MBMS - Bab 2 Tidak Terjadi Apa-apa

Sebuah mobil hitam berhenti di area parkir apartemen mewah. Seorang wanita mengenakan dress berwarna krem turun tergesa-gesa. Hak sepatunya beradu dengan lantai marmer, menimbulkan bunyi nyaring yang memecah sunyi pagi.

Begitu sampai di unit yang dituju, Giselle menekan bel beberapa kali.

Ting-tong!

Ting-tong!

Ting-tong!

Pintu terbuka. Tanpa menunggu, Giselle langsung berhambur memeluk pria di hadapannya.

"Dev…" suaranya bergetar. Pelukan itu erat, seolah meluapkan kegelisahan yang ia pendam semalaman.

Devano sempat kaku, lalu perlahan membalasnya. "Kenapa?" tanyanya datar.

Giselle melepaskan pelukan, menatap wajah Devano dengan senyum yang dipaksakan. "Tidak. Aku hanya… rindu."

Devano hanya membalasnya dengan senyum tipis yang terasa canggung.

"Maaf soal semalam," lanjut Giselle, "aku tiba-tiba dapat pemotretan mendadak." Nada bersalah terdengar jelas. Ia menoleh ke dalam ruangan, seperti mencari sesuatu. "Semalam… kamu sendiri?" tanyanya, pura-pura santai.

"Tidak. Ada Delia." Suara Devano tenang, tapi dingin.

Deg. Mata Giselle menyipit. "Delia?"

"Dia datang mengantar surat perceraian untuk kutandatangani." ujar Dev jujur.

"Lalu?" tuntut Giselle, nada suaranya meninggi setengah tak sabar.

"Aku sudah menandatanganinya. Kami resmi bercerai." Datar. Seolah berita itu tak berarti apa-apa.

"Bagus!" sahutnya refleks.

Wajah Giselle langsung berbinar. Hati yang tadinya cemas kini meledak jadi senyum lebar. "Astaga… aku senang sekali, Dev!" Ia kembali memeluk Devano dengan semangat.

"Kalau begitu kita berangkat sekarang," ujar Devano singkat.

"Hm!" Giselle mengangguk. Tangannya langsung menggandeng lengan Devano, membawanya keluar dari apartemen.

Karena arah kantor Devano dan lokasi pemotretan Giselle sejalur, mereka pun memutuskan berangkat bersama menggunakan mobil Devano. Sepanjang perjalanan, Giselle tak henti-hentinya tersenyum bahagia dan memuji keputusan Devano yang menurutnya sangat tepat.

Sementara itu Devano hanya diam. Pandangannya lurus ke depan, pikirannya jauh ke malam sebelumnya. 'Mungkinkah Giselle menaruh sesuatu dalam minuman itu?' batinnya.

Minuman itu memang dikirim oleh Giselle. Mereka sudah berjanji menghabiskan malam bersama, tapi hingga larut Giselle tak juga datang. Semua itu membuat Devano tak mengerti. Ada yang aneh…

"Dev? Kamu dengar aku bicara?" Giselle menoleh padanya.

"Hah? Maaf, aku sedang memikirkan pekerjaan," kilah Devano. Padahal jelas, bayangan tentang Delia semalam masih menempel di benaknya.

Kenapa hatinya terasa kosong? Kenapa seperti ada yang hilang dihatinya? Kenapa perasaan itu terus menghantuinya?

Tidak! Aku dan Delia sudah berakhir. "Semalam hanya kecelakaan," Devano mencoba meyakinkan dirinya.

Giselle menyandarkan kepalanya di lengan Devano. "Dev… sekarang kamu sudah bercerai. Jadi kapan kamu akan melamarku?" tanyanya manja.

Devano mengusap pucuk kepalanya, lalu menempelkan ciuman singkat di sana. "Sabar. Tunggu sampai aku bicara pada orangtuaku dan kakek," jawabnya datar.

