...Masalah yang menimpa bisa membuat kita menjadi dewasa. Maka sering-seringlah bermasalah....
...(Cantya Lova, S.T. RONG)...
*S.T. RONG \= Stres Tak Tertolong
...***...
Tya terduduk lesu di teras rumah. Ingin mengatakan ini hari adalah hari yang sial tapi ucapan bisa jadi doa. Bagaimana jika esok dan seterusnya hari-harinya tidak mujur.
"Jatuh di mana ya dompetku? Untung aja ada recehan tiga ribu di tas. Pas buat bayar angkot. Emang ciri orang Indonesia selalu untung dalam berbagai kondisi." Tya mendesah. Lalu mengembuskan napas kasar. Menggaruk kepala yang tiba-tiba gatal karena lembab oleh keringat. Sepertinya hari ini tidak mendapat Jumat berkah tapi ada sedikit untung.
"Sudah pulang?" Suara Bisma terdengar seiring pintu pagar terbuka. Kakaknya menenteng kantong kresek putih. Tampak pula bapak-bapak yang berjalan kaki dengan mengenakan sarung dan baju koko dan menenteng kantong kresek yang sama.
"Belum. Baru khodamnya aja."
Bisma menyeringai. Ia ikut duduk di sisi kiri Tya kemudian memanggil-manggil nama anaknya dengan mulut mengarah ke pintu rumah.
"Siapa yang selametan, Kak?"
"Rehan anaknya Pak Kohar. Besok mau nikah."
"Sama orang..."
"...bukan. Sama kambing."
Tya menonjok bahu Bisma hingga kakaknya mengaduh. "Aku belum tamat ngomong. Sama orang Depok itu bukan? Atau yang orang Bogor?"
"Orang Depok."
"Syukurlah cepet nikah. Ngeri lihatnya. Itu cewek kalau dibonceng kayak cicak nempel di tembok."
Bisma tertawa. Tawanya berhenti begitu mendengar pintu dibuka. Menengok ke belakang.
"Ayah bawa oleh-oleh buat Nesha?" tanya anak gadis yang muncul bersama ibunya.
"Ini...Tante Tya dibagi juga ya. Kasian kelaparan. Lihat saja bawa oleh-oleh cuma mie segede cacing." Bisma segera beranjak sebelum badan rusak digebuki adiknya.
Tya yang terkejut, langsung meraba wajah. "Mbak, serius ada mie di wajahku?" tanyanya pada Susan yang juga memperhatikan ke arahnya. Dan kakak iparnya itu melipat bibir menahan senyum.
"Itu di kerudung Tante." Nesha menunjuk dengan jari mungilnya.
Tya langsung menyentuh bagian kerudung di bawah dagu. Teraba ada yang lengket dan itu memang mie yang sudah kering. "Ih, kok bisa. Tadi kan aku jajan mie ayam. Terus lari-lari, terus duduk. Terus lari-lari lagi. Harusnya mie ini jatuh dong bukannya ngikut. Pantesan tadi di angkot pada ngelirik aku. Kupikir mereka merasa aneh liat gadis cantik naik angkot. Udah ge er aku."
Susan tertawa. "Eh tapi ngapain juga harus lari terus duduk terus lari lagi."
"Ketemu ODGJ, Mba."
"Apa itu ojeje, Tante?" tanya Nesha.
Tya meringis sambil menggaruk kepala. Lupa jika punya keponakan yang kritis serba ingin tahu. "Orang sakit. Masuk yuk ah dah maghrib. Tante mau mandi."
Hanya ada satu kamar mandi di rumah. Berada di sisi ruang tengah sebelum masuk dapur. Alhasil Tya harus mengantri jadi belakangan setelah kakak iparnya berwudhu. Sementara Bisma sudah pergi ke masjid. Meski hati resah karena dompet hilang entah dimana, otaknya tetap bisa memproduksi kalimat quote sesat yang kemudian diunggah di story-nya—jadi hiburan untuknya. Orang-orang yang melihat story nya membalas dengan emoji tawa.
