Bukan Bayi Biasa

“Wah gila ini beneran manusia atau lukisan hidup?”

Juwita ternganga, menatap sosok pria tampan yang baru saja turun dari lantai dua rumah megah itu. Bukan sekadar tampan, tapi super tampan. Kulitnya bersih, hidung mancung kayak tokoh drama Korea, rahang tegas, dan langkahnya santai tapi berwibawa. Kalau ini sinetron, kamera pasti sudah zoom-in slow motion dengan efek angin yang bikin rambutnya berkibar-kibar, padahal dia cuma turun tangga.

“Ini bukan bayi biasa ini,” batin Juwita. “Ini bapak bayi. Tapi nggak apa-apa sih, kalau bayi model begini siapa juga yang nolak? Desi kalau tahu ini pasti keplintir di lantai marmer, terus bilang ‘Wit, tolong seret aku ke pelaminan sama dia.’”

Namun kekaguman itu langsung campur aduk dengan minder begitu Zergan ya, pria itu ternyata bernama Zergan menatap dirinya dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Tatapan dingin, menelisik, kayak sinar X-ray yang bisa membedah lusuhnya kemeja peninggalan ayah Juwita, celana jeans belel yang hampir putus di lutut, dan sandal jepit yang sudah tak jelas warna aslinya.

“Duh kalau aku ini ditatap lama-lama, jangan-jangan aku berubah jadi debu. Modelan kayak aku mah pasti cuma dilihat sebelah mata. Eh, nggak ding, seperempat mata pun enggak!” gerutu Juwita dalam hati sambil menggaruk kepala yang nggak gatal.

Suara berat namun pelan terdengar dari mulut pria itu.

“Kamu bisa ngasuh bayi?”

Karena ruangan megah itu besar, suaranya seakan terpantul-pantul, tapi tetap saja terdengar sayup-sayup. Juwita sampai maju dua langkah dan pasang telinga lebar-lebar, khawatir salah dengar.

Untunglah Marlina, sang ibu, langsung menyahut sambil menyeka keringat pakai handuk kecil yang baru saja disodorkan pembantu.

“Kamu jangan tanya-tanya begitu, Zergan. Tadi sama Mami dia bilang sudah terbiasa sama bayi.”

Glek.

Kalau bisa, Juwita ingin menghilang seketika. Jantungnya rasanya melorot ke perut. Dari semua kebohongan di dunia, kenapa lidahnya harus kepleset soal “berpengalaman ngurus bayi”? Lha wong pegang bayi pun dia belum pernah! Bahkan sewaktu dirinya masih bayi, ibunya sudah tiada, jadi jangankan pengalaman, teori pun nol besar.

Tapi apa boleh buat. Ia pun tersenyum kaku, seakan-akan sedang foto KTP.

“He he iya, biasa kok, gampang banget,” ujarnya dengan suara nyaris fals.

Zergan tak menunjukkan ekspresi apa pun selain tatapan datar. Namun kalimat berikutnya bikin bulu kuduk Juwita berdiri.

“Sudah banyak yang melamar. Tapi begitu melihat bayiku mereka kabur. Mereka bilang aku gila. Kalau kau tidak ada niat, lebih baik pergi sekarang juga.”

Mata Juwita melotot.

“Apa? Gila?!” ia nyaris berucap keras, tapi buru-buru menahan.

Ia mencondongkan badan, kupingnya pasang maksimal. “Aduh, suaranya pelan banget sih. Aku kayak orang pekak harus pasang mode loudspeaker di telinga.”

Dengan nekat, Juwita bangkit.

“Maaf, Tuan barusan saya dengar orang bilang Anda gila? Maksudnya gimana, ya?” tanyanya blak-blakan, padahal seisi ruangan sontak hening.

Herman Tanubrata hanya menoleh bingung, Marlina menutup mulutnya dengan tangan, sementara Zergan tetap duduk tenang. Lalu tiba-tiba.

“YA!”

Suara keras itu membuat Juwita hampir lompat saking kagetnya. Ternyata Zergan bisa juga bersuara lantang, hanya saja memilih hemat bicara.

“Orang bilang aku gila. Tapi aku hanya ingin anakku diasuh orang baik. Ibunya sudah tiada. Jadi aku harus cari orang yang benar-benar bisa menjaga princessku.”

Suasana mendadak hening dan sendu. Bahkan AC yang berhembus terdengar jelas. Juwita yang tadinya ingin ngakak karena suara “YA!” barusan, malah tercekat. Ia baru tahu, pria setampan itu ternyata seorang duda.

“Jadi aku ini ngasuh siapa sih?” batinnya kebingungan. “Pria tampan bersuara hemat kata ini? Atau beneran ada bayi lain? Eh, jangan-jangan yang dimaksud bayi tuh boneka anabul koleksi limited edition?”