"Hiih! Bicaralah sekarang, aku akan menemanimu," ujar Giselle tak sabar.

"Tidak semudah itu, Sel. Kamu harus sabar," jelas Dev.

"Ck!" Giselle langsung melepaskan pelukannya dan melipat kedua tangannya kesal. Begitu mobil berhenti di depan lokasi pemotretan, ia turun begitu saja, meninggalkan Devano yang hanya menghela napas.

"Aku jemput nanti sore," ucap Devano dari balik kemudi.

Kini mobil itu kembali melaju ke arah kantor Henderson Corp.

"Selamat pagi, Tuan Dev," sapa Mischa, sekretaris pribadinya.

"Hm… pagi," sahut Devano sambil mengancingkan jasnya dan melangkah masuk ke ruangannya.

"Hari ini ada rapat pukul delapan, Pak, dan siang nanti kita ada pertemuan penting dengan klien di cafe Velvet Brew, " terang Mischa sambil menyerahkan jadwal kegiatan.

"Baik, kamu atur semuanya. Jangan sampai ada yang terlewat."

"Baik, Pak." Mischa mengangguk dan kembali ke ruangannya.

***

Tepat pukul delapan, ruang rapat Henderson Corp sudah penuh. AC yang dingin bercampur aroma kopi dari gelas kertas, layar proyektor menampilkan slide presentasi. Para staf membuka laptop dan catatan mereka.

Hanya ada satu kursi yang kosong diujung sana. tempat itu adalah kursi milik Delia.

Devano mengetuk meja panjang dengan jarinya, ekspresinya tetap datar. "Kita mulai sekarang."

"Tapi, Pak, Nona Delia belum…"

"Maaf, saya terlambat," sela Delia sambil mendorong pintu. Suaranya tenang, langkahnya tegap, wajahnya profesional sperti biasanya.

Ia menyerahkan map laporan keuangan ke Devano. "Ini laporan keuangan perusahaan, Anda bisa mengeceknya," ucap Delia sopan dan formal, seolah tak pernah terjadi apa-apa dengan keduanya.

Devano mengangguk singkat. "Baik. Silakan duduk."

"Terima kasih." Delia duduk di antara staf lainnya.

Presentasi dimulai. Mischa berdiri di depan layar, menjelaskan grafik kenaikan produksi tiga bulan terakhir.

Sementara itu, tatapan Devano diam-diam memperhatikan wajah Delia. Wanita itu menyadarinya, tapi ia tau.. itu bukanlah tatapan suka.

Satu jam berlalu kini meeting selesai, semua staf satu-persatu meninggalkan ruang meeting tersebut.

Delia tampak masih sibuk merapikan beberapa berkas didepannya, sementara Dev hanya berlalu begitu saja bersama sekertaris dan asisten pribadinya.

Delia menahan nafas sejenak. 'Tidak terjadi apa-apa. Tidak terjadi apa-apa. Tidak terjadi apa-apa.' batin Delia mencoba mengulang kata Devano tadi pagi seperti sebuah mantra sihir.

Hingga pria itu telah keluar dari ruangan, barulah Delia mampu bernafas lega. 'Astaga...' batinnya.

Ia mendengus. "Dasar tidak punya perasaan!" umpatnya.

Sumpah seumur hidupnya, Delia baru pernah melihat pria semenyebalkan Dev. Dia memaksa, berbuat, dan bilang harus melupakan? gila!

Begitu selesai, Delia langsung membawa berkas-berkas itu masuk ke dalam ruangannya - Direktur Keuangan.

"Selamat pagi nona," sapa sekertaris pribadi Delia -Jessy.

"Pagi," sahut Delia dengan senyum manis.

Delia duduk dikursinya dan meletakkan beberapa berkas yang ia bawa.

"Jes, tolong buatkan aku teh hangat," titah Delia.

"Baik nona, tunggu sebentar," sahut Jessy. Gadis itu langsung berdiri dan meninggalkan ruangan menuju ke pantry kantor.

