BAB IV PINTU GHAIB

     Dengan menunggu raksasa ketiga bicara, Sabdo memandang ketiganya dengan penuh waspada.

     " Hai....kamu turun ke bumi dengan tujuan untuk menghancurkan bangsaku, jangan harap manusia, aku akan musnahkan kau, aku akan bakar tubuhmu itu, paham !" kata raksasa ketiga yang berbaju hijau.

     Sabdo hanya diam dan matanya memandang tajam ke arah raksasa itu berdiri. Ketika itu hari sudah mengarah ke waktu sore, cahaya temaramnya membawa suasana yang menyeramkan. Ketiga raksasa itu membentuk posisi untuk mengurung Sabdo, gigi taring dari ketiga raksasa itu begitu runcing, rambutnya keriting keras, dan di dada ketiga raksasa itu, tampak bekas sayatan benda tajam yang masih membekas.

    Lalu, setelah Sabdo terkurung di tengah, raksasa baju merah, tangannya akan meraih tubuh Sabdo, dan....dugh....Sabdo memukul tangan itu, bukan raksasa yang kesakitan, tapi Sabdo yang menjerit,....akh....Sabdo mundur satu langkah, dan di belakangnya sudah berdiri raksasa baju hitam, ia menarik tangan Sabdo, dan setelah itu ia mencekik leher Sabdo, sehingga Sabdo susah bernafas. Di saat seperti itu, dengan sisa tenaganya, Sabdo menendang tubuh raksasa itu, namun sia-sia bahkan kini lidah Sabdo terjulur dan....clebh.....sebuah anak panah yang menancap, tubuh raksasa itu terhempas, Sabdo lepas dari cekikan tangan raksasa tadi, dan.....dugh....sebuah tendangan dari samping mengenai tubuh Sabdo, ia terpelanting dan tubuhnya mengantam meja....brak...brak..dugh.

Tubuh Sabdo terdiam, lalu raksasa baju hijau mendekat sambil membuka mulutnya dan siap menerkam Sabdo, begitu mulut menganga itu akan memakan tubuh Sabdo, tiba-tiba meluncur sebuah tombak dan mengenai leher raksasa itu, jatuhlah tubuh yang besar tadi dan menjerit dengan suara menggelegar, aaaaaaaakh.....

Kini tinggal raksasa baju merah, tubuhnya lebih tinggi dan gagah, ia membawa sebuah gada besar dari bahan perunggu. Raksasa itu siap memukulkan gada ke arah pelempar tombak tadi. Posisi kakek Palon begitu terancam oleh gada tersebut, sejengkal lagi gada itu mengenai tubuh kakek Palon, tiba-tiba tubuh kakek Palon berubah menjadi tubuh raksasa. Gada itu ditangkapnya lalu tangannya memutar ke kiri, membuat tubuh raksasa baju merah terhuyung ke kiri dan saat itu tubuh raksasa kakek Palon menendang rahang raksasa baju merah. Tepat mengenai rahang raksasa baju merah, dan krakh....krakh....leher raksasa itu tulangnya patah, ia menggelepar sebentar lalu diam selamanya. Tubuh raksasa kakek Palon berubah kembali menjadi kakek Palon.

Setelah beberapa saat, tubuh Sabdo menggeliat dan siuman dari pingsan nya, ia mengusap kedua mata lalu berkata

" Kek....haus...aku butuh minum," kata Sabdo perlahan.

Kakek Palon memberinya air minum, hingga tiga tegukkan lalu tubuh Sabdo duduk sambil memandang sekeliling.

" Mana ketiga raksasa tadi kek," tanya Sabdo.

" Mereka sudah pergi untuk selamanya ki sanak, tenangkan dulu nanti baru kita lanjutkan pekerjaan ini," kata kakek Palon sambil membantu Sabdo berdiri.

