Bab 02 Gue Ini Spek Setia

Pagi hari telah menyambut dengan hangat. Udara masih terasa segar, sedikit menusuk kulit, namun justru memberi sensasi nyaman. Kicauan burung bersahutan dari pepohonan di tepi jalan, berpadu dengan suara bising kendaraan yang mulai memenuhi jalur raya. Pagi ini terlihat begitu cerah bahkan lebih cerah dibanding hari-hari sebelumnya, seolah langit benar-benar berniat memberi awal yang baru.

Di dalam sebuah kamar luas yang didominasi warna hitam, Angga tengah bersiap untuk berangkat sekolah. Kamar itu berkesan maskulin, dipenuhi furnitur minimalis dan aroma wangi parfum maskulin yang samar-samar menguar. Seragam sekolah sudah melekat di tubuhnya, walau dipakai dengan asal. Dasi yang menggantung di kerahnya pun diikat seadanya, jelas sekali ia tak berniat tampil rapi sesuai aturan sekolah.

Rambutnya bulan ini diwarnai dark grey, jatuh rapi meski masih basah tetesan air sesekali jatuh dari ujung helainya, membasahi kulit lehernya. Ia baru saja selesai mandi, memasang jam tangan di pergelangan, menyemprotkan parfum, lalu menyisir rambut menggunakan jemari alih-alih sisir. Gerakannya santai tapi terukur, khas dirinya yang jarang terburu-buru. Dari walk in closet, ia melangkah keluar sambil meraih tas ransel, menyampirkan nya di salah satu pundak dengan gerakan ringan.

Ceklek…

Pintu kamar terbuka, memperlihatkan sosoknya dengan wajah datar dan tatapan tajam yang selalu jadi ciri khasnya. Ia menuruni anak tangga dengan langkah pasti, seperti seseorang yang tau persis ke mana akan pergi. Niat awalnya jelas mau keluar rumah, menyalakan motor, dan langsung meluncur ke sekolah. Sarapan? Tidak ada dalam daftar rencananya.

Namun rencana itu sedikit terhambat ketika suara lembut namun tegas milik Silvia maminya terdengar dari arah meja makan.

“Sarapan dulu Ga. Mau ke mana kamu?”

Langkah Angga terhenti ia menoleh. Di meja makan, sang mami duduk anggun dengan piyama satin, sementara papinya terlihat rapi dengan kemeja kerja, menandakan mereka sudah siap memulai hari.

“Udah siang Mi gak keburu,” jawabnya singkat, suaranya datar, lalu bersiap melangkah lagi.

Namun baru beberapa langkah, suara berat papinya menghentikannya.

“Papi harap kamu gak lupa dengan pembicaraan kita semalam Angga!”

Shit.

Sudah ia duga. Topik ini akan muncul pagi ini, persis seperti yang ia prediksi sejak tadi malam. Ia menghela napas panjang. Setelah hampir semalaman tak bisa tidur karena memikirkan dua pilihan konyol yang diberikan papinya, ia memutuskan menjawab.

“Pilihan pertama. Tapi dengan syarat setelah menikah nanti Angga mau tinggal sendiri. Syarat kedua, Angga gak mau langsung nikah maksimal tunangan dulu sampai lulus sekolah. Itu kalau mami sama papi setuju. Kalau gak ya udah malah gue seneng banget kalau semuanya dibatalin.”

Nada suaranya tetap datar, seolah yang ia bicarakan bukan sesuatu yang serius. Tanpa menunggu tanggapan ia langsung nyelonong keluar.

“Angga! Kalau ngomong diselesaikan yang benar dong! Astaga Pi gimana sih itu anakmu!”

Suara ibunya terdengar kesal, tapi Angga tak peduli. Ia terus berjalan cepat menuju halaman depan, lalu menaiki motor sport hitamnya yang terparkir rapi. Mesin meraung pelan, helm dipasang, dan ia melaju meninggalkan rumah tanpa sedikit pun menoleh.

Pikirannya masih kacau. Ia benar-benar tidak ingin memulai hari dengan perdebatan. Apalagi soal topik yang menurutnya sama sekali tidak masuk akal.

