suaminya.

"Suamiku, siapa gadis kecil ini?" Tanya istrinya sambil menatap ke arah gadis malang tersebut.

Berusaha

"Gadis kecil ini jatuh dari jurang dan untung saja Aku berada di sana jika tidak tubuh gadis ini menabrak batu besar dan ..." Ucap kakek tersebut menggantungkan kalimatnya.

"Untung saja suamiku menyelamatkan gadis kecil ini." Ucap istrinya.

"Oh ya, bagaimana kalau kita merawatnya dan menganggap cucu kita?" Tanya istrinya yang menyukai gadis kecil tersebut.

"Aku setuju saja biar rumah kita tidak sepi lagi." Ucap suaminya.

Kakek tersebut sudah lama sangat menginginkan kehadiran seorang anak namun Tuhan belum memberikannya begitu pula dengan istrinya.

Karena itulah Kakek tersebut langsung setuju dengan usulan istrinya untuk menganggap gadis kecil itu sebagai cucunya.

Kemudian sepasang suami istri tersebut masuk ke dalam rumah lalu Nenek tersebut dengan telaten merawat dan mengobati luka yang di derita gadis kecil tersebut.

Hingga beberapa saat kemudian gadis kecil tersebut perlahan membuka matanya dan melihat sekeliling ruangan dengan wajah bingung. Hingga gadis kecil tersebut melihat sepasang suami istri sedang menatap dirinya.

"Apakah ada yang sakit?" Tanya Nenek tersebut sambil merapikan pakaian gadis kecil tersebut karena tadi men lap tubuh gadis kecil dengan air hangat.

"Ke dua telapak tanganku agak perih karena tadi sempat memegang akar pohon." Jawab gadis kecil tersebut sambil memperlihatkan ke dua telapak tangannya yang agak memerah dan lecet.

"Aku ada di mana? Apakah Aku sudah mati? Kakek dan Nenek siapa?" Tanya gadis kecil tersebut dengan beruntun.

"Gadis kecil, kamu belum mati. Kakek menyelamatkanmu ketika kamu jatuh dari jurang setelah itu Kakek membawamu ke rumah kami." Jawab Kakek tersebut.

"Kakek, terima kasih sudah menolongku. Jika suatu saat nanti Aku sudah besar, Aku akan membalas kebaikan Kakek dan Nenek." Ucap gadis kecil tersebut dengan tulus.

"Sesama manusia harus saling tolong menolong jadi gadis kecil tidak perlu mengucapkan terima kasih." Ucap sepasang suami istri tersebut dengan serempak.

"Oh ya, siapa namamu? Orang tuamu di mana?" Tanya Nenek tersebut yang tidak ingin ke dua orang tuanya kuatir.

"Namaku Santika dan orang tuaku ..." Ucap Santika menggantungkan kalimatnya lalu tiba-tiba menangis.

Sepasang suami istri tersebut tentu saja sangat terkejut karena tiba-tiba Santika menangis. Nenek tua tersebut yang tidak tega melihat Santika menangis langsung memeluk Santika. Bukannya berhenti menangis malah tangisan Santika semakin keras.

"Santika, ada apa? Kenapa kamu menangis?" Tanya Nenek tua tersebut yang bernama Nenek Ningsih.

"Santika ..... Huhuhuhuhu ..." Ucap Santika sambil masih menangis.

"Menangislah setelah itu ceritakan pada kami apa yang membuatmu menangis." Ucap Nenek Ningsih dengan nada lembut sambil mengusap punggung Santika.

Santika hanya menganggukkan kepalanya hingga beberapa saat kemudian Santika sudah berhenti menangis.

Santika kemudian menceritakan apa yang sudah terjadi sedangkan sepasang suami istri tersebut mendengarkan cerita Santika.

"Itulah yang terjadi." Ucap Santika mengakhiri ceritanya.

"Mereka sangat tega melakukan ini padamu." Ucap sepasang suami istri tersebut dengan serempak sambil menahan amarah terhadap ke dua orang tua Santika.

Sepasang suami istri tersebut sudah menikah selama empat puluh tahun dan selalu mengharapkan kehadiran anak namun Tuhan belum juga memberikannya.

