Bab 4 # Pertemuan Pertama (2)

Pria itu tuan muda Nadeo duduk dengan gerakan yang penuh wibawa, seolah seluruh ruangan ini hanyalah panggung untuknya.

Mark meletakkan sebuah amplop cokelat di depan Aliza.

" Surat perjanjian pra- nikah," ucapnya datar.

Aliza menatap amplop itu, jantungnya berdegup kencang.

" Bacalah. Itu peraturan yang harus kamu taat saat menjadi istriku," suara laki-laki itu terdengar rendah,dalam, namun. membawa tekanan yang seakan memaksa patuh.

Perlahan, Aliza meraih amplop tersebut. Ia menghembuskan napas panjang, mencoba menenangkan,pikirannya agar tetap fokus. Matanya membaca deretan kata di halaman pertama:

Pihak Pertama: Nadeo Argantara Buenavista.

Pihak Kedua : Aliza Vyara Margaretha Smith.

Lalu matanya tertumbuk pada kalimat yang membuat darahnya seakan berhenti mengalir.

Peraturan yang berlaku selama pernikahan adalah: Pihak kedua harus menuruti seluruh aturan pihak pertama.

Apa maksud semua ini? pikir Aliza panik. Apa ini artinya harus patuh sepenuhnya pada dia?

Seluruh tubuhnya bergetar. Saat itu juga, ia sadar Laki- laki di hadapannya benar-benar memiliki kuasa untuk melakukan apa pun yang ia mau.

Mata pria itu tetap dingin, namun ada sedikit kilatan yang sulit diartikan. entah ancaman, atau sekedar pengingat bahwa ia sedang berada di wilayahnya.

"Bagaimana?" suara Nadeo terdengar renyah, nyaris tanpa intonasi. " Tanda tangan atau.... kita buat lebih sulit?"

Aliza merasa darahnya berhenti mengalir sesaat. Semua kemungkinan buruk berkelebat di kepalanya.

" Maaf, apakah saya boleh bertanya maksud dari aturan ini.?"

Nadeo menatap Aliza tajam, sorot matanya dingin, nyaris menusuk.

" Patuhi semua yang aku katakan. Tanpa pengecualian."

Aliza menelan ludah, mencoba tetap tenang. " Apa tuan bisa menjabarkannya? Supaya saya tidak melakukan kesalahan."

" Ingat baik-baik," ucap Nadeo, nadanya tegas

" Pertama: jangan pernah mencampuri urusan pribadiku. Apapun itu. Termasuk hubunganku dengan wanita lain."

Aliza merasakan dadanya menghangat oleh perasaan yang sulit ia jelaskan.

" Baik."

Nadeo terkekeh sinis.

" huh.... jika masih ingin bermain di luar, kenapa kau menikahiku?"

Aliza menatap ke bawah, memilih diam.

" Kedua: lakukan kewajibanmu sebagi istri tanpa banyak bicara. Aku tidak suka dibagi bantah."

" Baik, Tuan. Apakah ada lagi....?"

Alis Nadeo terangkat. " Wah, berani juga kau bertanya."

"Maaf... boleh saya bertanya tuan?"

" Katakan."

" Apa saya bisa tetap bekerja seperti biasa?"

Nadeo menyandarkan punggung, matanya tak lepas dari wajah Aliza. "Aku tidak perduli pekerjaanmu. Yang harus kamu lakukan hanyalah menjaga sikap di luar. Jangan sampai ada gosip yang bisa merusak nama baikku. Ingat....aku bisa membuat keluargamu bertahan hidup dan aku juga bisa membuatnya hancur berkeping-keping"

Aliza terdiam. Nafasnya tertahan. Kata- kata itu bukan sekedar peringatan tapi ancaman yang nyata.

Aliza berusaha menahan gemetar di ujung jemarinya. Rasa takut menyelusup di dadanya, namun ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Nadeo. Dengan nafas teratur, ia berkata pelan namun tegas

" Baik tuan. Saya akan menjadi istri yang patuh, tidak banyak bertanya, dan akan menjalankan semua aturan yang anda tetapkan. Terima kasih atas segala bantuan yang telah tuan berikan kepada keluarga saya. Saya akan membayarnya dengan pengabdian seumur hidup....bahkan dengan nyawa saya sekalipun. Terima kasih atas kemurahan hati Tuan yang telah menyelamatkan keluarga saya dari jurang kemiskinan."

" Baiklah, jika kamu sudah tahu aturan yang aku berikan!"

Aliza tersenyum tipis." Terima kasih atas pujiannya tuan"

Nadeo terkekeh sinis " Hahaha....aku memujimu? Dasar bodoh. Aku sedang menginjak harga dirimu. Atau .....memang kau sudah tak punya harga diri lagi setelah ibu tirimu menjualmu pada ku?"

Sekretaris Mark membisikkan sesuatu di telinga Nadeo. Wajah Nadeo seketika berubah, terlihat tidak ingin melanjutkan pembicaraan. Ia berdiri dari kursinya.

Melihat itu, Aliza ikut bangkit. " Anda aku pergi tuan?"

Nadeo menghentikan langkah, " Belum sampai satu jam aku memberimu aturan, tapi kau sudah melanggarnya."

" Maaf atas kelancangqn saya, Tuan. Semoga hari- hari tuan dan perjalanan tuan menyenangkan."

Aliza menatap punggung tuan muda Nadeo yang pergi bersama sekretarisnya. Begitu sosok mereka menghilang, ia jatuh terduduk. Tangisnya pecah.

Ayah....Bunda.... hidupku sekarang begitu hina semenjak kalian pergi. Aku ingin menyusul kalian saja....

Ia pulang dengan taxi. Sepanjang perjalanan, matanya menatap kosong ke jalan raya, sementara air mata terus mengalir dipipinya.

Terpopuler

Comments

partini

partini

baca jadi ingat novel tahun 2019 daniah sama tuan saga ,, good story Thor 👍👍👍👍

2025-10-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!