Sekitar lima belas menit perjalanan, motor sport itu akhirnya masuk ke halaman sekolah. Tempat parkir hampir penuh, namun ia masih mendapat tempat di deretan yang biasa ia pakai. Beberapa temannya sudah terlihat nongkrong sambil bercanda.

“Kusut banget tuh muka kenapa sih yaelah?” Celetuk Rafa sambil mengerutkan kening. Biasanya wajah Angga memang datar, tapi pagi ini terlihat lebih seram.

“Palingan kurang tidur eh atau jangan-jangan semalam digantung lagi sama tante Silvia,” timpal Arya sambil mengingat perkataan Angga semalam.

“Bisa jadi. Tapi kalau gue lihat-lihat tubuhnya masih utuh. Gak ada bekas tali di lehernya,” tambah Rafa, memeriksa Angga dari ujung kepala sampai ujung kaki seperti seorang detektif amatir.

Angga hanya memutar bola mata, malas menanggapi. Ia memang terkenal dingin, jarang menunjukkan emosi. Tapi entah bagaimana ia justru berteman dengan dua orang absurd seperti Raka dan Arya.

Tiba-tiba, suara brum! dari arah gerbang membuat beberapa kepala menoleh, termasuk mereka bertiga. Sebuah mobil sport abu metalik melaju mulus dan berhenti di parkiran roda empat.

Rafa mendecak kagum sambil mengepulkan asap rokok. “Ck dedek Kanaya makin hari makin bening aja deh!”

Ya. Kanaya. Gadis yang baru turun dari mobil itu langsung menyita perhatian sebagian siswa yang ada di halaman sekolah. Rambut hitamnya tergerai rapi, langkahnya mantap, wajahnya tanpa riasan berlebihan namun tetap memikat.

“Yoi. Sayangnya udah punya pacar. Kalau belum udah gue pepet,” sahut Arya, matanya masih mengikuti gerak Kanaya.

Angga melirik sekilas ke arah kedua temannya, lalu tatapannya beralih pada Kanaya. Ada sesuatu di matanya tatapan yang sulit diartikan.

“Baru pacar Ar. Masih aman selagi janur kuning belum melengkung ya gak Ga?” Ujar Rafa sambil meliriknya, mencari dukungan.

“Ck gue gak suka nikung. Ditikung itu sakit men,” jawab Arya dramatis.

“Malah curhat,” balas Rafa, malas mendengar dramanya.

Angga hanya mendengus, lalu turun dari motornya.

“Loh Ga mau ke mana?” tanya Arya.

“Toilet mau ikut?” jawab Angga datar, menaikkan sebelah alis.

“Ck ogah! Lo pikir gue cowok apaan!” sahut Arya cepat, membuat Rafa terkikik.

Tanpa menanggapi lagi, Angga berjalan melintasi lapangan, menaiki tangga, dan masuk ke toilet. Ia memang benar-benar ke sana, bukan alasan untuk menghindar.

Sekitar lima menit kemudian ia keluar. Langkahnya santai tapi setiap mata yang ia lewati seakan otomatis mengikuti. Terutama mata-mata dari siswi yang berbisik-bisik kecil sambil melirik.

Ia merogoh saku celana, mengambil ponsel, dan membuka chat dengan Rafa. Jempolnya mengetik cepat.

Angga: Rooftop?

TING!

Tak butuh waktu lama, balasan datang.

Rafa: Gasken

Langkah Angga hampir melewati pintu perpustakaan ketika sebuah suara cepat dari dalam ruangan itu mendekat. Pintu didorong terbuka...

Ceklek… Bruk!

Nyaris saja wajah Angga tertampar pintu! Ia terhuyung ke belakang, ponselnya hampir jatuh. Refleks, tangan kirinya menahan pinggang seseorang yang nyaris terjatuh menubruk dadanya cukup keras.

Deg!