Tapi ini orang tua Santika bukannya bersyukur mempunyai anak malah tega mendorong Santika ke arah jurang dan nyaris kehilangan nyawa jika saja Kakek Tua tersebut tidak menolongnya.

"Bagaimana kalau Santika tinggal sama kami?" Tanya Nenek Ningsih penuh harap.

"Santika mau, Nek. Santika akan bekerja dengan keras untuk membantu Nenek dan Kakek agar Santika tidak menjadi beban buat Kakek dan Nenek." Jawab Santika.

Santika mengatakan hal itu karena Ibunya Santika yang bernama Ibu Risih sering menyebutnya beban ketika Ibu Risih dalam keadaan marah.

Hal ini dikarenakan Ibu Risih harus bekerja keras untuk menghidupi suami dan putrinya yang bernama Santika mengingat gaji suaminya sangat kecil.

Sebenarnya lebih dari kata cukup gaji yang diberikan suaminya namun karena gaya hidupnya yang tinggi di tambah hutang yang menumpuk membuat Ibu Risih terpaksa bekerja keras.

"Kenapa kamu mengatakan harus bekerja dengan keras membantu kami agar tidak menjadi beban bagi kami?" Tanya Nenek Ningsih dengan wajah terkejut begitu pula dengan suaminya.

"Karena jika Ibuku sedang marah maka Ibuku mengatakan Aku sebagai beban. Padahal Aku selalu bekerja keras membantu Ibuku tanpa pernah mengeluh." Jawab Santika dengan wajah sendu.

Sepasang suami istri tersebut bertambah terkejut dengan perkataan Santika. Mereka berdua berusaha menahan amarahnya dan merasakan kesedihan serta penderitaan yang dialami oleh Santika.

"Sekarang kamu tinggal bersama kami dan tidak perlu kamu bekerja keras seperti yang dilakukan waktu kamu tinggal bersama ke dua orang tuamu." Ucap Nenek Ningsih.

"Tapi Nek ...." Ucapan Santika terpotong oleh Nenek Ningsih.

"Jika kamu sudah besar nanti dan tenaga Nenek tidak kuat barulah kamu boleh membantu kami." Ucap Nenek Ningsih.

"Apa yang dikatakan Nenekmu memang benar. Kamu tidak perlu membantu kami karena tenaga kami masih kuat." Ucap Kakek Tua tersebut yang bernama Kakek Alexander.

Santika hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum bahagia karena masih ada orang yang menyayangi dirinya dengan sepenuh hati.

Sejak saat itu Santika tinggal bersama sepasang suami istri tersebut. Santika yang sudah terbiasa membantu Ibunya membuat Santika sering membantu sepasang suami istri tersebut.

Awalnya sepasang suami istri tersebut menolaknya namun Santika selalu mengatakan merasakan bosan jika dirinya diam saja tanpa melakukan apa-apa.

Jika di suruh main maka Santika langsung menolaknya dengan alasan dirinya lebih suka membantu sepasang suami istri tersebut.

Hingga akhirnya sepasang suami istri tersebut mengijinkan Santika untuk membantunya namun tidak seberat yang dulu diperintahkan Ibunya.

Di mana Santika membantu Nenek Ningsih membersihkan rumah dan menyiapkan makan. Sedangkan untuk Kakek Alexander, Santika membantunya memetik tanaman herbal sekaligus dirinya belajar untuk mengetahui khasiat tanaman herbal.

Selain itu Kakek Herbal mengajari Santika ilmu bela diri agar kelak bisa menjaga dirinya sendiri dan bisa membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan.

Enam Tahun Kemudian

Waktu berlalu dengan cepatnya di mana kini Santika sudah berusia 11 tahun. Santika tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan baik hati.

Santika selalu membantu sepasang suami istri tersebut tanpa mengenal lelah ataupun mengeluh. Hal ini tentu saja membuat sepasang suami istri tersebut sangat bahagia.

Sedangkan di tempat yang berbeda, lebih tepatnya di kediaman orang tua Ayah Rese. Di mana kedua orang tua Ayah Rese meninggal dunia karena di bunuh oleh perampok ketika mereka dalam perjalanan mengunjungi putra kedua mereka yang sudah menikah.

Tanpa sepengetahuan suaminya kalau itu perbuatan orang suruhan istrinya yang sangat membenci ke dua mertuanya terlebih Ibu mertuanya.

