Tamu yang membawa duka

Karena lelah berdiri, Aisyah dan Mbok Ima pun duduk di meja makan. Keduanya asik bercerita banyak hal. Aisyah bahkan melupakan apa yang membuatnya sedih karena Mbok Ima menceritakan banyak hal lucu padanya.

Sembari bercerita dan tertawa, Aisyah membantu Mbok Ima menyiapkan bahan-bahan masakan yang sudah ada di meja. Aisyah bertugas memotong sayur, sedangkan Mbok Ima sibuk menanak nasi.

Asap yang berasal dari magic com membuat suasana di dapur terasa tenang, apalagi tidak ada suara kendaraan berlalu lalang, karena kediaman mertua Aisyah berada di Graha yang cukup jauh dari pasar besar.

Di saat asik memotong sayur, tiba-tiba saja terdengar suara dari luar dapur yang memanggil Aisyah.

"Aisyah..." Teriakan yang cukup nyaring itu membuat Aisyah menghentikan kegiatannya lalu menatap Mbok Ima.

"Nyonya memanggil anda Nona," ucap Mbok Ima menatap Aisyah dengan wajah teduhnya.

"Nggak biasanya Mama memanggilku dengan berteriak seperti itu Mbok. Ada apa ya?" ucap Aisyah menatap Mbok Ima dengan wajah bingungnya.

"Mbok juga nggak tau, Non. Biasanya Nyonya pasti meminta Mbok Ima untuk memanggil Nona," ucap Mbok Ima tak kalah bingungnya dengan Ana.

"Aisyah..." Teriak Ana lagi memanggil Aisyah seperti orang yang sedang melabrak tetangganya.

"Sebaiknya Nona menemui Nyonya dulu. Mbok khawatir nanti Nyonya marah sama Nona," ucap Mbok Ima memperingati Aisyah.

Aisyah menganggukkan kepalanya dengan ekspresi yang tampak cemas. Wanita itu bahkan berulang kali menghembuskan nafasnya.

Aisyah melangkahkan kakinya menuju ruang tamu dengan jantung yang berdebar kencang. Wanita itu was-was dan mulai memikirkan hal negatif.

Tenanglah Aisyah, semuanya akan baik-baik saja.

Aisyah meyakinkan dirinya sendiri agar tenang tanpa merasa khawatir. Wanita itu meremas jari-jarinya yang berkeringat dingin.

Tak membutuhkan waktu lama, Aisyah tiba di ruang tamu. Ketiga orang yang masih berada di sana mengalihkan perhatiannya melihat Aisyah.

"Maaf Ma, ada apa Mama memanggil Aisyah?" tanya Aisyah dengan wajah tenangnya namun di dalam hatinya merasa khawatir.

"Kamu kemana saja sih, dua kali loh Mama panggil! Tuli ya kamu?" ucap Ana dengan ketus sembari menatap Aisyah dengan tatapan tak senangnya.

Melihat pemandangan itu, diam-diam Ariella tersenyum samar. Suasana itu begitu menyenangkan baginya. Ariella juga tidak merasa aneh pada Adam yang diam saja melihat istrinya diperlakukan tak baik oleh Ana.

"Maaf Ma, Aisyah tadi membantu Mbok Ima masak di dapur," ucap Aisyah dengan lirih sembari menatap Ana dengan mata teduhnya.

"Alasan! Cepat buatkan Ariella minuman. Kamu ini gimana sih, ada tamu nggak dilayani dengan baik!" ucap Ana dengan ketus tanpa memikirkan perasaan Aisyah yang sakit karena sikapnya.

"Baik Ma, Aisyah izin membuat minuman dulu ya," ucap Aisyah dengan mata yang sesekali melirik Adam suaminya.

"Ngapain kamu lirik Adam? Apa kamu mengira dia akan membelamu? Mimpi kamu! Sudah, cepat pergi sana!" ucap Ana menambah goresan luka di hati Aisyah.

Wanita paru baya itu mengusir Aisyah seperti mengusir seorang pengemis. Aisyah meremas hijabnya guna menghilangkan getaran kecil di tangannya.

"Baik Ma," ucap Aisyah bergegas pergi.

Wanita itu pun meneteskan air matanya setelah membalikkan tubuhnya membelakangi ketiga orang yang masih memperhatikannya.

