Yura pikir, selamanya dia tidak akan pernah bisa bertemu Hanan, tapi justru sekarang, pria dihadapannya itu adalah sosok pria yang dulu sangat mencintainya. "M mas Hanan..." Yura masih tidak percaya itu.
Sama halnya dengan Hanan, pria itu sungguh tidak menyangka kalau Yura yang dimaksud adalah Yura, istrinya yang kabur dengan pria lain. "Apa yang kau lakukan disini?" Hanan setengah membentak.
Seumur Yura mengenal Hanan, pria itu tidak pernah sedikitpun membentaknya, Hanan adalah sosok suami nyaris sempurna. "A aku..." Yura tegang dan setengah takut, dia belum pernah menghadapi kemarahan Hanan seperti itu.
"Mas, kamu sudah pulang?" Tiba-tiba suara Gendhis muncul. Wanita itu berjalan menuju kearah mereka, membuat Yura maupun Hanan tiba-tiba tegang, mereka terkejut melihat kedatangan Gendhis.
"Mas, ini mbak Yura yang aku bicarakan lewat telepon tadi. Dia akan menjadi pengasuhnya Aura!"
Hanan tersentak kaget, dia tidak menyangka setelah lima tahun Yura meninggalnya, sekarang wanita itu muncul kedalam keluarganya dan menjadi pengasuh anaknya.
Begitu juga Yura tak kalah syok saat sadar bahwa Hanan ternyata suaminya Gendhis, pria yang ia cintai sampai detik ini, sudah menikah lagi, bahkan bisa dibilang, statusnya masih menjadi istri sah nya Hanan karena saat ia pergi, Yura tidak pernah menggugat cerai, dan mereka belum pernah bercerai.
"Aku ingin bicara sebentar!" Hanan tiba-tiba menarik tangan Gendhis untuk pergi. Kebencian yang mendalam, membuat Hanan tidak sudi melihat wajah Yura, apalagi setiap hari berada dirumahnya.
Yura pun tau, kalau mas Hanan tidak akan mengizinkannya menjadi pengasuh anaknya. Tapi tunggu, Yura baru menyadari sesuatu. Anaknya Hanan dan Gendhis berusaha lima tahun, saat Yura meninggalkan Hanan, lima tahun yang lalu, seharusnya anaknya juga seusia Aura. 'Apa jangan-jangan, Aura anak kandungku?' Gumam Gura.
Besar kemungkinan kalau Aura anak kandungnya, pantas saja Yura merasa dekat seperti memiliki ikatan batin terhadap Aura, pantas ia merasa tidak asing dengan wajahnya, karena Aura mirip Hanan, ayahnya.
Tapi bagaimana kalau ternyata Aura bukan anak kandungnya? Sedangkan saat itu, anaknya terlahir prematur dengan detak jantung lemah, saat melihat Aura, gadis kecil itu sangat sehat dan aktif. Apalagi kalau sampai berurusan dengan ibunya Hanan, Yura tidak ingin membuat masalah.
Hanan membawa Gendhis ke ruang tengah, pria itu tidak ingin Yura mendengar apa yang ia katakan bahwa Hanan tidak setuju kalau Yura bekerja dirumahnya dan mengasuh Aura.
"Aku tidak setuju kalau gadis itu menjadi pengasuhnya Aura!"
Gendhis mengerutkan keningnya. "Memangnya kenapa, mas? Mbak Yura baik, dia yang menolong Aura tadi!" Jawab Gendhis, dia ingin alasan yang jelas dan masuk akal.
Gimana caranya Hanan menjelaskan, apa dia harus jujur kepada Gendhis bahwa Yura adalah istri pertamanya, wanita yang pernah sangat ia cintai, dan wanita yang meninggalkannya saat kritis serta anak mereka yang berjuang untuk bertahan hidup melihat indahnya dunia.
"Pokoknya aku tidak setuju, dia bukan dari yayasan kan? Bagaimana kalau sebenarnya dia komplotan penjahat yang menculik anak kecil! Gendhis, coba kamu fikir lagi, kamu baru kenal dia! Jangan mudah tertipu topeng baiknya!" Hanan berkata dengan tegas, berharap kalau Gendhis menurutinya.
Memang benar yang dikatakan suaminya, tapi Gendhis merasa Yura memiliki hati yang tulus dan baik. "Tapi aku merasa mbak Yura baik, mas. Belum ada baby sitter manapun yang bisa menaklukkan hati Aura, tapi mbak Yura bisa, mas."
'Karena memang Aura putri kandungnya, Gendhis. Makanya Aura merasa nyaman berada didekatnya!' Hanan menjawab didalam hatinya, tapi tidak bisa menjawab secara langsung.
"aku mohon, mas. Kita coba biarkan mbak Yura disini dulu, aku janji akan memantaunya!" Gendhis masih mencoba memohon, berharap Hanan memberikan izin.
