Keesokan paginya Naura siap-siap untuk pergi bersama Adrian ke rumah sakit. majikannya mengajaknya untuk pergi bersama.
Dalam perjalanan menuju rumah sakit. Naura duduk di samping Adrian, pandangan gadis itu melihat nanar ke luar jendela mobil. Entah kenapa hatinya tidak tenang dan gusar.
" ibumu sudah aku pindahkan ke rumah sakit besar.Mereka juga akan melakukan operasi hari ini juga dan dokter bedah membutuhkan persetujuan mu sebagai anggota keluarga nya " jelas Adrian. tangan dan pandangan nya masih memeriksa dokumen yang ada di tangannya.
" terimakasih tuan " tidak ada kata-kata lain selain berterimakasih pada majikannya yang mau membantunya. Naura merasa bahwa inilah yang bisa dia lakukan tidak ada pilihan lain.
****
sesampanya di rumah sakit Naura langsung bertemu dengan dokter bedah. mereka menjelaskan tentang penyakit ibunya sampai terperinci.
" nona saya tidak yakin bahwa operasi ini akan lancar. karena tumor di otak ibu anida sudah menyebar ke seluruh sel, hanya ada 5% untuk ibu anida berhasil saya mohon apapun hasilnya anda akan menerima nya " jelas sang dokter.
Perkataan dokter terasa bagaikan belati yang menusuk jantungnya. tetesan bening jatuh dari mata indahnya gadis itu terhuyung lemas tak bisa menahan kakinya yang bergetar, jantung nya berdetak kencang.
" apa anda akan tetap melakukan operasi ini. saya harap anda menerima kenyataan nya bahwa ibu anida sudah tidak bisa lagi bertahan " lanjut dokter.
" ibu... maaf aku telat " batin Naura.Dengan berat hati dia mengangguk pelan jika ini bisa memperlambat sisa hidup ibunya dia akan melakukan nya.
" saya akan tetap mendatangani nya dok " jawab lirih Naura. sambil terisak menangis gadis itu mendatangani surat perizinan sebagai anggota keluarga untuk tetap melakukan operasi pada ibu anida.
" tolong bantuannya dok " pinta Naura.
" baik. kami akan melakukan sebisa mungkin mohon nona bersabar dan terus berdo'a agar operasi nya lancar "kata dokter.
Ruang tunggu rumah sakit terasa pengap. setiap detik terasa berjam-jam bagi gadis Malang itu, Naura duduk lemas di kursi tunggu dengan gelisah kakinya tidak bisa diam terus mengetuk-ngetuk.
hatinya berdebar kencang seperti genderang ditabuh kencang, do'a tidak henti-hentinya Naura panjatkan untuk sang ibu. Naura memejamkan kedua matanya membayangkan ibunya sehat seperti sediakala, namun pada kenyataannya itu hanya khayalan semata.
Adrian yang melihat Naura yang gelisah. dia duduk di samping gadis cantik itu, matanya sebab karena air mata yang terus menetes tak berhenti seperti hujan deras yang melanda. dengan rasa canggung Adrian membawa Naura ber sender dipundak nya.
" ibu akan baik-baik saja " suara lembut dari Adrian membuat Naura sedikit lebih baik. kata-kata menenangkan yang di butuhkan Naura saat ini.
Setelah menunggu lama akhirnya pintu ruang operasi terbuka. seorang dokter keluar, melepas maskernya, Naura berdiri, kakinya lemas dia bahkan di bantu oleh Adrian untuk berdiri. dokter itu tersenyum tipis.
" operasi nya berjalan lancar. syukur Tuhan memberikan mukjizat nya sampai kami bisa melakukan nya " kata dokter.
kata-kata itu bagai embuh di padang tandus. Naura terhuyung lemas dia pun hampir ambruk ke lantai, untung saja ada Adrian yang sigap menahan tubuh Naura dan membantunya untuk tetap berdiri, air mata kelegaan membanjiri wajah cantiknya, setelah sekian lama dia menunggu akhirnya Naura bisa bernafas lega. rasa syukur dia panjatkan memenuhi relung hatinya.
Adrian pun merasa lega setelah mendengar kabar dari dokter, dia tersenyum tipis.
