Intan dan Kakanya pun masuk ke dalam rumah untuk memberitahu ibu nya tentang kejadian naas tersebut.
"Ibu," panggil Intan
Iya nak, ada apa kok kamu lari-lari kaya gitu sih, tadi sepertinya ibu dengar suara bapak dan kakak mu yah, terus mana sekarang orangnya kok nggak kelihatan?" tanya Bu Wati.
"Itu Bu, bapak sama pak Joni lagi cari bantuan Bu untuk pak Gito soalnya istrinya meninggal di timpa pohon yang tumbang Bu," jawab Intan.
"Astagfirullah lazim, kok bisa nak? Kapan kejadiannya," tanya Bu Wati sambil mengelus dada.
"Tadi Bu kejadiannya, makanya bapak nyuruh Intan buat ngasih tau ibu kalau bapak pergi ke rumah pak Gito," jawab Intan.
"Ya udah, kalau gitu ibu mau nyusul kesana dulu, kamu di rumah aja sama kakak mu," ucap Bu Wati.
"Iya Bu," jawab Intan.
Bu Wati pun berjalan menuju rumah pak Gito hendak melihat apa yang sebenarnya yang terjadi.
"Bu Juwita," panggil Bu Wati ketika melihat tetangga sebelah rumahnya juga berjalan menuju rumah pak Gito.
"Eh Bu Wati, mau ke rumah pak Gito yah Bu ayo kita barengan aja, katanya istri ke empat pak Gito meninggal Bu tertindih pohon. Padahal yah Bu pak Gito kan baru aja nikah Bu bulan lalu masak ia sekarang harus menduda lagi," ucap Bu Juwita yang memang terkenal di kampung itu dengan sebutan ratu gosip.
"Namanya juga musibah Bu kita Ndak ada yang tau," ucap Bu Wati.
"Musibah kok keterusan sih Bu, pak Gito itu kan istrinya pada meninggal nggak wajar semua Bu, apa jangan-jangan pak Gito menjadikan istri-istrinya sebagai tumbal bu biar cepat kaya. Masak iya pak Gito merantau baru 2 bulan kok udah bisa bangun rumah gede dan beli mobil bagus Bu, kan Ndak wajar itu," ucap Bu Juwita.
"Husss, Bu Juwita jangan sembarangan kalau ngomong nanti kalau ada yang dengar bisa jadi masalah loh Bu. Yo kita ini jangan saling mencurigai Bu, mungkin saja memang pak Gito mendapat rejeki lebih makanya bisa bangun rumah dan beli mobil Bu," ucap Bu Wati.
"Iya Bu kan aku hanya mencurigai aja Bu," ucap Bu Juwita sambil cemberut.
"Sudah-sudah Bu, kita udah mau sampai di rumahnya pak Gito, mulutnya di jaga Bu awas di dengar sama pak Gito bisa berabe bu," ucap Bu Wati.
"Iya Bu," jawab Bu Juwita.
Saat ini mereka telah berada di rumah milik pak Gito ingin melihat kejadian tragis tersebut, ternyata rumah pak Gito sudah di penuhi oleh warga desa yang ingin melihat secara langsung.
Bu Wati dan Bu Juwita pun menerobos barisan warga untuk melihat lebih dekat. Betapa kaget nya mereka ketika melihat kondisi rumah pak Gito yang tertindih pohon. Na'as nya bagian yang tertimpa adalah dapur dimana saat itu istrinya tengah memasak sehingga ia pun menjadi korban dari peristiwa tersebut.
Namun yang mengherankan bagi masyarakat setempat ialah pohon jati tersebut ukurannya sangat besar bagaimana bisa pohon tersebut tumbang begitu saja karena siang tadi tidak terjadi angin ribut yang mampu membuat pohon tersebut tumbang.
Dari jauh mereka mendengar sirene kepolisian, Damkar dan Ambulance yang datang bersama menuju rumah pak Gito. Para warga pun membuka jalan agar mobil petugas tersebut dapat masuk. Dari dalam mobil keluarlah beberapa anggota polisi dan damkar.
"Halo selamat sore apa kah benar ini kediaman pak Gito yang tadi menelepon karena ada kejadian pohon besarnya tumbang dan memakan korban jiwa," tanya petugas polisi
"iya pak saya pak Gito yang tadi menelpon meminta bantuan," jawab pak Gito.
"Baik pak, maaf kami sedikit terlambat karena memang jalan menuju desa ini memerlukan waktu yang cukup lama dari kota," ucap petugas polisi tersebut.