Setelah Aisyah tak terlihat lagi, Ana pun memasang kembali senyum manisnya lalu menatap Ariella dengan lembut.

"Sayang, maaf ya. Pasti kamu merasa nggak nyaman ya karena hal tadi?" ucap Ana menggenggam tangan mulus Ariella dengan lembut.

"Tenang saja Tante, Ariella nggak merasa terganggu kok," ucap Ariella tersenyum lalu tertawa kecil dengan Ana yang ikut tertawa bersamanya.

"Syukurlah sayang, Tante harap kamu nyaman ya berada di sini," ucap Ana tanpa memudarkan senyumannya.

"Pastilah Tante, kediaman Tante dan Adam sangat nyaman bagi Ariella," puji Ariella guna mendapatkan simpati Ana dan Adam.

"Kamu bisa saja sayang. Kalau kamu mau, kamu boleh datang setiap hari ke sini. Tante dan Adam sangat senang kamu sering-sering berkunjung ke sini," ucap Ana memberikan sinyal hijau pada Ariella.

Ariella merasa sangat bahagia mendengar perkataan Ana. Wanita itu samar-samar tersenyum angkuh. Posisinya saat ini duduk tegak dengan kaki yang di lipat.

"Terima kasih Tante. Oya Tante, apakah nggak mengapa membiarkan istri Adam membuatkan minuman untuk Ariella?" tanya Ariella dengan wajah yang tampak tak enak hati.

Ana mengalihkan matanya menatap Adam sesaat, lalu kembali menatap Ariella. Wanita itu tersenyum menutupi ketidaksukaannya karena Ariella membicarakan menantu yang tak diharapkannya itu.

"Jangan sungkan sayang, itu sudah menjadi tugas Aisyah sebagai tuan rumah. Inikan rumahnya juga, jadi sudah sepantasnya dia menjamu tamu," ucap Ana seperti orang tua yang bijak di depan Ariella.

Cih, tuan rumah apanya? Bahkan kalian memperlakukannya lebih buruk dari pembantu.

Mertua macam apa coba, yang memanggil menantunya dengan berteriak di depan tamu? Itu sama saja dengan mempermalukan. Dasar Nenek tua menyebalkan.

Jika aku menjadi menantumu itu, aku akan mengendalikan Adam dan mengusirmu dari sini. Jadi gelandangan saja sekalian!

Ah... Muak sekali rasanya aku bersikap sok baik seperti ini dihadapannya!

"Tante benar," ucap Ariella tersenyum manis sembari mengangguk kecil.

Di sela pembicaraan singkat itu, Aisyah pun kembali ke ruang tamu dengan membawa nampan di tangannya. Di atas nampan itu terdapat tiga minuman dengan cemilan ringan.

Ana dan Ariella menghentikan pembicaraan mereka. Kedua wanita itu diam sembari memperhatikan Aisyah dengan tatapan merendahkannya.

Adam, Diam-diam memperhatikan istrinya yang terlihat lelah dan tak nyaman itu. Ada sedikit rasa iba di hatinya, namun egonya mengalahkan hati nuraninya.

Dari awal dia dijodohkan oleh papanya, dari sanalah kebenciannya pada Aisyah tumbuh. Bahkan sekarang, kebenciannya itu semakin hari semakin besar saja kepada Aisyah.

Sebelum almarhum papanya meninggal, Adam selalu saja menjadi suami yang pemarah dan sering sekali membentak Aisyah, sekali pun di depan Alex. Namun sekarang sikapnya itu justru berubah menjadi dingin dan datar.

Alex berwasiat kepadanya agar tidak bersikap buruk, apalagi menyakiti Aisyah dengan perkataan pedasnya. Almarhum papanya itu memintanya menjaga Aisyah dan tidak menceraikannya sampai kapan pun.

Sebagai anak satu-satunya yang mewarisi semua kekayaannya Alex, Adam harus memenuhi semua wasiat Alex jika menginginkan semua harta warisan.

Bahkan Alex tak main-main, almarhum itu meminta sahabatnya yang seorang pengacara membuat surat wasiat dan perjanjian pengalihan harta.

Bukan hanya mengandalkan sahabatnya saja, almarhum Alex juga menggunakan jasa para pengacara terkemuka dari berbagai negara untuk menangani masalah ini.

