Amira masuk kekamarnya dan menguncinya dari dalam. Wanita bertubuh sintal berkulit kuning langsat itu mengganti pakaiannya dengan baju rumahan lalu merebahkan tubuhnya diatas bed nya.
“Paling tidak aku bisa istirahat sebelum memasak makan malam.”
Baru saja matanya terpejam telinganya terganggu oleh kegaduhan diluar kamarnya. Sepertinya itu suara Ani dan ibu mertuanya. Tumben mereka ribut.
“Ah sudahlah itu bukan urusanku.”
Tapi tak urung suaranya sangat mengganggu. Amira memutuskan keluar dari kamar untuk mengambil jemuran di belakang untuk disetrika.
“Nah gara-gara ini nih Ani jadi uring-uringan.” Ibu mertuanya menunjuk sambil melotot.”
“Ada apa bu?” tanya Amira tidak mengerti.
“Gara-gara kau beli motor baru Ani jadi minta motornya diganti dengan yang baru. Kau ini sejak datang selalu saja bikin masalah.”
“Saya beli motor kan memang butuh untuk transportasi saya sendiri. Lagipula saya pinjam motor anggota milik keluarga ini juga ga boleh.”
“Tapi kenapa harus yang baru dan harganya mahal. Beli second yang biasa dan murah kan juga bisa.”
“Suka-suka saya dong bu duit-duit saya.”
“Dasar menantu geblek, sukanya menghamburkan uang untuk kebutuhan yang tidak penting. Uangnya untuk ditabung demi masa depan kan bisa atau dipakai membantu biaya ulang tahun cucuku kan bisa daripada uang dibuang-buang untuk kepentingan diri sendiri dasar egois.”
“Cucu ibu bukan tanggung jawab saya kali bu dia kan punya orang tua. Ayahnya juga kerja. Biaya ultahnya ya suruh minta sama bapaknya.”
“Dia itu keponakan suamimu ya wajarlah dia harus bantu kebutuhan keponakannya.”
“Ya sudah minta saja sama suamiku.”
“Kemarin aku minta katanya dia ga punya uang gajian masih seminggu lagi. Pasti kau yang menyimpan uang adikku kenapa tidak kau berikan saja uang adikku untuk biaya ulang tahun anakku lusa.”
“Uang gaji suamiku sudah menipis untuk biaya makan seminggu. Bukankah tiap hari kau juga menikmati gaji adikmu dengan selalu mengambil makanan yang baru selesai ku masak. Secara tidak langsung itu juga salah satu bentuk bantuan kan. Mbak Erna jadi hemat uang belanja. Sementara aku harus pandai-pandai mengatur uang belanja supaya cukup untuk 2 rumah tangga.”
“Kau ini pelit dan perhitungan sekali.”
“Bukan pelit mbak tapi harus hemat supaya gaji suamiku cukup untuk hidup kita semua selama sebulan.”
“Aku bisa membantu membuatkan kue ulang tahun untuk Dinar sebagai hadiah ulang tahunnya. Aku jamin bagus dan enak. Hanya itu yang bisa aku tawarkan.”
“Baiklah aku terima bantuan mu tapi awas ya kalau tidak enak.”
“Bu bagaimana dengan motorku? Aku mau motor seperti punya mbak Amira.”
“Duh ini lagi. Motormu kan masih bagus dan belum lunas lagi cicilannya kenapa harus ganti.”
“Aku ga mau ada yang motornya lebih bagus daripada motorku.”
“Mir bagaimana kalau motormu dipakai adikmu dan kau pakai motor Ani?”
“Oh ho….tidak bisa begitu. Pakai motor masing-masing. Ani masih SMA belum bisa menghasilkan uang ga sepantasnya pengangguran gede in gengsi.”
“Enak saja mengatakan anakku pengangguran memangnya kamu bukan pengangguran?”
“Saya kan ibu rumah tangga punya suami yang menafkahi. Tiap hari juga banyak yang saya lakukan. Memasak, bersih-bersih, mencuci dan menyeterika baju seluruh penghuni rumah ini.”
“Aku seorang pelajar mbak tugasku cuma belajar.”
“Belajar kok tidak naik kelas?”
“Kau jangan kurang ajar.”
“Ani sudah kamu masuk sana, tidak usah mempermasalahkan motor lagi. Yang penting motormu bisa dipakai sekolah itu sudah cukup. Ibu ini seorang janda ga bisa kalau dituntut harus memenuhi segala keinginan mu. Kamu harus mengerti.”
Ani menghentakkan kakinya sambil mendengus sebal. Gadis remaja itu membuka pintu kamarnya dan menutupnya dengan bantingan yang mengagetkan ibunya.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments