Bab 4. Titik Lemah Seorang Ibu

Gendis terdiam seketika. Dia ingin sekali berteriak bahwa telah kehilangan bayinya. Akan tetapi, entah mengapa dia tidak sanggup.

Alam bawah sadar Gendis masih mengharap bahwa anaknya tak benar-benar pergi. Dia masih berharap bahwa ada kesalahan yang terjadi. Gendis berharap bayinya tertukar dengan orang lain.

Akan tetapi, sekuat apa pun Gendis menolak kenyataan, semuanya buntu. Bayinya tak pernah ada dalam pelukan. Ayaka pun menjadi saksi pemakaman bayinya.

"Kamu juga bisa mengosongkan ...." Hiro menahan ucapan dan hanya melirik dada Gendis yang semakin basah.

"Aku nggak mau. ASI-ku hanya untuk anakku." Gendis balik kanan, ketika sekretaris Hiro datang.

Ren membungkuk kepada Gendis sebagai tanda hormat. Gendis hanya mengangguk sekilas sebelum akhirnya berjalan tertatih meninggalkan ruang IGD. Namun, langkahnya terhenti ketika Hiro kembali memanggil namanya.

Gendis menoleh lagi. Tubuhnya berputar menghadap Hiro. Lelaki tersebut mengambil alih tas yang dibawa oleh Ren.

Hiro duduk berjongkok di depan Gendis, lalu menyodorkan sepasang sandal crocks. Hiro memegang pergelangan kaki Gendis. Awalnya perempuan tersebut menghindar, tetapi Hiro kini mendongak dan menatapnya lembut.

"Pakai, sandal ini atau mau kugendong sampai ke mobil?"

Mendadak Gendis kembali teringat kejadian setahun lalu. Saat di mana Gendis digendong oleh Hiro keluar dari restoran Jepang ketika selesai rapat. Gendis langsung menggeleng.

Perempuan tersebut bergegas melepas sepatu hak tingginya. Gendis sedikit meringis menahan perih. Dia pun langsung memakai sandal tersebut.

"Ren akan mengantarmu pulang. Tolong pikirkan lagi soal menjadi ibu susu untuk Reina. Aku sangat mengharapkan bantuanmu, Ndis." Suara Hiro semakin lembut.

Namun, hal itu tak serta merta membuat Gendis langsung luluh. Ketika dia hendak kembali melangkah, tiba-tiba terdengar jeritan dan tangis. Hiro pun menoleh ke arah ruang IGD.

"Ren, tolong antar Gendis pulang. Aku akan di sini sampai kondisi Reina membaik."

"Baik, Pak." Ren mengangguk, lalu merentangkan tangan untuk memberikan isyarat agar Gendis jalan lebih dulu.

Hiro tak lagi menghiraukan Gendis. Dia berjalan cepat dan masuk ke IGD. Gendis masih mematung.

Mendengar jerit tangis Reina membuat dadanya yang penuh semakin berdenyut. Perempuan tersebut kini balik arah. Perlahan melangkah mendekati pintu IGD.

Hiro kini tengah menggendong bayi mungil dengan selang infus yang menancap pada kakinya. Reina menangis dan meronta seakan tengah merasakan sakit luar biasa. Gendis terdorong untuk mendekat.

"Boleh aku ... menggendongnya?" tanya Gendis ragu dengan suara bergetar.

Sontak Hiro menoleh. Dia menautkan kedua alisnya. Tatapan Gendis begitu lembut ketika melihat Reina.

Hiro mengalihkan tatapannya kepada Reina. Bayi berusia dua bulan tersebut masih menangis dan sedikit meronta. Akhirnya Hiro menatap Gendis, lantas mengangguk.

Gendis melangkah pelan mendekati Hiro. Ketika jemarinya menyentuh kulit Reina, ada getaran aneh yang dia rasakan. Lembut dan rapuh, adalah kesan pertama yang membuat Gendis langsung berkaca-kaca.

"Ternyata begini rasanya menyentuh bayi." Dada Gendis mendadak sesak.

"Jika saja anakku ... jika saja dia ...." Suara Gendis mulai bergetar hebat dan tangisnya akhirnya pecah.

Hal itu membuat Reina menangis semakin kencang. Hiro yang menyadari putrinya terganggu akhirnya mendekati Gendis. Dia menyentuh bahu perempuan tersebut sehingga membuatnya mendongak.

"Jika kamu masih belum bisa menenangkan diri sendiri, jangan pegang bayi yang sedang menangis, Ndis." Nada bicara Hiro dingin, tetapi ada ketegasan di sana.

Gendis langsung melirihkan suara tangisnya. Napasnya sesekali tersengal. Perlahan dia menatap Reina yang juga mulai berhenti menangis.

Mata bayi itu menatapnya. Bibirnya masih tampak melengkung ke bawah, tetapi sekarang sudah lebih tenang. Sejak Gendis lahir di dunia baru kali ini dia menyentuh dan menggendong bayi.