Keduanya lalu menuju pintu, tetapi....pintu itu tertutup dengan sendirinya. Sebuah keanehan datang lagi, pikir Sabdo. Pintu itu akhirnya bergetar selama sekian waktu, lalu perlahan diam, saat itu, setelah pintu diam, muncullah sosok anak kecil bertubuh seperti baja, di kepalanya terdapat dua tanduk, giginya bertaring serta mulutnya bergigi besar-besar, sesekali lidahnya menjulur seperti lidah ular, dari tubuhnya mengeluarkan bau busuk yang amat sangat.

Tubuh kecil itu memandang Sabdo dengan penuh keinginan untuk menghabisi.

" Hey....kamu telah melenyapkan ketiga pelindungku, kau wajib membayar semua itu," kata sosok kecil itu sambil menghunus pedang berwarna hitam, dan mengrluarkan asap tipis seakan-akan pedang itu panas.

Sabdo hanya diam dan terus mengawasi sosok kecil itu. Tingginya kurang lebih 50cm, namun ia kelihatan kebengisan. Sosok itu memandang Sabdo, kemudian setelah beberapa saat, tiba-tiba pedang hitam kecil itu melayang dan menuju ke arah Sabdo. Begitu melayang ke arah sasaran, pedang hitam itu menjadi besar dan tampak begitu tajam. Satu helai rambut saja jarak pedang itu dengan tubuh Sabdo, tiba-tiba....krak...krak..cring... Pedang itu patah menjadi beberapa bagian setelah berbenturan dengan anak panah yang melesat. Melihat hal itu, sosok kecil tadi melesat menerjang tubuh Sabdo, membuat tubuhnya terjungkal dan terhempas ke lantai. Sabdo merasakan sakit di bagian perutnya, lalu dengan kedua tangannya, Sabdo melempar sebuah batu yang ada di situ, batu itu pecah berkeping-keping setelah dipukul oleh sosok kecil itu.

Sabdo mundur satu langkah, lalu mengambil sebuah tombak yang tergeletak di lantai, kemudian sambil membawa tombak tadi, Sabdo menyerang sosok itu. Beberapa kali gerakan tombak, sosok itu bisa menghindar, bahkan setelah Sabdo mengarahkan tombaknya, sosok itu menyerang Sabdo, sehingga tubuh Sabdo terjungkal untuk kesekian kali. Sosok itu lalu menyerang dengan senjata berupa cakram dengan penuh gerigi yang runcing, senjata itu berputar-putar sebentar lalu melesat lurus ke arah Sabdo. Tiba-tiba...clep....ujung tombak itu menancap di paha Sabdo , ia menjerit kesakitan lalu berusaha untuk berdiri, namun ia terhempas kembali. Mata Sabdo kini melihat sosok itu persis di depan wajahnya. Lalu kepala Sabdo di pelintir ke kiri, keringat bercucuran, matanya sudah tidak bisa melihat apa - apa.

Dalam keadaan seperti itu, tubuh kecil tadi mulutnya terbuka dan tampak darah warna merah bercampur hitam meleleh di antara dua bibir sosok tadi. Darah itu sungguh busuk, kemudian lelehan darah itu membasahi dada sosok tadi. Setiap terkena lelehan itu tubuhnya terkelupas, sosok itu menjerit sekuat tenaga, membuat atap di atas Sabdo terjatuh dan menimpa sosok itu. Dari pecahan atap itu, ada yang menancap di kepala, di bahu dan di tubuh sosok tadi. Darah busuk keluar mengandung aroma yang tidak sedap.

Sabdo mual-mual lalu muntah beberapa kali dan ia limbung lalu roboh, sementara itu kakek Palon menurunkan gondewanya, dan memandang ke sosok kecil itu sambil berkata ;

" Syukurlah semua rintangan telah berakhir, tinggal nanti memilih untuk dijadikan sebuah peninggalan untuk anak cucu kelak ki sanak," tutur Sabdo.

" Apa yang akan saya kerjakan kek, saya bingung akan semua hal ini ", kata Sabdo sambil bertanya.

