Bab 5

"Hah? Kamu mau pergi? Nggak tinggal di sini lagi? Kan kamu bilang minggu depan baru pindah ke club?"

Harin menatapi Sean yang sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam koper.

"Hyeong-ku di sini. Gak tahu kapan dia balik ke Korea. Kamu tidur di kamarmu, menurutmu aku harus tidur di mana?"

"Di kamar kakakmu. Kalian kan sodaraan kandung."

Sean tertawa.

"Satu hal yang harus kamu tahu, kakakku itu nggak suka sekamar sama siapapun. Termasuk adiknya." ia menunjuk dirinya sendiri.

"Aku juga nggak pengen tidur di sofa, karena hyeong-ku nggak suka. Jadi terpaksa, aku harus pindah ke club lebih cepat dari jadwalku."

Harin mendesah berat.

"Tapi Sean, kakakmu itu terlalu dingin, aku akan canggung sekali tinggal hanya berdua dengannya. Dan... Aku seorang perempuan. Ba-bagaimana kalau kakakmu melakukan sesuatu padaku? Gini-gini wajahku cantik jelita kan?" katanya sambil mengangkat dagunya tinggi-tinggi.

Sean menatapnya dan tertawa kecil. Percaya diri sekali. Memang cantik, tapi kepercayaan dirinya membuat Sean merasa lucu.

"Kamu tenang saja. Kakakku itu ada riwayat gay. Dia nggak mungkin suka kamu. Aku juga gak pernah lihat kakakku jalan sama perempuan seumur dia hidup."

"Hahh?!"

Harin kaget. Matanya melotot lebar.

"Gay? Laki-laki se-cool dan setampan itu gay?!"

Sean cepat-cepat menutup mulut Harin.

"Jangan teriak, bukan begitu maksudku!" Sean yang panik. Matanya menatap ke pintu kamarnya yang terbuka lebar. Dia panik kalau sampai kakaknya mendengar perkataan Harin. Bisa-bisa bukan Harin yang di depak keluar dari rumah, tapi dia juga di keluarkan dari kartu keluarga. Di keluarga mereka kan kakaknya yang berkuasa.

"Jadi maksud kamu apa? Tadi bilangnya kakakmu ada riwayat gay." Harin jadi bingung. Suaranya ia pelan kan.

"Maksudku, dari kecil sampai besar, hyeong nggak pernah dekat apalagi pacaran sama perempuan. Berdasarkan itu, media memberitakan kalau dia mungkin seorang gay. Tapi itu salah besar. Hyeong seratus persen laki-laki normal. Hanya saja dia nggak tertarik pada siapapun, hanya tertarik kerja. Jadi, walaupun kamu berharap di sentuh sama aktor besar itu, jangan pernah berharap.

Ohh, jadi itu maksudnya.

"Kalo kayak gitu harusnya kamu ngomong gitu dari tadi, jangan bikin aku salah paham."

Sean terkekeh.

"Kamu yakin bener-bener nggak mau tinggal di sini? Atau kita tukeran aja? Aku aja yang pindah ke club kamu?"

"Jangan ngaco." balas Sean langsung. Pakaiannya sudah terisi  full di dalam koper. Lelaki itu bersiap keluar. Harin mengekor di belakangnya.

Pas lewat ruang tamu, si aktor tampan kakaknya Sean sedang duduk di sana. Tangannya terlipat di dada. Lelaki itu sungguh adalah sosok yang dominan. Siapapun yang bertatapan dengannya pasti merasa terintimidasi.

"Hyeong," Sean menghentikan langkahnya di hadapan sang kakak. Harin juga mau tidak mau berhenti.

Ia tersenyum ke Hyun-jae tapi laki-laki itu hanya membalas dengan tatapan datar nan mengintimidasi.

Cih, makhluk paling dingin di menangkan sama laki-laki itu.

"Aku pergi dulu." kata Sean pamitan.

Hyun jae mengangguk, pandangannya kembali jatuh ke Harin. Gadis itu tampak seperti orang bodoh di matanya. Seperti pengikut Sean. Lihat, ia terus mengekori Sean sampai di depan pintu. Hyun-jae masih belum yakin kalau mereka hanya sekadar sahabat.

Ketika Sean menghilang dari pandangannya, Harin menghela nafas panjang. Ia pun menutup pintu. Namun karena tidak hati-hati, tangannya terjepit pintu membuatnya berteriak kencang karena kesakitan yang luar biasa.

"Argkhhh!"