" namun untuk saat ini pasien masih dalam kondisi koma, kemungkinan besar pasien tidak sadarkan diri selama dua hari " ujar dokter.
" jangan merasa senang dulu. karena masa kritis nya masih belum usai ibu anida seharusnya di operasi tahun lalu. namun karena terus di tunda membuat tumor nya semakin menyebar dan itu membuat pasien dalam kondisi yang sulit" jelas dokter.
Baru saja merasa lega. ucapan selanjutnya dari dokter bagaikan petir yang menyambar, Seharusnya dia tidak berekspektasi tinggi dengan operasi ini.
Setelah dua hari akhirnya ibu anida siuman dari koma nya, sejak hari itu Naura selalu ada di samping ibunya. meski begitu ibu anida masih terbaring lemah di ruang rawat, ibu anida tersenyum pada putrinya.
" ibu sudah merasa baik nak. tolong jangan memperlihatkan wajah sedih itu, ibu jadi ikut sedih " suara serak namun masih terdengar lembut di telinga Naura. suara yang dia rindukan selama ini.
" jangan tinggalkan rara bu " bisik Naura. dia menggenggam tangan ibunya yang dingin dan kurus menempelkannya di pipinya, mata Naura menatap ibunya dengan sayu.
ibu anida tersenyum tipis, bibi kering dan pucat itu memaksa dirinya untuk terlihat baik-baik saja di depan putri nya.
" nak. jika ibu sudah tidak ada nanti tolong jangan terlalu membenci ayah mu, temui lah walaupun hanya sekali " kata ibu anida.
" tolong jangan berbicara seperti itu. rara gak mau ibu ninggalin rara,rara gak mau sendiri " pekik Naura. air mata itu menetes kembali.
" nak ibu tahu kamu kuat meski tanpa ibu sayang" bisik ibu anida dengan suara parau.
Naura menatap ibunya dengan penuh air mata. kata-kata sang ibu bagikan belati yang menusuk jantungnya, seakan-akan perjuangannya selama ini tidak di anggap oleh ibunya.
" rara kuat karena ibu bertahan, meskipun keadaannya seperti ini rara sanggup mengurus ibu seumur hidup rara " bisik rara, terdengar suaranya bergetar.
" sayang. ibu hanya akan menjadi beban dalam hidupmu, dan itu membuat ibu merasa sakit melihat putri ibu harus menanggung beban yang begitu besar yang ibu taruh di pundak kamu nak " bisiknya, dengan suara yang hampir tidak terdengar.
" cukup rara gak mau ibu bicara seperti ini lagi. ibu bukan beban untuk rara " bantah Naura.tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, keduanya mengalihkan perhatian mereka ke arah pintu.
Naura bangun dari duduk menyambut Adrian yang baru datang dengan buah di tangannya.
" bagiamana keadaan ibu " tanya Adrian. dia mencium punggung tangan ibu anida.
" sekarang udah lebih baik " jawab ibu anida, senyum tipis terukir di bibi pucatnya.
" alhamdulillah. aku bawakan buah buat ibu " kata Adrian.
ibu anida melihat putrinya yang ada di belakang Adrian seakan tatapan matanya bertanya 'siapa pria ini' Naura terdiam sejenak entah harus seperti apa memperkenalkan majikannya pada ibunya.
" nak.. " kata ibu anida.
" saya Adrian calon suaminya Naura " kata Adrian. dia memperkenalkan dirinya pada ibu anida sebagai calon suami putrinya.
ibu anida terkejut saat pria tampan bertubuh tinggi itu memperkenalkan dirinya sebagai calon suami putrinya. ibu anida mengalihkan perhatian ke pada putrinya.
" ra kamu gak kasih tau ibu kalau kamu sudah memiliki calon suami " tanya ibu anida, Naura hanya diam membisu.
" maaf rara belum berani memperkenalkannya " ucap Naura pelan hampir tidak terdengar.
" aku datang ke sini ingin meminta restu ibu. aku akan menikahi Naura dalam waktu yang dekat " kata Adrian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Lisa
Sedih banget..moga Ibu Anida cepat pulih..
2025-09-25
0