" Nanti akan kau lihat sendiri setelah keluar dari bangunan ini", tutur kakek Palon.

Akhirnya kedua orang itu berjalan menuju pintu, sudah dua pintu mereka lalui, tinggal pintu keluar di depan sana. Suasana telah berubah menjadi gelap, ternyata mereka berada di dalam bangunan itu selama sehari penuh. Rasa lapar dan dahaga begitu membuat tubuh Sabdo lemas, sementar kakek Palon terlihat masih tegar dan penuh semangat.

" Kita makan dulu ki sanak , di warungku ada makanan yang sudah aku buat tadi sebelum ke sini", kata kakek Palon.

Sabdo sambil tertatih-tatih mengikuti kakek Palon berjalan, ia hanya berpikir, kapan kakek Palon masak, padahal dirinya itu selalu mendampinginya, apa ada yang membantu di warung itu, tapi mustahil.....ini sebuah kemustahilan.

Episodes
1 BAB I RUMAH BERSARANG
2 BAB II GERBANG TENGKORAK
3 BAB III KAMAR BERDARAH
4 BAB IV PINTU GHAIB
5 BAB V TANAH BERTUAH
6 BAB VI JALAN BERDURI
7 BAB VII LORONG BERSEMAK
8 BAB VIII BARA MAYAT
9 BAB IX JASAD TERBUJUR
10 INGIN MEMBACA
11 BAB X KUBURAN KERAMAT
12 BAB XI KOLAM BERACUN
13 BAB XII HUTAN PENJARAH
14 BAB XIII JALAN BUNTU
15 BAB XIV PARA PENYAMUN
16 BAB XV HANTU POHON
17 BAB XVI LUBANG API
18 BAB XVII KERETA MAUT
19 BAB XVIII BAYANGAN HITAM
20 BAB XIX DENDAM KESUMAT
21 BAB XX JANJI TERBALAS
22 BAB XXI ULAR WALIKA
23 BAB XXII PETAKA BUMILOKA
24 BAB XXIII TELAGA REMIS
25 BAB XXIV TEROR ULAR DANAU
26 BAB XXV SILUMAN ULAR HIJAU
27 BAB XXVI DANAU BERACUN
28 BAB XXVII KERATON SURO
29 BAB XXVIII BATU HITAM
30 BAB XXIX BUNGA KENANGA
31 BAB XXX TUMBAL NYAWA
32 BAB XXXI MANUSIA CADEL
33 BAB XXXII SERIGALA HANTU
34 BAB XXXIII LUMPUR HITAM
35 BAB XXXIV BULU BERACUN
36 BAB XXXV BUAYA SILUMAN
37 BAB XXXVI KUBANGAN SILUMAN
38 BAB XXXVII WANITA BERTOPENG
39 BAB XXXVIII TIPU MUSLIHAT
40 BAB XXXIX BUAYA BUNTUNG
41 BAB XL SUNGAI PETAKA
42 BAB XLI LUMPUR HIDUP
43 BAB XLII SUMUR ANGKER
44 BAB XLIII TEBING NYAWA
45 BAB XLIV JALAN PENUH LUKA
46 BAB XLV WARISAN BERDARAH
47 BAB XLVI GOA SILUMAN
48 BAB XLVII ANCAMAN MAUT
49 BAB XLVIII HANCURNYA DIRI MANUSIA
50 BAB XLIX MUSTIKA BISA ULAR
51 BAB L TUGAS MULIA
52 BAB LI AMANAH SANG RESI
53 BAB LII TEROR KUTUKAN
54 BAB LIII HANTU POHON KAMBOJA
55 BAB LIV TERIAKAN MALAM
56 BAB LV JENGLOT BERTUAH
57 BAB LXVI MALAM KELABU
58 BAB LVII WARUNG MISTERIUS
59 BAB LVIII SALAH SASARAN
60 BAB LIX TUBUH TERBUJUR
61 BAB LX SUMUR KAHIRUPAN
62 BAB LXI SUMUR KASEMBADAN
63 BAB LXII SUMUR KAMITRAN
64 BAB LXIII SUMUR TEGANG PATI
65 BAB LXIV SUMUR KADIGJAYAN
66 BAB LXV SUMUR KANUGRAHAN
67 BAB LXVI SUMUR JALA TUNDA
68 BAB LXVII BAYI YANG DISELAMATKAN
Episodes