Air matanya jatuh. Ia menangis. Sakit sekali,

Hyun-jae yang mendengar teriakan tersebut segera berlari ke pintu depan. Sikapnya tetap tenang. Matanya jatuh ke tangan kiri Harin. Merah sekali dan ada tanda birunya.

"Hiksss ... Hikss ..." Harin menangis seperti anak kecil sambil menatap pria itu. Tangannya yang kanan memegangi tangan kirinya yang terjepi pintu tadi

Entah kenapa Hyun-jae merasa lucu melihat gadis itu menangis seperti anak kecil begitu. Tapi ia tetap mempertahankan sikap datarnya. Tanpa bicara apapun Hyun jae melingkarkan tangannya di bahu Harin dan memapah gadis itu ke ruang tamu. Gadis itu masih menangis keras.

"Kalau kau menangis terus, orang-orang akan mengira kau habis di perkosa."

kata-kata itu membuat Harin terdiam menatap Hyun-jae, tapi hanya beberapa detik, setelah itu dia menangis lagi.

"Sa-sakit bangettt hikss ..."

Harin menatap Hyun-jae dengan air mata yang terus mengalir. Rasanya seperti bukan hanya jarinya yang sakit, tapi seluruh dirinya ditelan rasa malu. Ucapan pria itu menusuk, tapi entah kenapa ada sedikit rasa hangat di balik nada dinginnya.

Hyun-jae menarik napas panjang, lalu duduk di sofa sambil menarik Harin untuk ikut duduk. Dengan tangan besarnya yang kokoh, ia memegang jemari Harin yang bengkak itu. Sentuhannya ringan, tapi tatapannya tetap dingin seolah sedang menilai sesuatu yang rumit.

"Biar kulihat." ucapannya singkat, tanpa intonasi.

"Sakit ..." Harin merengek manja. Air matanya kembali menetes, membuatnya terlihat rapuh sekali.

Hyun-jae menghela napas lagi.

"Kau ini, baru terjepit pintu saja hebohnya seperti mau patah tulang." meski ucapannya datar, tangannya justru hati-hati sekali saat menyentuh bengkak itu. Ia menekan pelan, memastikan tidak ada tulang yang retak.

"Auwww!" jerit Harin spontan. Ia buru-buru menarik tangannya.

"Oppa, jangan keras-keras!"

Tatapan Hyun-jae langsung menajam.

"Jangan panggil aku oppa. Aku bukan oppa-mu." suaranya dingin, tapi justru membuat Harin tercekat. Ia menggigit bibir, salah tingkah.

"Tapi kamu hyeong-nya Se-Sean."

"Itu urusan lain. Aku tidak terbiasa dipanggil seperti itu." Hyun-jae meraih kotak P3K dari laci meja di samping sofa. Dengan tenang ia mengambil salep dan perban.

Harin menatapnya diam-diam. Dari dekat, pria itu benar-benar menakutkan sekaligus mempesona. Garis rahangnya tegas, mata tajamnya fokus pada tangannya. Tapi setiap kali jari-jari itu menyentuh kulitnya, Harin justru merasa ada sesuatu yang berbeda. Hangat, protektif, meski wajahnya tetap dingin.

Tapi karena rasanya masih sakit, dia kembali menjerit pelan.

"Aw! Pelan-pelan hyeong."

kalimat itu kembali membuat Hyun-jae menghentikan kegiatannya sebentar dan menatapnya.

"Hyeong?"

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Harin sangat terkejut sean berkata hyun jae kakaknya adalah seorang gay, Bila-bila kakaknya dikatain gay bisa didepak dari kartu keluarga sean...
hyun jae hanya gila kerja dan kerja blm ada wanita buat hatinya bergetar dan tertarik sm wanita....

Harin sangat manja bingit baru kejepit pintu menangis dan merengek manja bingit sm hyun jae, hyun jae sangat berusaha menenangkan harin sedang menangis....

Harin sangat canggung skl sm hyun jae sikap sangat dingin dan datar, apalagi akan tinggal berdua di apartemen...

lama2 juga jatuh cinta keduanya dan bucin akut😀😀😀

2025-09-20

5

Vie

Vie

hyung itu bukanya sebutan kakak laki2 dari adik laki2 ya ga sih? 🤭🤭🤭

2025-09-20

0

Aurora

Aurora

mau panggil bang ga bawa gerobak,mau panggil chagiya tar meleyot lagi,dipanggil oppa aja kaget kan 🤣 udah kak aja dulu nanti baru oppa dan chagiya 🤭

2025-09-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!