Tapi pria itu tetap saja tidak bisa menerima Yura ada dirumahnya, wanita yang sangat dia benci bahkan seumur hidupnya Hanan tidak tau apakah bisa memaafkan Yura atau tidak. Perbuatan Yura sangat kejam, dia pergi dengan pria lain saat ia dan Aura kritis.
"Mama, bibi Yura dimana?..." Suara teriakan kecil Aura tiba-tiba muncul, gadis itu berlari dari arah ruang tamu.
Gendhis dan Hanan seketika menoleh, mereka berharap Aura tidak mendengar apa yang mereka debatkan.
Aura menatap Hanan dan Gendhis dengan sedih, setelah keluar dari kamar dan mencari bibi Yura ternyata tidak ada diruang tamu. Padahal Aura hanya meninggalkannya sebentar.
"Bukannya bibi Yura ada didepan?" Tanya balik Gendhis.
"Tadi ada. Tapi sekarang tidak ada. Apa Bibi Yura pergi? Aura tidak mau bibi Yura pergi..." Gadis itu tiba-tiba menangis.
Hanan dan Gendhis tentu saja terkejut melihat Aura menangis karena tidak melihat Yura. Hanan segera menggendong putrinya dan menenangkannya, sementara Gendhis mengecek ke ruang tamu, bersama dengan Hanan mengikuti dibelakang.
"Mbak, mbak Yura..." Gendhis memanggil, tiba-tiba ia melihat secarik kertas diatas meja serta tulisan diatasnya. Gendhis mengambilnya dan membaca pesan dari Yura.
'Bu Gendhis, saya minta maaf karena pergi tidak pamitan langsung. Saya tidak mau bu Gendhis dan suami ibu berdebat hanya karena saya. Saya akan mencari pekerjaan ditempat lain, terimakasih sudah baik sama saya.' Yura.
Gendhis tidak menyangka kalau Yura akan pergi, padahal Gendhis sudah yakin kalau Yura menjadi pengasuhnya Aura.
"Aura mau bibi Yura. Aura mau bibi Yura disini sama Aura..." Gadis kecil itu masih terus saja menangis.
"Nanti kita cari pengasuh lain untuk Aura. Papa akan carikan yang lebih baik dari yang tadi, oke?" Hanan mencoba merayu putrinya.
"Tidak mau!" Aura menggelengkan kepalanya dengan keras. "Aura maunya bibi baik! Aura tidak mau makan kalau bibi baik tidak disini sama Aura! Hiks hiks hiksss..."
Sekarang Hanan maupun Gendhis bingung gimana caranya menenangkan putrinya, Aura tidak pernah menangis seperti ini. Tapi bagi Hanan, nanti Aura akan terbiasa dan berhenti menangis setelah dibujuk lagi.
Meskipun Yura ibu kandungnya, tapi tidak ada yang tau. Hanan akan mencoba cara lain supaya Aura melupakan Yura.
.....
Yura pulang ke kost-an nya, sebenarnya dia enggan meninggalkan rumah Gendhis karena ingin mencari tau dimana anaknya. Tapi dia tidak ingin membuat masalah.
"Hallo bu, nanti kalau Yura gajian, akan Yura transfer uangnya untuk pengobatan ayah!" Gadis itu berbicara ditelepon.
Sekarang Yura bingung, ia terpaksa mengatakan kepada keluarganya kalau ia sudah mendapatkan pekerjaan, padahal belum. Tidak ingin membuat mereka semua khawatir dan sedih.
Sekarang Yura harus mencari pekerjaan lain untuk bertahan hidup dan menghidupi keluarganya. Apalagi ia punya adik yang harus kuliah.
'Mbak, aku mau berhenti kuliah saja ya. Aku mau bantu mbak Yura." Megan, adiknya bersuara. Yura tidak mau kalau sampai adiknya putus kuliah, apapun yang terjadi, Yura akan usahakan.
Sementara dijalan, pada malam hari Hanan mengendarai mobilnya sendirian. Gara-gara Yura pergi, Aura terus menangis hingga membuatnya demam. Sekarang Hanan terpaksa menyusuri jalanan untuk mencari wanita yang masih berstatus sebagai istrinya, yang sangat dia benci!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
sagi🏹
hanan kamu akan menyesal setelah tau kebenaranya bukan yura yang sengaja pergi ninggalin kamu dan aura tapi semua atas permintaan dan tekanan dari ibu mu sendiri yang menginginkan yura pergi dari kehidupan kalian.
2025-09-14
0
Cicih Sophiana
coba aja selidikin sendiri Hanan knp Yura bisa pergi... kan gak mungkin dia pergi dgn pria lain... sedangkan dia baru di caesar dan kamu sedang kritis... Yura jg kan sangat mencintai kamu
2025-10-10
0
Uba Muhammad Al-varo
padahal disini Yura yang jadi korban dari seorang ibu mertua yang egois dan ambisius dan ditunggu waktunya Hanan tahu yang sebenarnya terjadi, apa yang akan dilakukan oleh Hanan
2025-09-26
0