Updated 68 Episodes

1
BAB I RUMAH BERSARANG
2
BAB II GERBANG TENGKORAK
3
BAB III KAMAR BERDARAH
4
BAB IV PINTU GHAIB
5
BAB V TANAH BERTUAH
6
BAB VI JALAN BERDURI
7
BAB VII LORONG BERSEMAK
8
BAB VIII BARA MAYAT
9
BAB IX JASAD TERBUJUR
10
INGIN MEMBACA
11
BAB X KUBURAN KERAMAT
12
BAB XI KOLAM BERACUN
13
BAB XII HUTAN PENJARAH
14
BAB XIII JALAN BUNTU
15
BAB XIV PARA PENYAMUN
16
BAB XV HANTU POHON
17
BAB XVI LUBANG API
18
BAB XVII KERETA MAUT
19
BAB XVIII BAYANGAN HITAM
20
BAB XIX DENDAM KESUMAT
21
BAB XX JANJI TERBALAS
22
BAB XXI ULAR WALIKA
23
BAB XXII PETAKA BUMILOKA
24
BAB XXIII TELAGA REMIS
25
BAB XXIV TEROR ULAR DANAU
26
BAB XXV SILUMAN ULAR HIJAU
27
BAB XXVI DANAU BERACUN
28
BAB XXVII KERATON SURO
29
BAB XXVIII BATU HITAM
30
BAB XXIX BUNGA KENANGA
31
BAB XXX TUMBAL NYAWA
32
BAB XXXI MANUSIA CADEL
33
BAB XXXII SERIGALA HANTU
34
BAB XXXIII LUMPUR HITAM
35
BAB XXXIV BULU BERACUN
36
BAB XXXV BUAYA SILUMAN
37
BAB XXXVI KUBANGAN SILUMAN
38
BAB XXXVII WANITA BERTOPENG
39
BAB XXXVIII TIPU MUSLIHAT
40
BAB XXXIX BUAYA BUNTUNG
41
BAB XL SUNGAI PETAKA
42
BAB XLI LUMPUR HIDUP
43
BAB XLII SUMUR ANGKER
44
BAB XLIII TEBING NYAWA
45
BAB XLIV JALAN PENUH LUKA
46
BAB XLV WARISAN BERDARAH
47
BAB XLVI GOA SILUMAN
48
BAB XLVII ANCAMAN MAUT
49
BAB XLVIII HANCURNYA DIRI MANUSIA
50
BAB XLIX MUSTIKA BISA ULAR
51
BAB L TUGAS MULIA
52
BAB LI AMANAH SANG RESI
53
BAB LII TEROR KUTUKAN
54
BAB LIII HANTU POHON KAMBOJA
55
BAB LIV TERIAKAN MALAM
56
BAB LV JENGLOT BERTUAH
57
BAB LXVI MALAM KELABU
58
BAB LVII WARUNG MISTERIUS
59
BAB LVIII SALAH SASARAN
60
BAB LIX TUBUH TERBUJUR
61
BAB LX SUMUR KAHIRUPAN
62
BAB LXI SUMUR KASEMBADAN
63
BAB LXII SUMUR KAMITRAN
64
BAB LXIII SUMUR TEGANG PATI
65
BAB LXIV SUMUR KADIGJAYAN
66
BAB LXV SUMUR KANUGRAHAN
67
BAB LXVI SUMUR JALA TUNDA
68
BAB LXVII BAYI YANG DISELAMATKAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!