Salah Setan

“Nih, Mah! Untuk seminggu, cukupkan?!” ucap Bram sembari melempar lima lembar uang berwarna biru senilai lima puluh ribu rupiah.

Mala menatap nanar uang di atas meja. Perih merambati dada. Melihat Mala yang terdiam, Bram menunjukkan ketidaksukaan.

“Apa lagi?? kurang??” Matanya melotot, urat merah bagai cacing kepanasan yang ingin keluar dari mata Bram. Kebencian terpancar dari pandangannya ke arah Mala.

Sedikit bergidik sebab bersamaan dengan itu perut Mala seakan ada yang bergerak, dada terasa sesak, ada denyar ketakutan yang Mala tidak pahami ketika menatap kedua mata Bram. Untuk itu pandangan Mala beralih ke arah bahu Bram. Menyipitkan mata dan menemukan ada sesuatu yang tak biasa di sana.

Tangan Mala mengulur, mengambil sesuatu dari kaos hitam Bram di bagian bahu. Sebuah rambut panjang. Denyar halus kembali menyeruak.

“Rambut siapa ini?” tanya Mala datar, tangannya menunjukkan sehelai rambut panjang berwarna tidak hitam depan mata Bram. Rambut sangat panjang, jelas bukan milik Mala yang berpotongan rambut pendek.

Mata Bram ikut jeli melihat. Mimik mukanya campur aduk seolah menunggu respons otaknya memerintahkan mulut meluncurkan sebaris kalimat penenang.

“Punya anak-anak kali!” jawab Bram sekenanya.

“Anak-anak kita tak ada yang mewarnai rambutnya, ini seperti pirang,” ucap Mala masih dengan ketenangannya sambil mengamati sehelai rambut itu saksama.

“Akh, sudahlah … rambut Mbak Kunti kali! Beberapa malam lalu, aku dengar ada suara menangis, aku naik ke atas jemuran baju … arahnya dari pohon melinjo di belakang rumah.”

Huft, kali ini dia melemparkan kesalahan pada Mbak Kunti, gumam Mala dalam hati. Sama sekali tak ada relevansinya.

“Oh, iya ya Pah … Mbak Kunti berambut pirang kali, ya?” ujar Mala meledek. Dilemparkan rambut sehelai itu ke dada Bram kemudian berbalik fokus meneruskan memasak.

Bram terus mengalihkan topik pembicaraan, “Eh, uang aku di ransel kok nggak ada??” tanya Bram lebih kepada tuduhan.

Mala asyik mengaduk kolak di panci, entah kenapa minggu pagi ini ingin menyantap kolak. Melirik ke arah Bram sebentar, dari tadi tak melihat wujud uang … hanya dompet kosong yang terbuka dan ada semacam tisue di atasnya. Kondisi ransel sudah terbuka―teronggok di anak tangga menuju rooftop kecil tempat menjemur pakaian―dengan berbagai macam barang-barang yang entah sengaja atau tidak terlihat jelas oleh Mala.

Mala hanya melihat itu semua tanpa menyentuh, hanya pakaian kotor basah dalam plastik laundry hotel yang Mala ambil dan memasukkannya ke dalam mesin cuci.

Brug… brug!!

“Apa ada Tuyul di rumah ini, ya?!” seru Bram dengan kekesalan memuncak.

“Memang berapa jumlah uangnya?” tanya Mala akhirnya, mematikan kompor dan fokus menatap Bram.

Pandangan mata Mala mengandung arti, apa lagi ini … tadi menyalahkan Mbak Kun, apa sekarang mau menyalahkan Tuyul?

Bram sibuk mengomel, sebagian besar ucapannya hanya omong kosong yang muak untuk Mala dengar. Kalimat tuduhan mengarah pada Mala yang mengambil pakaian kotor.

“Uangnya warna merah ada beberapa lembar, kalau bukan tuyul setan ya mungkin tuyul berdaster, he-he …!” kekeh Bram meledek.

Mala terkesiap mendengar guyonan itu. Apa maksudnya ini? Hanya Mala yang berdaster di rumah ini. Bram sama saja menuduhnya mengambil uang merah yang entah benar entah tidak keberadaannya sedari Bram melempar tas ransel di anak tangga tadi pagi.

“Mungkin kamu yang lupa, uangnya yang di atas meja itu!” ujar Mala menunjuk ke arah meja di mana uang belanjanya tergeletak menyebar.

“Bukanlah, itu kan warna biru, yang di tas warna merah!” ujar Bram mendengus.

“Oh, jadi kamu punya uang merah, tapi yang kamu kasih ke aku warna biru??”

Mimik muka Bram kembali merah padam, “Harusnya kamu bersyukur, kerjaanku bukannya makan tidur, makan tidur aja di rumah!”