Hal ini dikarenakan ketika dirinya melahirkan ternyata dirinya melahirkan bayi perempuan. Ke dua mertuanya yang mengetahui hal itu langsung meminta putra sulungnya sekaligus suami dari Ibu Risih untuk menceraikan istrinya.

Ibu Risih tentu saja tidak terima karena dirinya sudah membuang putri sulungnya atas permintaan suami dan Ibu Mertuanya. Namun ketika melahirkan bayi perempuan lagi dirinya harus diceraikan.

Ibu Risih semakin membenci ke dua mertuanya terlebih Ibu mertuanya. Hingga pelayan setianya memberikan ide untuk menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh ke dua mertuanya.

Ibu Risih yang gelap mata dan dendam yang teramat sangat langsung setuju dengan ide pelayan setianya untuk membunuh mereka dalam perjalanan.

Ketika mengetahui ke dua orang tuanya meninggal, Ayah Rese tentu saja sangat sedih karena ke dua orang tuanya meninggal dengan cara yang sangat tragis.

Sejak kematian ke dua orang tuanya sikap suaminya mulai berubah dan sering menyibukkan diri di perusahaan peninggalan orang tuanya.

"Bu, kenapa Ayah belum datang?" Tanya Bertha yang saat itu berumur lima tahun.

"Mungkin Ayah dalam perjalanan pulang jadi kamu sabar ya." Jawab Ibu Risih dengan nada lembut.

"Biasanya Ayah pulang jam 5 sore tapi sekarang sudah jam 7 malam belum datang. Apa jangan-jangan Ayah lembur lagi dan melupakan kalau hari ini adalah hari ulang tahunku?" Tanya Bertha.

"Ayahmu tidak mungkin lu ..." Ucapan Ibu Risih terpotong oleh suara suaminya.

"Istriku dan putriku, Ayah pulang." Ucap Ayah Rese sambil berjalan ke arah mereka yang sedang duduk di kursi makan.

Ibu Risih dan Bertha yang mendengar suara yang sangat familiar langsung menatap ke arah sumber suara. Mereka berdua melihat Ayah Rese sedang berjalan ke arah mereka.

Ibu Risih dan Bertha sangat terkejut ketika melihat tangan kiri Ayah Rese menggenggam tangan seorang wanita cantik dan tangan kanannya menggenggam tangan seorang gadis remaja berusia 9 tahun.

"Suamiku, mereka siapa?" Tanya istrinya sambil berdiri begitu pula dengan Bertha.

"Istriku, perkenalkan wanita ini adalah istri keduaku sekaligus cinta pertamaku dan gadis ini putri angkatku." Jawab suaminya sambil tersenyum tanpa punya perasaan.

"Apa?" Tanya Ibu Risih dan Bertha dengan serempak dengan wajah sangat-sangat terkejut.

"Suamiku ..." Ucapan Ibu Risih terpotong oleh suaminya.

"Bertha, selama ini kamu ingin sekali mempunyai saudara perempuan supaya bisa bermain bersama dan sekarang Ayah membawakan Kakak untukmu." Ucap Ayah Rese tanpa mempedulikan perasaan istrinya yang sangat kecewa.

Sambil berbicara, Ayah Rese berjalan ke arah Bertha dan istrinya yang masih menatapnya dan melihat tangan Ayah Rese memeluk ke dua bahu Kakak tirinya Bertha.

"Kamu ... Uhuk .... Uhuk .... Uhuk ..." Ucap Ibu Risih sambil terbatuk-batuk.

"Ibuuuuu! ..." Teriak Bertha sambil memegangi tubuh Ibu Risih.

"Sayang, maafkan Ibu karena tidak bisa menemanimu." Ucap Ibu Risih dengan suara terbata-bata sambil memegangi dadanya yang terasa sangat sesak.

Ibu Risih mempunyai penyakit jantung karena itulah ketika suaminya membawa wanita lain yang sudah dinikahi membuat penyakit jantungnya kumat.

"Ibuuuuu! ..." Teriak Bertha kembali sambil duduk karena tubuh Ibu Risih tiba-tiba ambruk seperti tidak bertulang.

