Bab 4

Malam harinya pak Bimo, Bu Wati dan juga Intan bersiap-siap menuju rumah pak Gito untuk melakukan pengajian, karena istri dari pak Gito sudah di makam kan sore tad, sedangkan Dinda, Seta dan Rizki memilih untuk di rumah saja.

Tibalah mereka bertiga di kediaman pak Gito, disana sudah ada beberapa warga desa yang turut hadir untuk mengikuti tahlilan, termaksud pak ustad Abidin yang turut hadir memimpin acara pengajian malam ini.

Acara pun di mulai, di pimpin oleh pak ustad Abidin ayat-ayat Al-Quran pun dibacakan. Namun di pertengahan bacaan Al-Quran terdengar suara gemuruh guntur dan kilat yang sangat dahsyat sehingga membuat suasana pun menjadi gelap seketika. Para warga pun kaget dan panik, sepertinya malam ini akan ada badai, mereka semua memilih mempercepat bacaan Al-Quran.

Setelah semua bacaan selesai, beberapa warga memilih untuk undur diri karena takut terjadi badai apa lagi saat ini masih dalam suasana yang gelap gulita.

Pak Gito mempersilakan warga yang hendak pulang serta mengucapkan terimakasih karena sudah mau datang membantunya dan berdoa untuk ketenangan arwah istrinya.

Tinggal lah beberapa warga termaksud pak Bimo, Bu Wati dan Intan serta beberapa ibu-ibu yang masih membantu pak Gito merapikan bekas-bekas makanan yang mereka santap setelah selesai pengajian tadi.

"Intan kamu tolong pindahkan piring kotor ini ke ruangan belakang, simpan saja disana nanti bibi yang akan mencucinya," ucap bi Irna pembantu yang sudah lama bekerja di rumah pak Gito.

"Baik bi," jawab Intan.

Saat berjalan menuju ruangan belakang, intan seperti mendengar suara yang meminta tolong, suaranya sangat kecil seperti sedang berbisik di telinganya. Intan pun mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruangan guna mencari sumber suara yang memanggilnya, untung saja saat ini listrik telah kembali menyala.

"Tadi sepertinya aku mendengar seseorang meminta tolong tapi siapa ya? Atau jangan-jangan itu arwah dari istri pak Gito lagi," ucap Intan dalam hatinya.

"Intan tolong, tolong aku intan," ucap suara tanpa wujud tersebut.

"Suara ini, sepertinya aku mengenalinya," ucap intan.

"Intan tolong aku," ucap suara tersebut.

"yah aku mengenali suara ini, ini suara milik Santi," ucap Intan.

Tubuh Intan pun menegang, bulu kuduknya berdiri seketika ia teringat bahwa Santi yang merupakan sahabatnya tersebut sudah lama meninggal.

Seluruh tubuhnya terasa dingin mencekam seperti ada sesuatu yang menyentuh kulit tubuhnya, nafas intan serasa tercekat di tenggorokan, keringat dingin mulai bercucuran,hening dan Intan pun rubuh ke lantai.

"Astagfirullah, intan kamu kenapa nak?" ucap bi Irna yang kaget melihat Intan tergelak tak sadarkan diri lagi di lantai.

"Bu, Bu Wati tolong Bu!" panggil bi Irna dengar keras.

Mendengar teriakan minta tolong bi Irna akhirnya mereka pun berlari menuju sumber suara.

"Astagfirullah, nak kamu kenapa Intan? Bi ini anak saya kenapa bi, tadi baik-baik aja kok," tanya Bu Wati yang panik dan mulai menangis.

"Saya juga Ndak tau Bu, tadi saya minta tolong intan buat meletakan piring kotor ke belakang tapi saya tunggu-tunggu non intan Ndak muncul Bu, akhirnya saya nyusul kesini tau-taunya non intan udah tergeletak pingsan di lantai Bu," ucap bi irna menjelaskan.

"Ya ampun naa, pak intan pak," ucap Bu Wati sambil menangis.

"Jangan panik Bu, lebih baik sekarang kita angkat dan pindahkan intan ke ruangan depan Bu," ucap pa Bimo menenangkan istrinya.

"iya pak," ucap Bu Wati.

Pak Bimo lalu menggendong putrinya saat hendak membaringkan intan di sofa Bu Wati pun mencegahnya.

"Pak lebih baik Intan kita bawa pulang aja pak, perasaan ibu nggak enak, ayo pak," ucap Bu Wati. Dalam hatinya Bu Wati merasa gelisah entah apa yang akan terjadi pada putrinya.

"Ibu yakin mau bawa Intan pulang dalam keadaan tak sadar kaya gini?" tanya pak Bimo.

"Iya pak, Ndak apa kita bawa pulang aja," ucap Bu Wati.

"Bu Wati, apa sebaiknya nunggu intan sadar dulu Bu? Ndak kasihan apa Bu?" ucap pak Gito.

"Ndak apa pak! Biar Intan nya kami bawa pulang aja," ucap pak Bimo yang mengerti dengan keresahan istrinya.

"Ya sudah pak biar saya antarkan kalian pulang kebetulan saya membawa mobil ketika datang tadi," ucap pak ustad Abidin menawarkan diri untuk mengantar mereka pulang.

"Terimakasih pak," ucap Bu Wati.

"Ayo pak, gendong Intan nya biar saya siapkan mobilnya di luar," ucap pak ustad Abidin.

"Baik pak, kalau begitu pak Gito kami pamit pulang dulu," ucap Bu Wati.

"Iya Bu," jawab pak Gito.

Mereka bertiga lalu masuk kedalam mobil pak ustad Abidin dan melaju pergi meninggalkan rumah pak Gito.

"Pak sebenarnya anak kita kenapa? Perasaan tadi Intan baik-baik aja kok," ucap Bu Wati yang mengkhawatirkan putrinya.

"Bapak juga ndak tau Bu, nanti Intan sadar baru kita tanyakan," jawab pak Bimo.

"Bu Wati yang tenang yah, sepertinya anak ibu telah melihat sesuatu yang tidak seharusnya ia lihat," ucap pak ustad Abidin.

"Maksud pak ustad apa yah?" tanya pak Bimo heran.

"Nanti akan saya jelaskan ketika kita sudah sampai di rumah," jawab pak ustad Abidin.

"Baik pak ustad," ucap pak Bimo.

Sedangkan Bu Wati dalam benaknya mulai memikirkan tentang pembicaraan dirinya dan Bu Juwita siang tadi. Apa benar pak Gito melalukan pesugihan seperti yang di bicarakan oleh Bu Juwita dan mungkin saja putrinya melihat sesuatu yang bersangkutan dengan itu. Namun Bu Wati menepis segala kecurigaan yang saat ini tengah melintasi pikirannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!