"Terimakasih pak sudah mau datang, mari pak saya antarkan menuju tempatnya," ucap pak Gito.
"Baik pak silahkan," jawab petugas polisi.
Mereka pun menuju belakang rumah dimana pohon jati besar yang rubuh menimpa rumah mereka.
Betapa kagetnya para petugas ketika melihat kondisi dapur tersebut. Bagaimana tidak pohon jadi yang berukuran besar seketika rubuh menghancurkan area tersebut, bisa di pastikan jika ada yang tertindih ia tidak akan selamat.
Petugas damkar pun mulai mempersiapkan peralatan untuk memotong pohon tersebut menjadi beberapa bagian dan di bantu para warga.
Setelah beberapa bagian dari pohon tersebut di tebang, sesuatu yang mengerikan pun terlihat. Cairan merah menggenangi area tersebut dan tubuh korban pun tidak utuh lagi.
Tubuhnya terbelah menjadi dua bagian, organ dalam pun berserakan seperti pecahan kaca yang pecah berhamburan.
Para warga pun ramai-ramai berhamburan ingin melihatnya. Mual, muntah, pusing pun melanda ketika mereka melihat jantung, paru dan beberapa organ tubuh yang tergeletak begitu saja terpisah dari tubuhnya.
Bu Wati pun berjalan mendekat ingin melihatnya, kaget, ngeri dan kasihan yang tergambar di raut wajahnya.
Bagaimana tidak! Wanita yang baru di nikahi pak Gito harus berakhir dengan kematian yang sadis, entah bagaimana nasib orang tua nya nanti ketika melihat anaknya pergi meninggalkan mereka dengan kematian yang tragis.
"Astagfirullah, astagfirullah, astagfirullah," ucap Bu Wati dalam hatinya terus beristighfar.
Bu Wati pun yang merasakan hal yang sama seperti warga lainnya memilih mundur, ingin rasanya ia memuntahkan isi perutnya.
Kejadian yang sangat mengerikan, untuk pertama kalinya terjadi di desa mereka.
Karena tidak sanggup menyaksikan para petugas tersebut yang mulai bekerja memungut sisa-sisa tubuh dari istri pak Gito, Bu Wati pun memilih untuk pulang sedangkan para warga lainnya tetap memilih untuk membantu petugas membersihkan area tersebut.
Bu Erni pun berjalan pulang menuju rumah sedangkan suaminya masih bersama warga lainnya membantu pak Gito dan petugas.
Sesampai nya di rumah ia memilih memutar kearah belakang rumah nya menuju sumur guna mencuci wajahnya, saat hendak membasuh wajahnya ia mencium bau anyir darah segar, saat ia melihat air tersebut sudah berubah warna menjadi merah darah.
"Astagfirullah ya Allah apa ini," ucap Bu Wati membuang air tersebut.
Suasana sekitarnya berubah mencekam, angin kencang menerpa wajah Bu Wati disertai bau darah yang sangat menyengat.
Mata Bu Wati melirik sekitar rumahnya seperti ada sesuatu yang asing menatap dirinya.
"Tukkk, ibu," ucap Intan menepuk pundak ibunya.
"Astagfirullah, Intan kamu ini bikin kaget ibu aja loh, kalau ibu jantungan gimana coba," ucap Bu Wati kaget.
"Ibu lagi ngapain toh, dari tadi Intan panggil-panggil kok malah diam aja?" tanya Intan.
"Airnya," ucap Bu Wati.
"Air nya kenapa Bu?" tanya Intan.
Bu Wati pun bergegas melihat tumpahan air tadi yang tidak sempat ia basuh wajah ya, air nya seperti biasa jernih tidak berubah warna.
"Ya Allah apa tadi aku salah lihat yah, mungkin aku masih terbayang dengan kejadian yang menimpa istri pak Gito sehingga aku melihat air sumur ini berubah warna," monolog Bu Wati dalam hatinya.
"Ibu kok malah bengong lagi sih, air nya kenapa Bu?" tanya Intan heran.
"Itu emm, air nya nggak kenapa-kenapa kok tadi tangan ibu licin jadi tumpah deh, ya udah kita masuk aja kedalam biar nanti ibu cuci mukanya di dalam aja, udah Maghrib juga sebaiknya kita bersiap untuk sholat," ucap Bu Wati menarik anaknya untuk segera masuk ke dalam rumah, dalam hatinya masih menyimpan pertanyaan atas apa yang tadi terjadi dengan dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Mericy Setyaningrum
santet emang serem Kak
2025-10-20
0