Tubuh Kanaya menegang matanya melebar tak percaya. Jarak mereka terlalu dekat. Angga ketua geng motor Black Venom, siswa terpopuler, dan cowok yang jadi idaman banyak gadis di sekolah ini sekarang berdiri tepat di hadapannya.

Bagi Kanaya ini seperti adegan drama yang biasanya hanya ada di film. Sudah setahun ia pindah ke sekolah ini, dan baru kali ini ia melihat wajah Angga sedekat ini.

Angga masih memegang pinggangnya, tatapannya intens dan tak bergeser.

“Ekhm Naya.”

Suara panggilan itu membuat keduanya sadar. Spontan, Angga melepaskan pegangan, dan Kanaya mundur setengah langkah. Wajahnya tampak gugup, sementara Angga tetap santai.

“S-sorry Kak. Gue gak sengaja gue gak tau kalau kakak ada di luar maaf banget,” ucap Kanaya tergagap.

“Hmm it’s okay,” jawab Angga singkat, lalu melangkah pergi.

Kanaya menatap punggung lebarnya yang semakin menjauh. Di kepalanya, pikiran berkecamuk. Bagaimana kalau ada yang memotret kejadian itu?

“Naya! Itu tadi beneran Kak Angga kan? Sumpah demi apa lo abis dipeluk ketuanya Black Venom? Aaa mau juga dong gue…” Suara Riska, sahabatnya, membuyarkan pikirannya.

Kanaya menoleh cepat. “Ris hidup gue masih bisa tenang kan setelah ini? Yang gue tabrak tadi Kak Angga loh! Astaga gimana kalau dia gak terima?”

Riska menaikkan alis. “Lah justru lo harusnya senang gue aja iri. Masa malah takut?”

Kanaya mendorong bahunya pelan. “Pala lo senang! Gimana kalau gue digosipin? Kak Angga punya banyak fans. Gue bisa dikeroyok! Dan lo lupa gue udah punya Kevin bego!”

“Halah gak apa-apa. Kalau gue jadi lo gampang tuh mutusin Kevin dan berpaling ke Kak Angga,” ujar Riska sambil terkekeh.

Kanaya memutar mata. “Bisa sesat gue kalau ngikutin lo. Gue ini spek setia udah sana kejar kalau lo suka, sekalian sampaikan maaf gue!”

Ia langsung melangkah pergi, meninggalkan Riska yang hanya bisa menghela napas sambil berseru. “Ck tungguin Naya! Kanaya!”

