4 : Masa Lalu

Petunjuk :

"Semua yang terjadi bukanlah kebetulan. Pasti ada sebab tertentu bagi hidupmu."

"Gue bukan orang baik. Bahkan mungkin tidak pernah menjadi baik," kata Celly, usai mendapat pujian dari salah satu temannya, Ghea.

"Gue kemarin lihat lo ke gubuk tua itu, baik banget lo sama Misra. Setau gue lo gak pernah jahat," tukas Ghea, menyuapkan bakso bersama campuran air berwarna merah.

"Gak perlu bahas itu. Harusnya gue yang marah ke lo, level berapa tuh pedasnya. Merah banget, jangan ngadu kalo nanti bolak-balik WC." Celly memutar bola matanya malas.

"Kenapa peduli gitu? Lo sayang ya sama gue?" Ghea sengaja menyeruput kuah bersensasi pedas tersebut, karena dia tau jika Celly tak menyukai makanan pedas.

"Males gue ngomong sama lo." Celly berdiri dan mengambil mangkuk sisa makanannya tadi, bakso tanpa sensasi pedas. Saat ia hendak berlalu, Celly membisikkan sesuatu kepada telinga Ghea. "Cuman lo yang tau soal Misra, karena lo teman gue sejak 2 tahun yang lalu."

Ghea tersenyum mendengar penuturan dari Celly, bahkan jika boleh dikatakan, teman dekat. Celly tak mempunyai teman dekat selain Ghea, bahkan Celly tak pernah menganggap teman sekelas ataupun seangkatannya sebagai teman. Meskipun penggemarnya banyak, tetapi Celly tidak pernah menganggap mereka sebagai temannya sama sekali.

Celly pun mengantarkan mangkuk tersebut kepada Ibu kantin, setelahnya Ghea menyusul, mereka kembali masuk ke dalam kelas. Menghabiskan sisa jam istirahat untuk hanya sekedar membaca-baca pelajaran yang akan dipelajari.

"Cell, gue mau ngomong sesuatu sama lo." Ghea mengambil kursinya dari belakang dan mendekati Celly yang sedang membaca buku tulisnya.

"Apa? Kayak serius banget," ujar Celly, langsung menutup bukunya dan bersiap mendengarkan lontaran kata dari temannya tersebut.

"Lo masih ingat 'kan kejadian semester kemarin. 5 bulan yang lalu tepatnya," papar Ghea merendahkan suaranya.

Celly menganggukan kepalanya, "Soal Daisen 'kan?" Ghea membalasnya dengan anggukan kepala.

"Gue rasa apa yang waktu itu Daisen hack, memang menjanggal banget. Lo juga sama gak sih?" Ghea meminta pendapat dari orang di depannya.

"Iya sama, tapi kita gak usah bahas ini dulu. 5 menit lagi bel berbunyi, kita harus ngapalin buat pelajaran setelah ini. Lagipun yang tau hal ini cuman kita bertiga," dalihnya, membuka kembali buku tulis miliknya.

"Okei, lain kali kita bahas lagi ya Cell." Setelah Celly mengiyakan, Ghea kembali membawa kursi dan duduk ditempat yang seharusnya.

Flashback on

Waktu itu kondisi ruangan kelas sunyi, setelah ujian sekolah beres semua murid langsung pulang ke rumah. Untuk merelaks-kan otak setelah 1 minggu berpikir keras untuk nilai. Terkecuali Daisen, Celly dan Ghea.

Celly dan Ghea masih berbincang rencana mereka berlibur semester, sementara Daisen anak paling pendiam itu masih sibuk dengan laptopnya. Setelah ujian menggunakan komputer selesai, Daisen membuka laptopnya untuk mencatat nilai yang telah ia dan juga Lisa dapatkan, untuk laporan kepada orang tuanya.

Sejak berdirinya BINA GARUDA, pihak sekolah selalu menerapkan sistem yang berbeda dengan sekolah lainnya setiap ujian tiba. Hasil dari ujian tersebut tidak pernah diberitahukan kepada para siswa, bahkan nilainya. Bahkan tidak ada pembagian buku laporan akhir---Rapot. Prestasi mereka hanya diberitahukan lewat mading sekolah, 5 besar dari mereka akan dipanggil masuk ruangan guru untuk diberikan penghargaan. Yang menjanggalkan adalah, meski tidak ada laporan nilai akhir yang siswa dapatkan atau rapot, sebagian besar dari mereka dapat diterima oleh beberapa universitas terbaik negara dan dunia.