Delia menghela nafas sejenak, wanita itu langsung membuka laptopnya dan memeriksa beberapa laporan.

Delia memijat pelipisnya sendiri, entah mengapa kejadian semalam sangat membuatnya takut.

"Ini teh-nya, Nona," ucap Jessy ramah.

"Hm.. Terimakasih," Delia meraih cangkir dan menyeruputnya.

"Sama-sama.. Nona Delia, ngomong-ngomong wajah anda pucat sekali, apa anda sakit?" tanya Jessy cemas.

"Tidak, aku hanya.. kurang tidur," jawab Delia.

Memang itu yang akhir-akhir ini Delia rasakan. Ia merasa harus mengakhiri pernikahannya dengan Dev, disisi lain merasa tak enak hati pada keluarga Dev yang sudah sangat baik mau membiayai hidupnya selama ini, dan hal itu cukup menguras waktu istirahatnya.

Delia adalah wanita sebatang kara, orang tuanya telah meninggal dunia dan selama lima tahun ia hidup bersama keluarga Henderson. Mereka sangat menyayangi Delia seperti putri mereka sendiri.

Awalnya Dev juga seorang pria yang baik, dan Delia juga tau jika Dev memiliki seorang kekasih. Tapi begitu perjodohan datang, sikap Dev langsung berubah. Dia menjadi sangat dingin dan arogan.

Awalnya Delia mencoba menahan, tapi akhirnya ia menyerah. Dev tak pernah bisa mencintainya.

"Apa kita perlu kedokter nona?" tanya Jessy.

Delia tersenyum menggeleng. "Tidak Jess.. Aku tidak apa-apa, kembalilah ke mejamu,"

"Baik nona," Jessy mengangguk patuh dan pergi ke ruangannya.

Waktu berlalu begitu cepat, hingga tak terasa jam makan siang telah tiba.

Ting!

Sebuah pesan masuk ke ponsel Delia saat ia hendak pergi.

💌["Mau makan siang bersama?"]

Delia tersenyum, itu adalah pesan dari Alvin.

💌["Tentu,"] balas Delia.

Ting!

💌["Kalau begitu aku tunggu dicafe biasa,"]

💌[Hm! Aku datang!"]

Episodes
1 MBMS - Bab 1 Mari Bercerai
2 MBMS - Bab 2 Tidak Terjadi Apa-apa
3 MBMS - Bab 3 Belum Selesai
4 MBMS - Bab 4 Klarifikasi
5 MBMS - Bab 5 Hanya Anakku
6 MBMS - Bab 6 Antara Takut dan Belum Siap
7 MBMS - Bab 7 Ingin Dipeluk
8 MBMS - Bab 8 Menjaga Anak dan Rahasia
9 MBMS - Bab 9 Mantan Suami
10 MBMS - Bab 10 Alergi Parfum
11 MBMS - Bab 11 Sampai Waktunya Tiba
12 MBMS - Bab 12 Sakit
13 MBMS - Bab 13 Bukan Aku
14 MBMS - Bab 14 Anak Pria Lain
15 MBMS - Bab 15 Surat Pagi Hari
16 MBMS - Bab 16 Harus Dibicarakan
17 MBMS - Bab 17 Sesal
18 MBMS - Bab 18 Bukan Begini Caranya
19 MBMS - Bab 19 Hancur
20 MBMS - Bab 20 Hatimu Masih Milikku
21 MBMS - Bab 21 Masih Ada Waktu
22 MBMS - Bab 22 Pulanglah
23 MBMS - Bab 23 Mobil Delia?
24 MBMS - Bab 24 Kita Akan Menemukannya
25 MBMS - Bab 25 Kebohongan Delia
26 MBMS - Bab 26 Kamu Istriku
27 MBMS - Bab 27 Hilang Akal
28 MBMS - Bab 28 Kebohongan Yang Terbongkar
29 MBMS - Bab 29 Jangan Keras Kepala
30 MBMS - Bab 30 Menikmati Karma
31 MBMS - Bab 31 Tidak Jadi Cerai?
32 MBMS - Bab 32 Kedatangan Giselle
33 MBMS - Bab 33 Butuh Pengakuan
34 MBMS - Bab 34 Wajah Asli Giselle
35 MBMS - Bab 35 Apa Lebihnya
36 MBMS - Bab 36 Semua Akan Jelas
37 MBMS - Bab 37 Tamu Penting
38 MBMS - Bab 38 Menyelesaikan Urusan
39 MBMS - Bab 39 Beri Aku Nafas
40 MBMS - Bab 40 Jangan Ambil Mereka
41 MBMS - Bab 41 Dia Butuh Ibunya
42 MBMS - Bab 42 Dia Kecil Sekali
43 MBMS - Bab 43 Janji Kita
44 MBMS - Bab 44 Pengakuan
45 MBMS - Bab 45 Menghabiskan Waktu
46 Istri Polos Milik Allaric
47 Jerat Cinta Sang Duda
Episodes