Ibu Risih hanya tersenyum sambil memegang pipi Bertha hingga beberapa saat Ibu Risih memejamkan matanya dan langsung tidak sadarkan diri.

"Ibuuuuu! Tidakkkkk ..." Teriak Bertha sambil mengguncang-guncang tubuh Ibu Risih.

Bertha berteriak memanggil nama Ibu Risih sambil menangis sedangkan Ayah Rese dan ke dua perempuan yang tadi dibawanya hanya menatapnya tanpa ekspresi sama sekali.

Hingga setengah jam kemudian Ayah Rese memanggil dua pelayan untuk menggotong tubuh istrinya dan meminta salah satu pelayan untuk membawanya ke rumah sakit bersama sopir keluarga.

Bertha menjerit histeris ketika melihat Ibu Risih mengalami koma dan tidak tahu kapan sadarnya. Hingga beberapa saat kemudian Bertha ikutan tidak sadarkan diri.

Hingga beberapa saat kemudian Bertha terbangun dan mendapatkan kabar dari pelayan kalau Ibu Risih sudah di bawa ke rumah sakit dan dirinya tidak boleh menemui Ibunya.

Bertha tentu saja sangat marah terhadap Ayahnya dan langsung memarahi Ibu Tirinya karena sudah membuat Ibunya koma.

Hal ini tentu saja membuat Ayahnya sangat kesal dengan perkataan kasar Bertha. Atas hasutan istri keduanya Bertha di suruh tinggal di desa tempat kelahiran Ibu Risih berasal bersama Ibunya Bertha. Tanpa mempedulikan apakah Ibu Risih nantinya mati atau hidup.

Bertha tentu saja tidak ingin hidup susah dan tinggal di desa di tambah dirinya takut kehilangan Ibunya. Hal itu membuat Bertha dengan sangat terpaksa berlutut dan menyesali perkataannya karena sudah berani melawan Ayahnya dan memarahi Ibu Tirinya sambil menangis.

Walau Bertha masih berumur lima tahun namun Ibu Risih selalu mengajari putri keduanya untuk berlutut dan menyesal sambil menangis.

Hal ini dilakukan jika seandainya Ayah Rese sedang bertengkar dengan Ibu Risih atau jika seandainya Bertha melakukan kesalahan di depan Ayahnya.

Pikiran Bertha yang saat itu masih polos melakukan apa yang dikatakan Ibu Risih dan ternyata selalu berhasil. Hal ini dikarenakan Ayah Rese sangat sayang terhadap Bertha di tambah menebus rasa bersalah karena sudah membuang Santika.

Ayah Rese yang melihat hal tersebut hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan kasar hingga akhirnya membungkukkan badannya untuk memegang ke dua bahu Bertha.

"Berdirilah." Ucap Ayah Rese.

Bertha hanya menganggukkan kepalanya kemudian Bertha berdiri dengan di bantu Ayahnya. Setelah berdiri Ayah Rese menghapus air mata Bertha dengan lembut.

"Ayah harap kalian tidak saling bertengkar karena Ayah akan menghukum siapa saja yang memulai duluan." Ucap Ayah Rese sambil menatap mereka berdua secara bergantian.

Bertha dan kakak tirinya yang bernama Bella hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Sedangkan istri keduanya hanya menatap Bertha dengan tatapan penuh kebencian.

("Aku sudah berhasil merebut suaminya dan menikah dengan pria yang sudah lama Aku cintai. Aku sangat berharap agar wanita itu tidak bangun lagi dan akhirnya mati. Agar Aku bisa dengan mudah menyiksa anak si alan itu." Ucap wanita tersebut yang bernama Veni).

("Tapi jika seandainya wanita itu sadar maka Aku harus cari cara agar suamiku membenci istri pertamanya lalu mengusirnya bersama anak si alan itu." Sambung Ibu Veni sambil tersenyum jahat).

Tidak terasa waktu berlalu dengan cepatnya dan tidak terasa sudah 6 bulan lamanya. Ibu Risih masih mengalami koma. Hingga di bulan ke 7, Ibu Risih barulah sadar dari komanya.

Seminggu setelah sadar dari komanya, Ibu Risih berusaha untuk menyenangkan suaminya agar dirinya tidak di usir bersama putrinya dan usahanya berhasil.