Jika Adam melanggar wasiat yang di tulis langsung oleh Alex, maka seluruh harta akan diberikan kepada Aisyah dan anaknya kelak.

Sekarang Adam hanya bisa bersikap acuh tak acuh pada Aisyah dan menjalin hubungan di balik layar dengan cinta pertamanya itu.

Episodes
1 Hari yang menyedihkan
2 Tamu yang membawa duka
3 Seperti di tusuk pisau
4 Tuduhan yang tak berdasar
5 Secercah harapan
6 Perhatian Adam
7 Keputusan sepihak
8 Apakah dia benar suamiku?
9 Siasat rubah betina
10 Terpaan angin malam
11 Rumah sakit
12 Sangat tidak pantas
13 Seperti kaca di lempar ke batu
14 Kemarahan Adam
15 Merasa bersalah
16 Bodoh dan polos?
17 Pekerjaan baru Aisyah
18 Kejutan tak terduga
19 Berharap di tengah pengabaian
20 Fitnah dan Provokasi
21 Mencari perhatian
22 Kebimbangan Adam
23 Kamar Adam
24 Kemarahan Ana
25 Kalimat Cinta Mama Mertua.
26 Asing dalam pengabaian
27 Perusahaan Alexander
28 Mengetahui hal yang sebenarnya
29 Kemarahan Aisyah
30 Pertengkaran berujung tuduhan
31 Undangan sahabat Adam
32 Restoran
33 Kesedihan dan harapan
34 Penasaran
35 Mencari Aisyah
36 Luluh
37 Butik
38 Kesabaran Adam
39 Bayangan yang menyesakkan
40 Seperti anak kucing
41 Hanya kalimat penenang
42 Cek kesehatan
43 Perhatian Dokter Hana
44 Ariella yang badmood
45 Pesta Bram
46 Berdansa
47 Tertegun
48 Keadaan terbalik.
49 Ketegaran hati Aisyah
50 Tak sanggup
51 Wanita licik tukang drama?
52 Sedih yang mendalam
53 Seperti orang yang kehilangan akal
54 Harapan yang musna
55 Merasakan hal yang sama.
56 Tak Sadar
57 Di usir?
58 Seperti pembantu
59 Harapan Aisyah
60 Melayani para tamu
61 Bulan-bulanan
62 Salah paham?
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Hari yang menyedihkan
2
Tamu yang membawa duka
3
Seperti di tusuk pisau
4
Tuduhan yang tak berdasar
5
Secercah harapan
6
Perhatian Adam
7
Keputusan sepihak
8
Apakah dia benar suamiku?
9
Siasat rubah betina
10
Terpaan angin malam
11
Rumah sakit
12
Sangat tidak pantas
13
Seperti kaca di lempar ke batu
14
Kemarahan Adam
15
Merasa bersalah
16
Bodoh dan polos?
17
Pekerjaan baru Aisyah
18
Kejutan tak terduga
19
Berharap di tengah pengabaian
20
Fitnah dan Provokasi
21
Mencari perhatian
22
Kebimbangan Adam
23
Kamar Adam
24
Kemarahan Ana
25
Kalimat Cinta Mama Mertua.
26
Asing dalam pengabaian
27
Perusahaan Alexander
28
Mengetahui hal yang sebenarnya
29
Kemarahan Aisyah
30
Pertengkaran berujung tuduhan
31
Undangan sahabat Adam
32
Restoran
33
Kesedihan dan harapan
34
Penasaran
35
Mencari Aisyah
36
Luluh
37
Butik
38
Kesabaran Adam
39
Bayangan yang menyesakkan
40
Seperti anak kucing
41
Hanya kalimat penenang
42
Cek kesehatan
43
Perhatian Dokter Hana
44
Ariella yang badmood
45
Pesta Bram
46
Berdansa
47
Tertegun
48
Keadaan terbalik.
49
Ketegaran hati Aisyah
50
Tak sanggup
51
Wanita licik tukang drama?
52
Sedih yang mendalam
53
Seperti orang yang kehilangan akal
54
Harapan yang musna
55
Merasakan hal yang sama.
56
Tak Sadar
57
Di usir?
58
Seperti pembantu
59
Harapan Aisyah
60
Melayani para tamu
61
Bulan-bulanan
62
Salah paham?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!