"Tya, mau ikut nggak besok nganter Rehan ke Depok? Pak Kohar nyiapin 3 mobil untuk tetangga yang mau ikut." Jelas Bisma yang baru pulang dari masjid. Bergabung dengan istri dan adiknya yang sudah duduk di karpet bersiap makan.
"Mbak Susan ikut?" Tya melemparkan pertanyaan pada kakak iparnya.
"Ikut. Hitung-hitung healing. Besok mbak libur mengganti hari ini yang harusnya libur. Ikut yuk, Dek?"
Tya menggeleng. "Nggak deh. Lagi mager. Dompetku jatuh entah di mana. Duitnya sih gak seberapa. Cuma 30 ribuan. Tapi kartu ATM dan KTP. Duh, nggak bisa gesek duit deh."
"Telpon call center dulu minta kartumu diblokir. Terus nanti ke Polsek aja bikin surat kehilangan," sahut Bisma.
"Besok deh aku ke Polsek. Pinjam motor Kak Bisma ya. Selamat mengantar calon pengantin ke Depok. Aku...pinjam dulu seratus ada, kan?" Tya menyeringai.
***
Ribuan bintang gemintang menggantung indah di langit hitam dan kelam. Menjadi saksi seorang wanita duduk sendiri di kursi santai favoritnya sambil meluruskan kaki menghadap kolam renang yang memantulkan kilat sinar lampu pencahayaan. Mimik wajah datar namun pandangan dalam. Ia menoleh ke kanan begitu menghirup aroma parfum yang terbawa semilir angin.
"Bu Suri panggil saya?"
"Cari tahu profil perempuan ini sekarang juga." Suri mencabut kartu identitas dari dompet yang ditemukan saat ia akan meninggalkan bukit pohon sengon. "Cari tahu latar pendidikan, pekerjaan, keluarga, pacar, kredit bank kalau ada. Pokoknya sedetail mungkin."
"Untuk apa?" Pria yang mengenakan kemeja hitam itu mengernyit usai membaca nama dan tahun kelahiran yang tertera di KTP. Gadis muda.
"Aku tertarik dengan karakter gadis itu. Ingin ku jodohkan dengan Diaz."
"Kau udah dua kali cari perempuan untuk jadi istrinya Diaz. Tapi Kau sendiri yang kemudian ragu untuk menjodohkan setelah tahu profilnya." Tutur kata pria yang awalnya formal kini berubah laksana obrolan dengan teman.
"Kali ini feeling aku mantap. Aku udah ketemu gadis itu tadi sore. Kayaknya cocok buat jalanin misi aku. Tolong bantu aku, Husain."
Pria berusia 46 tahun itu mengangguk. "Baiklah. Secepatnya saya akan kasih laporan. Ada lagi yang harus saya lakukan, Bu Suri?"
"Nggak usah formal. Suamiku lagi di rumah istri muda. Temani aku minum teh dulu."
"Kalau ada Diaz, aku bersedia. Kalau cuma berdua, aku nggak mau timbul fitnah. Lebih baik pulang dan kerjakan tugas darimu."
Suri mendengus. Tapi ucapan Husain ada benarnya juga. Ia mengijinkan pria yang menjadi sopir pribadinya itu dengan sekali kibasan tangan. Tak ada lagi suara setelah ucap 'permisi' didengarnya. Hening suasana. Sepi di jiwa.
Setelah satu jam duduk diam menikmati kesendirian, Suri beranjak meninggalkan kursinya. Ditambah hawa malam semakin dingin. Menutup pintu dan menguncinya. Langkahnya lambat tapi pasti menuju ruang tengah dengan interior yang mewah. Duduk di sofa empuk menghadap layar televisi yang baru saja dinyalakan. Suri menunggu anak semata wayangnya pulang.
"Malam, Ibu." Suara Diaz memecah kesunyian.