Air mata Reina belum benar-benar mengering. Bayi mungil itu perlahan menggerakkan tangan untuk menyentuh wajah Gendis secara reflek. Gendis menahan tangan mungil Reina agar tetap ada di wajahnya, lalu memejamkan mata seakan tengah meresapi sentuhan lemah bayi berusia 2 bulan tersebut.

"Aku akan menjadi ibu susu untuk Reina."

Kalimat tersebut meluncur begitu saja dari bibir Gendis. Perempuan yang belum lama menolak keinginan Hiro itu dengan mudahnya berubah pikiran. Sentuhan kecil reflek dari Reina berhasil mengubah segalanya.

Perlahan Gendis membuka matanya. Tanpa sengaja dia menangkap senyum kecil yang terukir di bibir Reina. Bayi tersebut kini terlelap tenang dalam dekapannya.

Gendis mulai mendekatkan wajahnya pada tangan Reina. Dia mengecup jemari mungil itu penuh kasih. Setelah puas memandang wajah Reina, Gendis mengembalikannya kepada Hiro.

"Aku harus pulang dulu untuk memompa ASI. Kita bicarakan lagi soal ini nanti." Gendis balik kanan dan keluar dari IGD.

Ren sudah menunggunya di luar ruangan tersebut. Dia memiringkan tubuh dan sedikit membungkuk untuk mempersilahkan Gendis jalan lebih dulu. Perempuan tersebut pun akhirnya berjalan di depan.

Langkah Gendis terasa ringan sekaligus berat. Sandal crocs yang diberikan Hiro menimbulkan suara pelan setiap kali menghantam lantai rumah sakit. Di balik tubuhnya yang tegak, dadanya bergetar hebat, seolah setiap tarikan napas membawa serpihan kaca yang menusuk ke dalam rongga.

Ren berjalan setengah langkah di belakang Gendis, menjaga jarak sopan. Sesekali lelaki tersebut melirik wajah pucat yang dipenuhi sisa air mata itu. Namun, Ren tak berani membuka suara. Aura Gendis seperti benteng baja yang rapuh di dalam, tetapi terlalu kokoh untuk disentuh.

Begitu mereka keluar dari lorong rumah sakit, udara malam menyergap. Angin lembap membawa aroma antiseptik yang bercampur dengan bau tanah basah. Langkah Gendis terhenti sejenak. Matanya menatap kosong pada bayangan dirinya yang terpantul samar di kaca pintu mobil. Bayangan seorang perempuan yang kehilangan arah.

Ren segera membukakan pintu. Gendis masuk tanpa sepatah kata. Mobil pun melaju, meninggalkan cahaya rumah sakit yang kian mengecil di kaca spion.

Sepanjang perjalanan, Gendis tidak bersuara. Matanya menerawang menatap jalanan kota yang dipenuhi lampu neon. Namun, pikirannya masih tertahan di ruang IGD. Sentuhan tangan bayi mungil bernama Reina itu masih terasa jelas. Seolah kehangatan yang singkat itu telah menyalakan bara di hatinya.

"Jika saja ...." Gumam Gendis nyaris tak terdengar.

Mobil meluncur mulus. Ren hanya sesekali memandang lewat kaca spion, memastikan Gendis baik-baik saja. Setelah satu jam perjalanan, mereka tiba di rumah kompleks apartemen yang tinggi menjulang.

Ren turun lebih dulu, lalu membuka pintu. Gendis melangkah turun dengan sandal yang masih menggantikan sepatu haknya. Dia menoleh sekilas kepada Ren.

"Terima kasih, Pak." Gendis setengah membungkuk.

Ren pun membungkuk sopan, lalu pergi. Gendis masuk ke lobi apartemen dan berdiri di depan pintu elevator yang masih tertutup rapat. Tak ada suara selain detak jam di pergelangan tangannya.

Pintu elevator terbuka dan membawanya ke unit apartemen milik Gendis. Saat kunci diputar, udara dingin dari dalam menyambut. Ruangan itu begitu luas, tetapi terasa hampa. Hanya terdengar gema langkah kakinya sendiri.

Perempuan itu akhirnya mengempaskan tubuh di sofa. Lengan kirinya masih terasa hangat, bekas dekap Reina tadi. Air matanya kembali jatuh tanpa bisa dia cegah.

Mengapa anakku tak bisa berada di sini? Mengapa yang kutimang hanya bayangan?

Telepon genggam di meja bergetar. Nama Ayaka tertera di layar. Gendis menatap lama sebelum akhirnya menggeser tombol hijau.

"Gendis?" Suara di seberang terdengar sangat cemas.

"Aku dengar kabar kalau kamu tadi pergi ke rumah sakit?"

Terpopuler

Comments

Ida Nur Hidayati

Ida Nur Hidayati

alhamdulillah Gendis mau menjadi ibu susu Reina....

2025-09-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!