Updated 47 Episodes

1
MBMS - Bab 1 Mari Bercerai
2
MBMS - Bab 2 Tidak Terjadi Apa-apa
3
MBMS - Bab 3 Belum Selesai
4
MBMS - Bab 4 Klarifikasi
5
MBMS - Bab 5 Hanya Anakku
6
MBMS - Bab 6 Antara Takut dan Belum Siap
7
MBMS - Bab 7 Ingin Dipeluk
8
MBMS - Bab 8 Menjaga Anak dan Rahasia
9
MBMS - Bab 9 Mantan Suami
10
MBMS - Bab 10 Alergi Parfum
11
MBMS - Bab 11 Sampai Waktunya Tiba
12
MBMS - Bab 12 Sakit
13
MBMS - Bab 13 Bukan Aku
14
MBMS - Bab 14 Anak Pria Lain
15
MBMS - Bab 15 Surat Pagi Hari
16
MBMS - Bab 16 Harus Dibicarakan
17
MBMS - Bab 17 Sesal
18
MBMS - Bab 18 Bukan Begini Caranya
19
MBMS - Bab 19 Hancur
20
MBMS - Bab 20 Hatimu Masih Milikku
21
MBMS - Bab 21 Masih Ada Waktu
22
MBMS - Bab 22 Pulanglah
23
MBMS - Bab 23 Mobil Delia?
24
MBMS - Bab 24 Kita Akan Menemukannya
25
MBMS - Bab 25 Kebohongan Delia
26
MBMS - Bab 26 Kamu Istriku
27
MBMS - Bab 27 Hilang Akal
28
MBMS - Bab 28 Kebohongan Yang Terbongkar
29
MBMS - Bab 29 Jangan Keras Kepala
30
MBMS - Bab 30 Menikmati Karma
31
MBMS - Bab 31 Tidak Jadi Cerai?
32
MBMS - Bab 32 Kedatangan Giselle
33
MBMS - Bab 33 Butuh Pengakuan
34
MBMS - Bab 34 Wajah Asli Giselle
35
MBMS - Bab 35 Apa Lebihnya
36
MBMS - Bab 36 Semua Akan Jelas
37
MBMS - Bab 37 Tamu Penting
38
MBMS - Bab 38 Menyelesaikan Urusan
39
MBMS - Bab 39 Beri Aku Nafas
40
MBMS - Bab 40 Jangan Ambil Mereka
41
MBMS - Bab 41 Dia Butuh Ibunya
42
MBMS - Bab 42 Dia Kecil Sekali
43
MBMS - Bab 43 Janji Kita
44
MBMS - Bab 44 Pengakuan
45
MBMS - Bab 45 Menghabiskan Waktu
46
Istri Polos Milik Allaric
47
Jerat Cinta Sang Duda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!