Bela

Hal ini tentu saja membuat Ibu Veni yang merupakan istri keduanya juga ikut berusaha untuk menyenangkan suaminya.

Selain itu mereka berusaha untuk tidak bertengkar, hal ini dikarenakan suami mereka mengancam akan mengusir bagi istri yang tidak mau menuruti perintahnya.

Tanpa sepengetahuan mereka berdua kalau sebenarnya ini alasan Ayah Rese saja. Karena Ayah Rese masih mencintai mereka berdua dan ingin memiliki ke dua wanita tersebut sekaligus tanpa ada pertengkaran yang tidak ada gunanya.

Selain itu Ayah Rese memiliki hasrat yang sangat tinggi karena itu jika istri pertamanya menolaknya maka ada istri ke dua begitu pula sebaliknya.

Namun jika ke duanya menolaknya maka Ayah Rese akan mengancam mereka berdua. Ternyata ancamannya sangat ampuh karena itu ke dua wanita tersebut melayani apa yang di minta oleh suami mereka.

Hingga tidak terasa waktu berlalu dengan cepatnya di mana hubungan mereka berjalan dengan harmonis. Hingga enam tahun kurang 5 bulan kemudian ...

Di mana Santika sudah berumur tujuh belas tahun sedangkan Bela sudah berumur lima belas tahun dan untuk Bertha sudah berumur 11 tahun.

Sudah dua belas tahun sejak Ibu Risih mendorong Santika ke jurang atas perintah suami dan Ibu mertuanya. Ibu Risih sudah melupakan sama sekali atas perbuatan keji terhadap putri kandungnya yang bernama Santika.

Hal ini dikarenakan mereka beranggapan mungkin Santika sudah mati di dasar jurang karena itulah mereka tidak mencari keberadaan Santika. Hanya sesekali mereka merasa bersalah namun berusaha ditepisnya.

Hingga keesokan paginya, di mana perusahaan milik orang tua Ayah Rese nyaris mengalami kebangkrutan karena tiba-tiba barang yang di kirim tiba-tiba di rampok ketika barang-barang tersebut di kirim ke luar kota.

Ayah Rese harus mengganti barang-barang yang di rampok yang nilainya sangat mahal. Hal itu membuat Ayah Rese memanggil ke dua istrinya untuk menemuinya di ruang kerjanya.

"Kalian berdua, duduklah!" Perintah suaminya.

Ke dua istrinya dengan patuh duduk di kursi sambil saling melirik dengan tatapan tajam. Ayah Rese mengetahui kalau ke dua istrinya saling membenci namun dirinya sama sekali tidak peduli.

Terlebih Ayah Rese sangat yakin kalau ke dua istrinya tidak mungkin meminta suaminya untuk bercerai. Hal ini dikarenakan Ayah Rese mengetahui kalau ke dua istrinya tidak ingin hidup menderita jika mereka meminta cerai.

"Ada apa?" Tanya ke dua istrinya dengan serempak.

"Perusahan kita hampir bangkrut karena itu Aku ingin kalian berdua menjual semua perhiasan milik kalian lalu uangnya berikan padaku." Jawab Ayah Rese.

"Perhiasan milikku sudah lama Aku jual untuk biaya hidup kita." Ucap Ibu Risih berbohong.

Hal ini dikarenakan dirinya tidak rela jika perhiasan yang selama ini disimpannya di jual lalu diberikan ke suaminya agar perusahaannya tidak mengalami bangkrut.

"Veni, bagaimana denganmu?" Tanya Ayah Rese sambil menatap ke arah istri keduanya.

"Akupun juga sama." Jawab Ibu Veni.

"Bagaimana kalau uang saja?" Tanya suaminya.

"Aku saja ingin bertemu dengan suamiku untuk meminta uang tapi ternyata ..." Ucap Ibu Veni menggantungkan kalimatnya.

"Aku juga sama." Sambung Ibu Risih.

Hal ini dikarenakan gaya hidup ke dua istrinya yang sangat suka berfoya-foya. Selain itu ke dua wanita tersebut melampiaskan amarahnya dengan cara menghabiskan uang suaminya.

Ayah Rese yang mendengarkan jawaban ke dua istrinya, hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu menatap mereka satu persatu secara bergantian.