Yang ditunggu akhirnya datang pukul sembilan. Suri tersenyum saat Diaz mencium pipinya lalu duduk di sisi kirinya.
"Keluyuran melulu. Ibu nggak ada temen ngobrol di rumah."
"Cowok jadi anak rumahan kesannya gimana. Lagian aku ada di cafe bukan nongkrong gak jelas."
"Makanya cepet nikah. Nanti istrimu harus tinggal di sini biar Ibu ada teman ngobrol di rumah."
Diaz mendesah. "Kalau sekadar butuh teman ngobrol Ibu bisa ajak teman ke sini atau nyuruh karyawan butik nginap di sini. Gampang kan?"
"Diaz, kau masih kepikiran Gena?" Suri mengalihkan tema membahas mantan pacar Diaz.
"No. Rugi waktu dan pikiran."
"Syukurlah. Ibu terus terang nggak mau punya mantu modelan dia. Berarti kamu nggak masalah Gena kini jadi pacar Boby?"
Diaz tak langsung menjawab. Butuh waktu 10 detik untuk membuka mulut. "Aku nggak masalah putus sama Gena. Tapi masalahnya kenapa Gena mau sama Boby. Padahal dia tahu kalau Boby anak ayah dari istri muda."
"Ibu nggak mau ikut pusing berpikir. Ibu lebih peduli kebahagiaanmu. Ibu udah siapin calon istri untukmu, Diaz."
"Apa?!" Diaz menyerongkan badan. Menatap lekat wajah ibunya yang dengan santainya mulai bercerita tentang pertemuan tadi sore dengan seorang perempuan.
"Ibu apa-apaan. Main paksa nikah segala mana ceweknya nemu di jalan nggak jelas asal-usulnya. Nggak mau!"
"Cuma nikah kontrak nggak sampai setahun, Diaz. sampai ayahmu ngasih warisan. Kan syaratnya kamu kudu nikah dulu. Dan Ibu juga pengen lepas dari ayahmu. Kau pikir Ibu bahagia jadi istri tua?"
"Lantas alasan apa selama ini ibu memilih bertahan?"
"Karna Ardiaz Kavian, buah hati Ibu harus dapat haknya. Kalau Ibu nggak terima dimadu, Ibu akan terusir dan kau tidak dinafkahi. Bekerja samalah dengan Ibu, Nak. Kalau tidak, Boby akan cari muka depan ayahmu. Dia bakal memperkenalkan Gena sebagai calon istri. Kalau Boby yang duluan nikah, jabatan CEO pasti jatuh ke tangannya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Ainal Fitri
ooo bgtu ya Suri... tenang ibu, biar aku yg rayu Tya untuk bekerja sama dengan ibu suri 🤭 cocok lah misi kita tidak terima pelakor lebih senang hidup nya. ap lg ia sudah merusak rumah tangga ibu dengan cara merebut suami ibu Suri dan bhkn bs jd ia juga merencanakan untuk menjadikan anak nya CEO d perusahaan yg jd hak nya anak mu ibu Suri. aku mdukug mu ibu Suri 💪💪🤭
2025-09-21
5
Neng Ima Adhikari
ujung-ujungnya minjem seratus.. 😆😆bisa banget ini si Tya... udah pinjem motor, pinjem duitnya juga... 🤣
aku terharu lho sama kakak iparnya Tya, sebaik itu...
oh jadi begitu rencananya Ibu Suri... baik Ibu Suri, semoga misinya berhasil, dan Bapak Haji Thoriq bisa memberikan hartanya untuk Diaz..
jadi penasaran ih sama Diaz...
2025-09-21
3
AyNov
semoga setalah Adiaz dan Ibu Suri dapat haknya.. semoga bisa lepas dri bapaknya yg hobi nikah itu. dan jgn dibuang si Tya. pst Ibu Suri ada teman yg seru klo bermenantukan Tya. somplak gtu anaknya pst rame 😁
2025-09-21
7