Zergan menatap lurus, kali ini lebih serius.

“Princess adalah segalanya bagiku. Dia anakku satu-satunya. Aku bekerja keras demi masa depannya.”

Juwita merasa dadanya sesak. Ada luka yang terselubung di balik dinginnya wajah itu. Tanpa sadar, ia pun berkata, “Jangan begitu, tindakan Anda sangat benar. Seorang ayah memang harus lakukan apa pun demi anak, apalagi anak perempuan. Anda seorang hero.”

Kali ini, bibir Zergan melengkung sedikit. Senyuman tipis, nyaris tak terlihat. Tapi cukup membuat kedua orangtuanya melongo.

Herman Tanubrata melirik istrinya, Marlina, dengan tatapan tak percaya. Biasanya Zergan selalu murung, sinis, bahkan meledak-ledak setelah tragedi kecelakaan istrinya. Tapi gadis lusuh ini, entah kenapa bisa membuat wajah anak mereka sedikit lebih hangat.

“Aku tahu kamu orang baik,” ujar Zergan lirih. “Kamu satu-satunya yang bisa mengasuh princessku.”

Seketika, Juwita ingin melompat gembira. Yes, diterima! Itu artinya 10 juta sebulan mengalir, hutang pinjol bisa dilibas. Tapi wajahnya ia tahan tetap kalem, meski keringat dingin mengalir di pelipis.

Zergan bangkit, lalu memberi isyarat. “Ikut aku.”

Mereka naik ke lantai dua. Juwita berjalan di belakangnya sambil menahan komentar iseng dalam hati.

“Ya ampun punggungnya lebar banget. Kayak papan reklame berjalan. Eh, Wit, fokus! Ingat, kamu ke sini bukan buat tebar pesona, tapi buat kerja. Kerja, Wit!”

Mereka tiba di lorong dengan dua kamar.

“Ini kamarku. Sebelah sini kamar princess,” jelas Zergan sambil membuka pintu.

Di dalamnya, ruangan serba pink menyambut. Ada ranjang bayi dengan tirai renda putih, boneka-boneka lucu berjajar, dan lampu gantung berbentuk mahkota kecil. Benar-benar kamar impian untuk seorang bayi perempuan.

Zergan mendekat lalu menunjuk ke ranjang bayi.

“Itu princess,” ucapnya lembut.

Juwita melangkah pelan. Saat pandangannya jatuh pada ranjang ia tertegun. Ada seorang bayi mungil, pipinya bulat merona, rambut tipis, bibir mungil, tidur nyenyak dengan tangan mengepal kecil. Rasanya dunia seakan berhenti sejenak.

“Ya ampun lucu banget. Baru enam bulan katanya? Masih fresh from the oven. Kalau aku bisa ngasuh bayi begini, apa aku bisa jadi calon mamak tiri sekalian? Eh, astaga, pikiranmu, Wit! Nanti dosa,” ia menepuk jidat sendiri dalam hati.

Zergan menatap penuh harap.

“Kamu diterima di sini. Bahkan kalau kamu butuh uang, aku akan kasih lebih. Tapi janjilah, rawat anakku dengan baik. Dia sudah tidak punya ibu. Jangan biarkan dia merasa kekurangan.”

Kata-kata itu menusuk hati Juwita. Ia teringat masa kecilnya sendiri yang tanpa kasih seorang ibu. Entah kenapa, air matanya menetes pelan.

Tiba-tiba waaahhh!

Si princess terbangun, menangis kencang.

“Cepat, beri dia susu,” kata Zergan buru-buru sambil menyerahkan botol dot kepada Juwita.

Juwita menerima dengan tangan gemetar. “Eh, e-eh iya, Tuan.”

Ia menunduk, lalu mendadak wajahnya berubah kaku.

“Tapi ini boneka,” lirihnya nyaris tak terdengar.

Matanya melebar. Yang ada di ranjang itu ternyata bukan bayi sungguhan, melainkan boneka bayi yang dibuat dengan detail realistic reborn doll, lengkap dengan berat badan hampir sama bayi asli. Juwita melongo, bingung harus ketawa atau nangis.

Sementara itu, Zergan menatapnya penuh keyakinan.

“Itu princessku. Namanya Princess Tanubrata. Rawatlah dia seakan dia anakmu sendiri, aku sangat menyanyanginya sampai aku mati."

Deg. Dunia Juwita seakan terbalik. Ia baru saja menandatangani kontrak hidupnya. Mengasuh boneka bayi.