Mala tahu Bram bermaksud menyudutkannya, Bram yang selalu mengira kerjaan Mala di rumah hanya bersantai dan seharusnya cukup menerima saja seberapa pun uang yang diberikan Bram untuknya.

“Akh, sudahlah! Hilang ya sudah biar hilang! Sini peluk, aku pamit ya …?”

Bram menyeret tangan Mala dan membawa tubuh Mala dalam pelukannya. Begitu cepat berganti suasana hati. Entah mengapa tiba-tiba melunak dan ingin cepat menyudahi pembicaraan. Entah siapa yang menunggu di luar sana pada hari minggu yang seharusnya dihabiskan bersama keluarga ini.

Bau pafum menyengat menusuk hidung Mala. Selera parfumnya pun berganti. Dalam pelukan Bram, Mala merasakan mual yang amat sangat. Bukan mual akibat aroma parfum, melainkan rasa benci yang entah dari mana begitu kuat memberontak dari dalam hatinya. Pria yang sejak masih pacaran kemudian menjadi suaminya dan telah bersamanya selama dua puluh tahun ini, rasa-rasanya mulai jarang sekali memeluknya. Namun, di waktu yang jarang ini … Mala justru merasakan mual dan benci yang hampir tak terkendali. Satu-satunya keinginan Mala saat ini … sang suami cepat-cepat enyah dari hadapannya.

Benar saja, ketika pintu tertutup dan suara motor Bram menjauh pergi … ada perasaan lega yang tidak Mala mengerti.

***

Pukul 08.00 minggu pagi. Mala duduk berdiam di ruang dapur, duduk merenungi

ketidakharmonisan rumah tangga akhir-akhir ini. Di atas meja semangkuk kolak pisang yang ia masak sendiri, ia santap sendiri, menemaninya setia. Tidak ada orang lain. Ketiga anak perempuannya, belum beranjak dari kasur. Memilih bersantai di hari minggu, dan Mala selalu membiarkan. Lebih baik begitu, daripada mereka juga terheran-heran dengan perdebatan kalimat sindiran yang terus dilakukan kedua orang tuanya.

Deg!

Jantung Mala berdenyut. Terlintas di pikirannya begitu saja … apa yang Mala dan suami alami, seperti sengaja ada yang mengatur, bermaksud membuat keduanya saling benci, Bram yang menuntut lebih dari apa yang bisa Mala berikan, sedangkan Mala terus kecewa dengan kelakuan Bram yang terus-terusan menginjak-injak harga dirinya.

Apa benar ada sihir pemisah untuk kami, tapi siapa yang ingin memisahkan kami?

Lalu Mala coba ingat-ingat lagi, suara cicak, tokek, yang berbunyi mengejek … serta suara lemparan pasir atau kerikil yang ia dengar di malam buta. Mala yang sangat menggunakan logika dan awam dengan hal mistis, entah kenapa memilki intuisi kuat bahwa suasana buruk dalam rumah tangganya tidaklah terjadi alamiah dan memang ada orang yang menghendaki untuk sepasang suami istri ini saling membenci.

Mesin mobil yang mogok, keran air yang selalu bocor, motor Mala yang tiba-tiba ngadat, shower kamar mandi berkali-kali rusak, dan entah apa lagi bagian dari rumah ini yang acapkali rusak dan butuh perbaikan. Semuanya seperti mengarah ke satu titik bahwa rumah tangga ini sedang tidak baik-baik saja.

Mala menyuapkan kolak pisang ke mulutnya, menyesap kuah manis yang kini terasa getir.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Nurika Hikmawati

Nurika Hikmawati

gantian coba kamu yg di rumah Bram!

