Jam pelajaran berakhir. Kalia baru saja menyelesaikan list pemesanan dari teman-temannya. Sebenarnya ia sangat lelah sekali, karena tidak ada waktu istirahat yang cukup untuknya.
Akan tetapi, rekan siswanya sangat baik padanya, bahkan Wisell, Ahyana, dan juga Wina membayar lebih dulu pesanannya, sebagai cara membantunya untuk tambahan modal dalam membeli bahan.
Wajah kantuknya mulai terlihat nyata, kedua matanya terasa sangat berat untuk ia tahan.
Saat tiba diparkiran, ia duduk termangu dan merenungi nasibnya yang terlalu miris jika dibandingkan dengan para sahabatnya.
Mereka begitu bahagia dalam menjalani masa remajanya. Tanpa harus ikut mencari makan, dan ua jajan yang cukup banyak, bahkan tak pernah terfikirkan oleh mereka, bagaimana rasanya saat melihat beras dirumah tinggal segenggam saja, serta token listrik yang bernyanyi ria, seolah mentertawakan kemiskinannya.
Ia berdiri diparkiran yang mulai sepi. Lalu perlahan para siswa telah pulang semuanya, dan tinggal ia sendiri yang masih diam dan duduk diatas jok motor yang terparkir.
Ia melihat motor satu-satunya sudah sangat lama tidak ganti oli, dan ini akan membuat ia harus berfikir lagi bagaimana caranya mendapatkan uang tambahan agar motornya tetap awet mesinnya. Sebab jika mengalami mati mesin, maka ia yang akan repot.
Perlahan rasa kantuk tak lagi dapat ditahannya, ia duduk dilantai parkiran, lalu tertidur tanpa sadar akan semua hal yang sedang terjadi.
Ia merajut mimpinya dalam sebuah impian yang begitu tinggi, dan terlelap sejenak.
Terlihat dikejauhan, sebuah langkah anggun dengan high hells hitam menuju parkiran, dan ia menghentikan langkahnya sejenak, menatap gadis malang itu dengan iba.
Ia berjalan menghampiri, lalu menempelkan punggung telapak kanannya diatas kening sang gadis, untuk memeriksa kondisinya, apakah demam atau sekedar tertidur lelah.
Tidak ada rasa panas pada suhu tubuhnya, sekedar hangat biasa.
Ia menatap lingkungan sekolah yang sudah sangat sepi, dan tidak tega jika membiarkan gadis itu tertidur didiparkiran bersama Security yang masih berjaga, tentu itu sangat berbahaya, sebab kejahatan dapat terjadi kapan saja tanpa ada niat dari pelakunya, melainkan karena ada kesempatan.
Waktu berlalu, wanita itu duduk didalam mobilnya, sengaja membuka pintu mobil untuk memberi isyarat jika ada seseorang didalamnya.
Waktu memperlihatkan pukul lima sore. Wanita berwajah ayu dengan kulit putih tersebut keluar dari mobil, lalu membangunkan sang gadis.
"Kal, Kal, bangun. Sudah sore, tak baik tidur jam segini," ia merasa jika satu jam tidur berkualitas sudah cukup membuat gadis itu bugar kembali.
Kalia tersadar, lalu membuka matanya, dan terkejut saat melihat seseorang sedang berjongkok menatapnya.
"Bu," ucapnya dengan nada sangat terkejut. Wajahnya masih kantuk, namun berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih terlambat loading.
Setelah memberi jeda, ia akhrinya dapat kembali bugar.
"Kamu kecapek-an, ya?" ucap wanita itu dengan nada prihatin. Ia melihat betapa kerasnya perjuangan sang gadis, dan tidak ada waktu untuk beritirahat.
Kalia menganggukkan kepalanya. Lalu tersentak kaget. "Pukul berapa sekarang, Bu?"
"Pukul lima sore lewat lima belas menit," jawab Kinoy, sembari melirik arloji ditangannya.
"Astagfirullah, aku belum belanja bahan, dan jenguk ibu," ucapnya dengan terburu-buru.
"Memangnya kenapa.dengan ibumu?" tanya Kinoy turut prihatin pada kondisi Kalia.
"Kata Dokter pembengkakan hati, atau hepatitis C," ucapnya dengan wajah sedih. Ia begitu takut kehilangan sang ibu, karena keluarga yang ia punya hanya wanita itu satu-satunya.
"Syafakallah buat kamu, ya. Yang sabar, dan jangan menyerah, sebab Allah tahu, jika kamu sanggup dalam menjalani ujian ini," pesannya pada gadis itu.
Iya, Bu. Makasih untuk pesannya, Kalia akan ingat selalu," sahutnya antusias. Mendapatkan perhatian yang tulus seperti itu saja sudah membuatnya sangat bahagia, dan dukungan yang kuat adalah semangat dalam membangkitkan jiwanya yang hampir rapuh.