"Kalau tidak ada berarti salah satu dari putri kalian akan Aku jual ke Keluarga Besar Costa." Ucap Ayah Rese yang tidak punya pilihan lain untuk menjual salah satu putrinya.

Keluarga Costa sangat suka merawat anak kecil sampai dewasa untuk dijadikan pelayan keluarga besar mereka. Selain itu salah satu dari mereka bisa merawat Tuan Muda Diego Costa.

Tuan Muda Diego Costa atau di panggil Diego adalah seorang pria lumpuh dan wajahnya cacat serta mengalami koma. Siapapun sangat takut jika seandainya Diego sadar dari komanya.

Karena sebelum Diego mengalami koma, Diego terkenal dengan kekejamannya dan membunuh siapa saja tanpa ampun. Tanpa mempedulikan apakah korbannya pria atau wanita.

"Apa?" Tanya ke dua istrinya dengan serempak dan wajahnya terlihat sangat terkejut dengan apa yang di dengarnya.

"Aku tidak setuju." Sambung ke dua istrinya dengan serempak.

"Bela sudah berumur lima belas tahun jadi lebih baik Bela saja yang di jual." Ucap Ibu Risih.

"Lebih baik jual saja putri sulung kalian yang dulu kalian buang." Ucap Ibu Veni merasa keberatan jika putri semata wayangnya di jual untuk dijadikan pelayan.

"Putri kami sudah meninggal jadi mau tidak mau putrimu yang harus di jual. Terlebih putrimu bukan akan kandung suamiku." Ucap Ibu Risih sambil tersenyum penuh kemenangan.

Hal ini dikarenakan akhirnya dirinya bisa balas dendam ke Ibu Veni karena sudah berani merebut suaminya. Selain itu jika Bela di jual maka otomatis dirinya dan putrinya yang bernama Bertha bisa menguasai harta Ayah Rese.

"Aku setuju dengan apa yang dikatakan istriku. Karena itu Aku akan menjual putrimu ke Keluarga Besar Costa." Ucap Ayah Rese.

Ayah Rese sama sekali tidak mempedulikan perasaan istri keduanya dan juga perasaan putri angkatnya yang bertahun-tahun telah menemaninya.

"Lebih baik kita mencarinya dulu Santika. Kalau sudah ketemu barulah kita menjual Santika ke Keluarga Besar Costa." Ucap Ibu Veni yang tidak punya Pilihan lain.

"Putri kami sudah meninggal dunia jadi tidak perlu kita mencarinya." Ucap Ibu Risih.

"Putrimu pasti masih hidup." Ucap Ibu Veni.

"Mati." Ucap Ibu Risih.

"Hidup." Jawab Ibu Veni.

"Sayang" Panggil Ibu Veni sambil menatap ke arah suaminya untuk membantu dirinya.

Ayah Rese langsung menghembuskan nafasnya dengan kasar sambil berpikir hingga lima menit kemudian dirinya mengambil keputusan yang tidak bisa di bantah.

"Baik, Aku putuskan. Jika seandainya Santika tidak bisa ditemukan dalam satu bulan maka Bela yang akan Aku jual." Ucap Ayah Rese dengan nada tegas.

"Tapi ..." Ucapan Ibu Veni terpotong oleh Ayah Rese.

"Keputusanku sudah mutlak dan tidak bisa di ganggu gugat." Ucap Ayah Rese.

Ibu Veni yang sangat kesal dengan ucapan suaminya membuat dirinya pergi meninggalkan mereka tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

("Akhirnya dendamku terbalaskan." Ucap Ibu Risih sambil tersenyum jahat melihat kepergiaan Ibu Veni).

"Nanti malam Aku tidur denganmu karena itu persiapkan dirimu untuk memuaskan Aku." Ucap Ayah Rese sambil menatap ke arah istrinya yang sedang menatap ke arah pintu yang barusan di tutup oleh Ibu Veni.

Ibu Risih hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju kemudian Ibu Risih pamit ke suaminya lalu pergi meningalkannya seorang diri di ruang kerjanya.

Keesokan paginya Ayah Rese dan Ibu Risih pergi ke desa tempat kelahiran Ibu Risih bersama putri ke dua mereka. Mereka berusaha mencarinya dengan bertanya ke orang-orang kampung tersebut.