Terpopuler

Comments

Siti Nina

Siti Nina

Lanjut thor ttp semangat ya oke ceritanya 👍👍👍💪💪💪

2025-08-14

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 01 Dia Pacar Kanaya Ma
2 Bab 02 Gue Ini Spek Setia
3 Bab 03 Asal Ceweknya Dia
4 Bab 04 Anak Kandung Atau Anak Pungut
5 Bab 05 Papi Tonjok Beneran Kamu
6 Bab 06 Cium Gue
7 Bab 07 Save Calon Suami
8 Bab 08 Ini Toilet Cewek Kak
9 Bab 09 Selingkuh
10 Bab 10 Gue Calon Suami Lo
11 Bab 11 Mau Jelasin Apa Lagi?
12 Bab 12 Kalau Iya Tamat Gue!
13 Bab 13 Lo Pikir Gue Gatotkaca
14 Bab 14 Atau Kita Langsung Nikah Besok?
15 Bab 15 Lo Gila Angga! Lo Bener-Bener Gila!
16 Bab 16 Gue Egois
17 Bab 17 Kak Lo Demam?
18 Bab 18 Angga, Kevin, Pernikahan Rahasia.
19 Bab 19 Siapa Istri Lo?
20 Bab 20 Musuh? Sandiwara?
21 Bab 21 Nomor Tak Dikenal
22 Bab 22 Sibuk Pacaran Sama Cowoknya
23 Bab 23 Siapa Yang Sakit?
24 Bab 24 Tidur Yang Nyenyak Ya
25 Bab 25 Minimal Gue Setia
26 Bab 26 Jangan Bilang Mereka Bareng
27 Bab 27 Mau Ngapain?
28 Bab 28 Kuping Gue Pasti Error
29 Bab 29 Punya Hutang Penjelasan
30 Bab 30 Duduk Sini Samping Gue
31 Bab 31 Mau Apa Kalian Sebenarnya
32 Bab 32 Lo Diapain?
33 Bab 33 Pertunjukannya
34 Bab 34 Putusin Cowok Lo
35 Bab 35 Semoga Kita Bisa Jadi Teman
36 Bab 36 Kecelakaan
37 Bab 37 Lo Makin Berani Ya?
38 Bab 38 Riska?
39 Bab 39 Gue Cuma
40 Bab 40 Saudara Aku Yang Sakit
41 Bab 41 Hukuman Apa Lagi?
42 Bab 42 Selingkuh?
43 Bab 43 Lo Terlalu Kepo
44 Bab 44 Ketimbang Nganggur
45 Bab 45 Lebih Tepatnya Suami
46 Bab 46 Penakut
47 Bab 47 Lo Kenal Sama Kevin?
48 Bab 48 Gak Usah Isi Pulsa!
49 Bab 49 Kecil-Kecil Cabe Rawit
50 Bab 50 Pengkhianat
51 Bab 51 Doyan Yang Gratisan
52 Bab 52 Dikasih Hati Malah Minta Jantung
53 Bab 53 Tanggung Jawab Gue!
54 Bab 54 Istri Durhaka
55 Bab 55 Gak Kangen Main Sama Gue Apa!
56 Bab 56 Apa Lo Suka Sama Gue?
57 Bab 57 Siapa Lawannya Malam Ini?
58 Bab 58 Kamar 305
59 Bab 59 Saudara Atau Mantan?"
60 Bab 60 Cewek Genit
61 Bab 61 Gak Gratis
62 Bab 62 Salah Paham?
63 Bab 63 Mau Mandi Bareng?
64 Bab 64 Gak Suka Berbagi!
65 Bab 65 Bakal Kecewa Nanti
66 Bab 66 Segampang Itu? Apa Gak Berlebihan?"
67 Bab 67 Foto Kita?
68 Bab 68 Kanaya Lo Gila
69 Bab 69 Kaki Gue Sakit
70 Bab 70 Jebakan?"
71 Bab 71 Lo Punya Ilmu Ngilang?
72 Bab 72 Depan Rumah Kamu
73 Bab 73 Bahagia Sama Pilihan Kamu
74 Bab 74 Tiba-Tiba Banget Berubah?
75 Bab 75 Peluk-Pelukan
76 Bab 76 Kita Bisa Kapan Aja Cerai
77 Bab 77 Cium Gue Di Depan Dia?
78 Bab 78 Lo Lupa Malam Pertama
79 Bab 79 Dia Cowok Gue Juga Cowok
80 Bab 80 Siapa Yang Udah Menghamili Lo
81 Bab 81 Ngambek
82 Bab 82 Tentang Kehamilannya Dulu?
83 Bab 83 Gak Punya Pacar Punyanya Istri
84 Bab 84 Gadis Yang Selama Ini Dia Incar
85 Bab 85 Merusak Dua Hubungan
86 Bab 86 Nungguin Lo Pulang
87 Bab 87 Istriku Yang Bawel