Oleh sebab itulah, Daisen selalu mengakumulasikan nilainya sendiri. Dia menghitung dari jawaban yang sekiranya benar dan dikalikan 2, meskipun ia tau jika nilai rata-ratanya tidak akan sama. Namun yang orang tuanya minta hanya nilai ujiannya saja yang dikalikan 2, mereka tidak meminta hasil rata-rata nilai sama sekali.

Setelah dirasa perbincangan selesai, Celly dan Ghea memutuskan untuk pulang dari sekolah.

"Sen, lo lagi nyatat hasil ujian kayak biasanya ya?" Daisen yang cuek hanya menganggukan kepalanya.

Dari awal, Daisen sangat ingin mengetahui alasan dari sekolah tidak memberitahu nilai kepada siswanya. Berbagai macam pertanyaan masih belum terjawab dalam benaknya, hingga ia ingin mengetahui pendapat orang lain.

"Kita duluan ya Sen," pamit Ghea. Sedangkan Celly hanya diam sedari tadi.

"Tunggu! Gue mau nanya sesuatu sama kalian," kata Daisen. Mereka terkejut, seorang kulkas 10 pintu itu ingin bertanya pada mereka?

"Tumben. Mau nanya apa?" Tanya Ghea. Kadang Daisen juga heran dengan Celly, karena Celly hanya tidak cuek dan jutek kepada Ghea saja yang ia ketahui.

"Kalian, pernah penasaran gak terkait buku rapot ataupun nilai ujian gak pernah diketahui murid?" Tanya Daisen, ia menutup laptopnya. Karena tugasnya telah selesai, Daisen rasa perbincangan yang ia mulai akan cukup serius.

"Ya, kalo menurut gue emang aneh aja gitu. Tapi 'kan sistem ini udah berlaku sejak awal berdirinya sekolah, atau 25 tahun yang lalu. Jadi ikut aja lah," papar Ghea.

"Kalo menurut lo?" Tanya Daisen pada Celly.

"Gue cukup penasaran, aneh banget tanpa buku rapot tapi sebagian besar bisa diterima dibeberapa universitas ternama. Dan seorangpun guru gak pernah bahas ini, saat kita yang memulainya pun selalu dialihkan topik pembicaraan atau disuruh keluar dari kelas. Mungkin emang ada yang pihak sekolah sembunyikan," tutur Celly sambil memandang ke arah luar kaca jendela dan bersidekap dada.

"Kalo kita coba cari tau gimana?" Daisen bertanya sambil memasukan laptopnya ke dalam tas.

"Menarik, gue ikut aja." Kali ini Celly yang bersuara terlebih dulu.

"Gue juga, penasaran banget. Mau tau yang sebenarnya," timpal Ghea.

"Okei. Gue akan pikirin dulu gimana caranya, kalo gue udah nemuin caranya gue kasih tau kalian. Gue rasa orang lain gak perlu tau selain kita bertiga, Lisa pun gak perlu tau. Gue harap kalian bisa kerja sama," dalih Daisen dan langsung berlalu pergi dari ruangan kelas.

"Yeh, si cowok kulkas 10 pintu." Ghea berucap sambil memutarkan bola matanya. Ia dan Celly pun keluar dari ruangan kelas.

Flashback off

Kejadian yang terjadi sekitar beberapa bulan yang lalu, tepat setelah peristiwa buruk menimpa kelima di antaranya. Bahkan beberapa bulan berlalu, tujuan kelima di antaranya masih sama. Untuk mengungkap aturan sekolah yang aneh, sejak awal bahkan sebelum dipimpin oleh Marseny.

Memang tak ada pihak sekolah atau manapun yang berani buka suara terkait aturan tersebut, bahkan Akashi dan Rayn pun belum pernah menanyakannya secara langsung kepada Marseny, setiap topik yang mengarah ke sekolahan Marseny enggan membahasnya dan selalu meninggalkan pemulai topik tersebut, memang sangat mengganjalkan.

-ToBeContinued-

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!