Hingga pada akhirnya mereka dipertemukan kembali secara tidak sengaja. Yaitu Ibu Risih tidak sengaja terpeleset dan kakinya sulit digerakkan.

Suaminya yang melihat istrinya terpeleset berusaha membantunya untuk berdiri hingga beberapa saat kemudian datang seorang gadis cantik tersebut untuk menolong Ibu Risih.

"Ayah dan Ibu." Panggil gadis cantik tersebut dengan wajah terkejut ketika melihat sepasang suami istri tersebut yang sangat familiar.

"Kamu ... (menjeda kalimatnya) ...Santika?" Tanya sepasang suami istri tersebut dengan serempak.

"Ya. Walau sudah dua belas tahun kalian sudah membuangku tapi Aku tidak pernah lupa dengan wajah kalian." Jawab gadis cantik tersebut yang bernama Santika dengan tatapan penuh kecewa.

"Apakah kalian menyesal karena ternyata Aku masih hidup?" Tanya Santika yang melihat ke dua orang tuanya hanya menatapnya.

"Santika, maafkan Ibu karena sudah tega mendorongmu ke jurang. Sungguh Ibu sangat-sangat menyesal karena melakukan hal itu." Ucap Ibu Risih sambil memeluk putri sulungnya.

"Maafkan Ayah juga. Sungguh Ayah sangat menyesal karena menuruti keinginan Nenekmu." Ucap Ayah Rese sambil memegang bahu Santika.

"Kalau menyesal kenapa Ibu tidak kembali dan menolongku waktu Aku jatuh ke jurang?" Tanya Santika tanpa membalas pelukan Ibunya.

"Kalau Ayah sangat menyesal kenapa tidak pergi menyusul kami?" Tanya Santika sambil menatap ke arah Ayahnya dengan tatapan penuh kecewa.

"Sebenarnya Ibu kembali lagi ketika mendengar suara teriakanmu namun kamu ternyata sudah jatuh ke jurang." Jawab Ibu Risih berbohong.

"Ayah sudah menyusul kalian namun ketika dalam perjalanan Ayah melihat Ibumu berteriak meminta tolong. Lalu kami meminta bantuan warga untuk mencarimu di bawah jurang namun kamu tidak ada." Sambung Ayah Rese yang juga ikut berbohong.

"Selama bertahun-tahun kami mencarimu dan berdoa semoga kamu baik-baik saja." Sambung ke dua orang tuanya dengan serempak.

"Ternyata doa kami di jawab hari ini di mana kami akhirnya berhasil menemukanmu." Ucap Ibunya sambil mendorong perlahan tubuh Santika agar bisa menatapnya.

"Santika, kini kami sudah menemukanmu karena itu kami akan mengajakmu pulang dan kita bisa berkumpul kembali seperti dulu." Sambung Ibunya.

Santika hanya menganggukkan kepalanya kemudian mereka bertiga berjalan ke arah mobil menuju ke arah kota. Namun sebelum mereka pergi ke kota, Santika meminta orang tuanya untuk menjemput Nenek angkatnya yang sudah menolong dirinya dan mereka pun langsung setuju.

Sedangkan Kakek angkatnya sudah meninggal setahun yang lalu karena usianya sudah tua. Nenek angkatnya tentu saja sangat sedih ketika suaminya yang dicintai selama bertahun-tahun sudah pergi untuk selama-lamanya.

Hal itu membuat Nenek angkatnya sakit-sakitan dan Santika tanpa pernah mengeluh merawat Nenek angkatnya dan berusaha untuk menyembuhkannya namun tidak berhasil.

Hal ini dikarenakan Nenek angkatnya tidak semangat untuk hidup dan ingin menyusul suaminya. Santika berusaha untuk membujuknya agar tidak terlarut dalam kesedihan hingga enam bulan kemudian Nenek angkatnya baru bisa menerima kenyataan.

Dua Tahun Kemudian

Awalnya Santika sangat senang karena orang tuanya menjemputnya di tambah dirinya mempunyai dua adik yaitu satu adik kandung dan satunya lagi adik tiri.

Namun belum ada dua hari Santika kembali ke desa tempat tinggal Nenek angkatnya karena Nenek angkatnya sangat merindukan suaminya.