88 Bab 88 Dia Itu Licik
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 01 Dia Pacar Kanaya Ma
2
Bab 02 Gue Ini Spek Setia
3
Bab 03 Asal Ceweknya Dia
4
Bab 04 Anak Kandung Atau Anak Pungut
5
Bab 05 Papi Tonjok Beneran Kamu
6
Bab 06 Cium Gue
7
Bab 07 Save Calon Suami
8
Bab 08 Ini Toilet Cewek Kak
9
Bab 09 Selingkuh
10
Bab 10 Gue Calon Suami Lo
11
Bab 11 Mau Jelasin Apa Lagi?
12
Bab 12 Kalau Iya Tamat Gue!
13
Bab 13 Lo Pikir Gue Gatotkaca
14
Bab 14 Atau Kita Langsung Nikah Besok?
15
Bab 15 Lo Gila Angga! Lo Bener-Bener Gila!
16
Bab 16 Gue Egois
17
Bab 17 Kak Lo Demam?
18
Bab 18 Angga, Kevin, Pernikahan Rahasia.
19
Bab 19 Siapa Istri Lo?
20
Bab 20 Musuh? Sandiwara?
21
Bab 21 Nomor Tak Dikenal
22
Bab 22 Sibuk Pacaran Sama Cowoknya
23
Bab 23 Siapa Yang Sakit?
24
Bab 24 Tidur Yang Nyenyak Ya
25
Bab 25 Minimal Gue Setia
26
Bab 26 Jangan Bilang Mereka Bareng
27
Bab 27 Mau Ngapain?
28
Bab 28 Kuping Gue Pasti Error
29
Bab 29 Punya Hutang Penjelasan
30
Bab 30 Duduk Sini Samping Gue
31
Bab 31 Mau Apa Kalian Sebenarnya
32
Bab 32 Lo Diapain?
33
Bab 33 Pertunjukannya
34
Bab 34 Putusin Cowok Lo
35
Bab 35 Semoga Kita Bisa Jadi Teman
36
Bab 36 Kecelakaan
37
Bab 37 Lo Makin Berani Ya?
38
Bab 38 Riska?
39
Bab 39 Gue Cuma
40
Bab 40 Saudara Aku Yang Sakit
41
Bab 41 Hukuman Apa Lagi?
42
Bab 42 Selingkuh?
43
Bab 43 Lo Terlalu Kepo
44
Bab 44 Ketimbang Nganggur
45
Bab 45 Lebih Tepatnya Suami
46
Bab 46 Penakut
47
Bab 47 Lo Kenal Sama Kevin?
48
Bab 48 Gak Usah Isi Pulsa!
49
Bab 49 Kecil-Kecil Cabe Rawit
50
Bab 50 Pengkhianat
51
Bab 51 Doyan Yang Gratisan
52
Bab 52 Dikasih Hati Malah Minta Jantung
53
Bab 53 Tanggung Jawab Gue!
54
Bab 54 Istri Durhaka
55
Bab 55 Gak Kangen Main Sama Gue Apa!
56
Bab 56 Apa Lo Suka Sama Gue?
57
Bab 57 Siapa Lawannya Malam Ini?
58
Bab 58 Kamar 305
59
Bab 59 Saudara Atau Mantan?"
60
Bab 60 Cewek Genit
61
Bab 61 Gak Gratis
62
Bab 62 Salah Paham?
63
Bab 63 Mau Mandi Bareng?
64
Bab 64 Gak Suka Berbagi!
65
Bab 65 Bakal Kecewa Nanti
66
Bab 66 Segampang Itu? Apa Gak Berlebihan?"
67
Bab 67 Foto Kita?
68
Bab 68 Kanaya Lo Gila
69
Bab 69 Kaki Gue Sakit
70
Bab 70 Jebakan?"
71
Bab 71 Lo Punya Ilmu Ngilang?
72
Bab 72 Depan Rumah Kamu
73
Bab 73 Bahagia Sama Pilihan Kamu
74
Bab 74 Tiba-Tiba Banget Berubah?
75
Bab 75 Peluk-Pelukan
76
Bab 76 Kita Bisa Kapan Aja Cerai
77
Bab 77 Cium Gue Di Depan Dia?
78
Bab 78 Lo Lupa Malam Pertama
79
Bab 79 Dia Cowok Gue Juga Cowok
80
Bab 80 Siapa Yang Udah Menghamili Lo
81
Bab 81 Ngambek
82
Bab 82 Tentang Kehamilannya Dulu?
83
Bab 83 Gak Punya Pacar Punyanya Istri
84
Bab 84 Gadis Yang Selama Ini Dia Incar
85
Bab 85 Merusak Dua Hubungan
86
Bab 86 Nungguin Lo Pulang
87
Bab 87 Istriku Yang Bawel
88
Bab 88 Dia Itu Licik

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!