"Oh, iya. Besok pagi ada rapat, dan ibu pesan donat dua puluh ukuran jumbo, serta risol mayones juga dua puluh buah ya," ucapnya dengan wajah ramah. Ia memberi uang selembar seratus ribu pada sang gadis. "Ini untuk tambahan modalnya,"
"Terimakasih banyak, Bu." ucapnya dengan rasa syukur, dan akhirnya ia dapat membeli oli untuk motornya yang sudah lama sekali tidak diganti pelumas.
Wajahnya terlihat berbinar, dan membuatnya kembali bersemangat.
"Ayo, pulang. Sudah sangat sore," ajak Kinoy dengan penuh kasih.
"Kenapa ibu tidak bangunkan saya saja tadi, dan jadi merepotkan ibu saja, karena nungguin saya." Kalia merasa sungkan, dan beranjak bangkit dari tempatnya.
"Ada saat-saat yang tidak boleh menggangu seseorang. Salah satunya sedang tertidur, saat sedang ibadah, dan saat sedang makan. Ketiga hal ini jangan dijadikan bahan candaan atau diganggu, kamu harus ingat pesan ini," Kinoy kembali menasehatinya.
Entah perasaan apa yang membuat wanita itu menyukai Kalia. Melihat perjuangan sang gadis yang berbeda dari siswa lainnya, telah menarik perhatiannya.
Andaikan saja ia memiliki anak lelaki, pasti akan ia jadikan menantu, namun sayangnya, ia tidak juga dikarunia anak hingga pernikahannya sekarang yang sudah memasuki tujuh belas tahun lamanya.
Melihat perjuangan Kalia, ia merasa sangat tersentuh, dan hatinya selalu ingin membantu.
"Iya, Bu. Semua pesan ibu akan saya ingat," jawab Kalia dengan penuh semangat.
"Bagus. Ingat, kamu akan menjadi pengusaha sukses dikemudian hari. Kamu tidak perlu repot mencari pekerjaan, kamu tinggal mengasah jiwa wirausahamu, dan kamu adalah bos-nya." Kinoy kembali menekankan ucapannya.
"Kalia tidak perlu kerja kantoran, Bu?" tanyanya kembali sebelum mereka berpisah.
"Kalau bisnis kamu sukses, kamu akan memiliki kantor sendiri, dan kamu adalah pemilik usahanya," Kinoy memberikan motivasi kepasa siswanya tersebut.
Senyum Kalia terlihat mengembang. Tentu saja hal itu akan menjadi cambuk bagi semangatnya.
Keduanya berpisah, dan Kalia bergegas pergi menuju klinik. Ia akan menjenguk sang ibunda, serta berbelanja bahan untuk keperluan dagangannya esok.
Setelah meninggalkan sekolah, motornya melaju menuju klinik. Sedangkan ditempat lain, seorang pria dewasa berusia tiga puluh tahun dengan wajah tampan sedang menunggunya didepan toko.
Sepertinya ia menunggu gadis itu untuk mengambil kembali kartu ATM-nya yang waktu itu ia berikan. Namun tanda-tanda kehadiran sang gadis tak juga terlihat.
Waktunya tak begitu banyak, lalu ia memutuskan untuk pergi, dan sialnya, ia tidak tahu nomor ponsel dan nama sang gadis. Kemarin ia hanya terfokus pada nama sekolahnya saja, dan mungkin ia akan menemuinya esok, dan mengambil kembali kart miliknya.
Sementara itu, Kalia sudah tiba didepan klinik. Langkahnya terlihat sangat terburu-buru. Ada perasaan was-was yang menyelimuti hatinya.
Sesampainya diruangan rawat inap. Terlihat Yatmi sang ibunda sedang bersitegang dengan Dokter yang memeriksanya. Ia memaksa untuk pulang, dan tidak ingin lagi dirawat.
"Bu," ucapnya dengan lembut, mencoba melerai percekcokan yang ada. "Ada masalah apa?" tanyanya dengan rasa penasaran.
"Sayang, ibu pulang saja. Rawat jalan. Biayanya lebih bengkak dari lever ibu. dua hari satu malam sudah mencapai lima juta," sahut Yatmi dengan nada yang tersengal.
Seketika Kalia syok mendengarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
YuniSetyowati 1999
Kasian Kalia.Tetep semangat ya nduk.Tidak ada yg tahu nasib seseorang kedepannya.
2025-08-30
2
Zahraini Annisa 😘 V3
astaghfirullah .. gak salah itu biaya nya mahal bgt sich, kasihan kn si kalia nya, mo cari biaya kmna coba 😱😱😔😔
bukan nya ibu nya jd nya sehat yg ada mlh makinan parah sakit nya krn mikirin biaya nya 😮💨😮💨
2025-08-31
0
kinoy
kasian y Kalia..ttp semangat..tenang Bu Kepsek Kinoy semangatin ko..heheeh
2025-08-30
0