Orang tuanya awalnya merasa keberatan namun Santika berjanji akan kembali secepat mungkin setelah Nenek angkatnya ada yang mau merawatnya.

Namun belum ada satu minggu, Santika kembali ke kota bersama Nenek Angkatnya karena Nenek angkatnya sakit keras dan perlu di rawat.

Tanpa pernah lelah Santika datang menjenguk Nenek angkatnya di rumah sakit dan terkadang ditemani Ibunya.

Santika sangat bahagia saat itu karena memperoleh kasih sayang keluarga yang sudah lama didambakan. Di tambah ke dua adiknya sangat menghormati dirinya walau satu adiknya lagi bukan adik kandungnya.

Namun dua tahun kemudian dirinya di paksa untuk menggantikan Adik Tirinya yang dijodohkan dengan seorang pria yang terkenal dengan kekejaman dan dingin namun lebih parahnya pria tersebut ternyata lumpuh.

Awalnya Santika menolaknya namun orang tuanya mengancamnya akan menghentikan biaya rumah sakit Nenek angkatnya membuat Santika terpaksa bersedia menikah Dengan pria tersebut.

"Ayah, apakah Ayah yakin menjodohkan Aku dengan pria itu?" tanya Santika mengulangi perkataanya walau dirinya sudah tahu jawabannya.

Hal ini dikarenakan dirinya teringat ketika dalam perjalanan menuju ke kota, di mana Santika bersama dua orang pelayan Ayahnya mampir ke salah satu restoran.

Di mana mereka bertiga secara tidak sengaja mendengar percakapan orang-orang yang sedang makan di restoran tersebut.

Salah satu dari mereka bercerita tentang kekejaman Diego. Selain itu orang tersebut juga bercerita kalau saat ini Diego berbaring di ranjang dengan kondisi wajahnya rusak dan kedua kakinya lumpuh.

Santika yang tidak sengaja mendengarnya hanya diam dan mendengarkan percakapan mereka hingga Santika dan ke dua pelayan Ayahnya selesai makan.

"Sekali lagi Ayah katakan dan jangan mengulangi perkataan yang sama. Kamu akan Ayah jodohkan dengan Tuan Muda Diego." Jawab Ayahnya dengan nada tegas.

'Si*l, kenapa gadis si alan ini sangat cantik?' Tanya Adik Tirinya Santika dalam hati yang sangat iri akan kecantikan Kakak Tirinya.

"Kakak, sebenarnya Aku sudah bersedia menikah dengan Diego tapi tubuhku sangat lemah jadi Aku mohon sama Kakak untuk bersedia menggantikan Aku." Mohon Adik tirinya Santika supaya Santika mau menggantikan dirinya.

("Selamat hidup menderita Kakak Tiriku tersayang.' Sambung Adik Tirinya yang bernama Bela sambil tersenyum jahat).

"Saat ini Aku tidak mau menikah. Terlebih Aku ingin menikah dengan pria yang Aku cintai." Ucap Santika dengan nada tegas.

Ayah Rese dan Ibu Veni tentu saja menahan amarahnya ketika mendengar ucapan Santika yang menolak untuk menikah dengan Diego.

"Kamu tidak boleh menolaknya." Ucap Ayah Rese dengan nada tegas.

Santika hanya menatap Ayahnya dengan tatapan penuh kecewa. Sedangkan Ibu Risih hanya terdiam melihat putri sulungnya di paksa oleh suaminya untuk menikah dengan pria koma dan lumpuh.

Hal ini dikarenakan suaminya mengancam akan menceraikannya jika tidak mendukungnya. Selain itu suaminya berjanji akan memberikan setengah mahar yang diberikan oleh orang tua Diego.

Bela yang selama ini sangat iri dengan kecantikan Santika membuat Bela sengaja mendorong tubuh Santika hingga tubuh Santika terhuyung ke arah depan.

Santika yang belum ada persiapan kepalanya terbentur ujung meja dan langsung tidak sadarkan diri. Hal ini dikarenakan sejak kemarin pagi sampai malam datang ke rumah sakit untuk menemani Nenek angkatnya.

"Bela!" Bentak Ibu Risih sambil menatap anak tirinya dengan tatapan tajam seakan ingin membunuhnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!