Terpopuler

Comments

Zainab Ddi

Zainab Ddi

author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍😍

2025-08-21

0

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

apa betul itu bayi..🤭😲

2025-09-01

0

Zainab Ddi

Zainab Ddi

😲😲😲😲mengasuh boneka

2025-08-21

0

lihat semua
Episodes
1 Tiba-tiba Punya Hutang
2 Loker Ajaib
3 Jalan ke Rumah Calon Majikan
4 Bukan Bayi Biasa
5 Jackpot Kerja Jaga Bayi Boneka
6 Perubahan Kecil Zergan
7 Pergi Berbelanja
8 Dress Pink dan Steak Mewah
9 Malam Pertama di Rumah Zergan
10 Sarapan Bersama
11 Masa Lalu zergan
12 Telponan Dengan Desi
13 Keong Racun Tengah Malam
14 Senyum-Senyum Sendiri
15 Bunga Bermekaran di Kantor Zergan
16 Dibelanjakan Tuan Zergan
17 Kedatangan Desi
18 Desi Berbelanja Dengan Zergan
19 Perhatian Untuk Juwita
20 Kesedihan Juwita Kekhawatiran Zergan
21 Hutang Lunas
22 Perjanjian Kebahagiaan
23 Gelisah Malam Mingguan
24 Siap-siap Menjadi Cantik
25 Bianglala Bahagia
26 Kelinci Putih dan Telur Gulung
27 Kesedihan Zergan
28 Pengumuman Buat Kamu
29 Zergan Duda Gantung
30 Gembungan di Balik Celana Zergan
31 Makam Princess Tanubrata
32 Makan di Warung Kaki Lima
33 Liontin Huruf G
34 Aurora Juwita Kelihatan
35 Ke Kantor Zergan
36 Memijat Tuan Zergan
37 Ghazira Jewel & Mining
38 Pengumuman Author
39 Debaran Sentuhan Tangan
40 Permohonan Lima Puluh Juta
41 Mengejar Cinta Tuan Zergan
42 Pijatan Malam Pertama
43 Yang Dekat dan Yang Kembali
44 Rasa Penyesalan Indira
45 Ciuman Pertama
46 Penyatuan Dua Hati
47 Siap Menjadi Istrimu
48 Kedatangan Indira
49 Bahagia Sesaat
50 Pertemuan Takdir
51 Dua Kalung, Dua Takdir
52 Kabel Menolak Mati
53 Di Ujung Harapan
54 Operasi Berhasil
55 Juwita Sadar, Zergan Panik
56 Tangis, Cinta dan Tawa
57 Lebih Dekat, Lebih Hangat
58 Keberanian Cinta
59 Persiapan Pernikahan
60 Akad
61 Takdir Terindah
62 Pengumuman Akhir dari Author
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Tiba-tiba Punya Hutang
2
Loker Ajaib
3
Jalan ke Rumah Calon Majikan
4
Bukan Bayi Biasa
5
Jackpot Kerja Jaga Bayi Boneka
6
Perubahan Kecil Zergan
7
Pergi Berbelanja
8
Dress Pink dan Steak Mewah
9
Malam Pertama di Rumah Zergan
10
Sarapan Bersama
11
Masa Lalu zergan
12
Telponan Dengan Desi
13
Keong Racun Tengah Malam
14
Senyum-Senyum Sendiri
15
Bunga Bermekaran di Kantor Zergan
16
Dibelanjakan Tuan Zergan
17
Kedatangan Desi
18
Desi Berbelanja Dengan Zergan
19
Perhatian Untuk Juwita
20
Kesedihan Juwita Kekhawatiran Zergan
21
Hutang Lunas
22
Perjanjian Kebahagiaan
23
Gelisah Malam Mingguan
24
Siap-siap Menjadi Cantik
25
Bianglala Bahagia
26
Kelinci Putih dan Telur Gulung
27
Kesedihan Zergan
28
Pengumuman Buat Kamu
29
Zergan Duda Gantung
30
Gembungan di Balik Celana Zergan
31
Makam Princess Tanubrata
32
Makan di Warung Kaki Lima
33
Liontin Huruf G
34
Aurora Juwita Kelihatan
35
Ke Kantor Zergan
36
Memijat Tuan Zergan
37
Ghazira Jewel & Mining
38
Pengumuman Author
39
Debaran Sentuhan Tangan
40
Permohonan Lima Puluh Juta
41
Mengejar Cinta Tuan Zergan
42
Pijatan Malam Pertama
43
Yang Dekat dan Yang Kembali
44
Rasa Penyesalan Indira
45
Ciuman Pertama
46
Penyatuan Dua Hati
47
Siap Menjadi Istrimu
48
Kedatangan Indira
49
Bahagia Sesaat
50
Pertemuan Takdir
51
Dua Kalung, Dua Takdir
52
Kabel Menolak Mati
53
Di Ujung Harapan
54
Operasi Berhasil
55
Juwita Sadar, Zergan Panik
56
Tangis, Cinta dan Tawa
57
Lebih Dekat, Lebih Hangat
58
Keberanian Cinta
59
Persiapan Pernikahan
60
Akad
61
Takdir Terindah
62
Pengumuman Akhir dari Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!