2025-08-23

0

Nurhikma Arzam

Nurhikma Arzam

agak seram ya boo

2025-08-21

0

lihat semua
Episodes
1 Sihir Pemisah
2 Salah Setan
3 Mengapa Wajahku Menyerupai Nenek?
4 Mengubah Penampilan
5 Trauma Masa Lalu
6 Permainan Nakal
7 People Pleaser
8 Generasi Sandwich
9 Mental Victim
10 Playing Victim
11 Si Yapping yang Berulah
12 Melanjutkan Kenangan
13 Sepotong Cerita Bersama Mama
14 Trauma Medusa yang Menghantui
15 Kehilangan yang Besar
16 Tenang Dalam Kenangan
17 Pacar Posesif
18 Bingung Setengah Gila
19 Setan Apa yang Merasukimu?
20 Siksa Menggila
21 Layu yang Tak Menyerah
22 Sial untuk Mala
23 Seni Mempertahankan Hubungan
24 Strategi Liar
25 Love Bombing Basi
26 Benci atau Cinta
27 Mati Rasa atau Sihir?
28 Cinta dan Dendam
29 Energi Negatif
30 Dilema Bertahan atau Melepas
31 Pertemuan Teman
32 Emosi Memuncak
33 Tangis Anak Perempuan Pertama
34 Keping Kecewa
35 Sebuah Peringatan
36 Patah Hati Pertama
37 Keputusan Terbaik
38 Wanita Berwajah Sendu
39 Menumbuhkan Gelisah
40 Bombardir dari Narsistik
41 Kehangatan Baru
42 Paman Ganteng Itu Siapa?
43 Bolehkah Aku Merasa Senang?
44 Budak Cinta
45 Perdebatan Panjang
46 Penyelidikan
47 Pertemuan Ruang Wangi
48 Ceruk Sofa Ungu
49 Menikmati Obrolan
50 Bisikan Provokasi
51 Lempar Bom
52 Restu Moya
53 Rencana Renovasi
54 Kejutan Minggu Pagi
55 Kencan berkedok Jalan
56 Izin yang Diberikan
57 Terbayang-bayang
58 Pria yang Menepati Janji
59 Cinta yang Santun
60 Kejutan Kehadiran
61 Ada yang Kepo
62 Sudah Suka
63 Semua Ulah Bibir
64 Mempertahankan Harga Diri
65 Terpojok
66 Tidur dengan Kenyang
67 Apa Ini Cemburu?
68 Omongan Manis
69 Malam Berbisik
70 Hadiah Kejutan
71 Larut Malam
72 Teh Hangat Mala
73 Melakukan Batasan
74 Pecundang Kesiangan
75 Hari Keputusan
76 Sambungan Telepon
77 Perjalanan Baru
78 Wanita Pengintai
79 Gempuran Hormon Jatuh Cinta
80 Sihir Itu Datang Lagi
81 Drama Itu Lagi
82 Mengambil Sikap
83 Hari Kepindahan
84 Lawan Narsistik Memang Harus Gila
85 Ketakutan Tak Beralasan
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Sihir Pemisah
2
Salah Setan
3
Mengapa Wajahku Menyerupai Nenek?
4
Mengubah Penampilan
5
Trauma Masa Lalu
6
Permainan Nakal
7
People Pleaser
8
Generasi Sandwich
9
Mental Victim
10
Playing Victim
11
Si Yapping yang Berulah
12
Melanjutkan Kenangan
13
Sepotong Cerita Bersama Mama
14
Trauma Medusa yang Menghantui
15
Kehilangan yang Besar
16
Tenang Dalam Kenangan
17
Pacar Posesif
18
Bingung Setengah Gila
19
Setan Apa yang Merasukimu?
20
Siksa Menggila
21
Layu yang Tak Menyerah
22
Sial untuk Mala
23
Seni Mempertahankan Hubungan
24
Strategi Liar
25
Love Bombing Basi
26
Benci atau Cinta
27
Mati Rasa atau Sihir?
28
Cinta dan Dendam
29
Energi Negatif
30
Dilema Bertahan atau Melepas
31
Pertemuan Teman
32
Emosi Memuncak
33
Tangis Anak Perempuan Pertama
34
Keping Kecewa
35
Sebuah Peringatan
36
Patah Hati Pertama
37
Keputusan Terbaik
38
Wanita Berwajah Sendu
39
Menumbuhkan Gelisah
40
Bombardir dari Narsistik
41
Kehangatan Baru
42
Paman Ganteng Itu Siapa?
43
Bolehkah Aku Merasa Senang?
44
Budak Cinta
45
Perdebatan Panjang
46
Penyelidikan
47
Pertemuan Ruang Wangi
48
Ceruk Sofa Ungu
49
Menikmati Obrolan
50
Bisikan Provokasi
51
Lempar Bom
52
Restu Moya
53
Rencana Renovasi
54
Kejutan Minggu Pagi
55
Kencan berkedok Jalan
56
Izin yang Diberikan
57
Terbayang-bayang
58
Pria yang Menepati Janji
59
Cinta yang Santun
60
Kejutan Kehadiran
61
Ada yang Kepo
62
Sudah Suka
63
Semua Ulah Bibir
64
Mempertahankan Harga Diri
65
Terpojok
66
Tidur dengan Kenyang
67
Apa Ini Cemburu?
68
Omongan Manis
69
Malam Berbisik
70
Hadiah Kejutan
71
Larut Malam
72
Teh Hangat Mala
73
Melakukan Batasan
74
Pecundang Kesiangan
75
Hari Keputusan
76
Sambungan Telepon
77
Perjalanan Baru
78
Wanita Pengintai
79
Gempuran Hormon Jatuh Cinta
80
Sihir Itu Datang Lagi
81
Drama Itu Lagi
82
Mengambil Sikap
83
Hari Kepindahan
84
Lawan Narsistik Memang Harus Gila
85
Ketakutan Tak Beralasan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!