Episode 3 Kesakitan Marwah

Setelah kejadian pengakuan Nazwa, Marwah sama sekali tidak mau keluar dari kamar. Marwah hanya bisa menangisi hidupnya yang ternyata selama ini dipermainkan oleh Iwan. Mata Marwah sudah sangat bengkak karena setiap hari dia hanya bisa menangis.

“Marwah, ini Bapak apa Bapak boleh masuk!” seru Pak Dadang.

Marwah tidak menjawab, bahkan untuk bicara pun rasanya Marwah sudah tidak mood. “Bapak masuk, ya,” seru Pak Dadang kembali.

Perlahan Dadang membuka pintu kamar Marwah, terlihat Marwah sedang duduk di depan jendela kamarnya sembari memeluk kedua lututnya. Dadang berdiri di belakang Marwah, matanya sudah mulai berkaca-kaca melihat putri sulungnya begitu tersiksa. “Marwah, kamu makan ya, Nak. Sudah dua hari kamu gak makan, nanti kamu sakit,” bujuk Pak Dadang lembut.

Marwah menggelengkan kepalanya tanpa suara sedikit pun. Dadang mencoba menyentuh pundak putri sulungnya itu, hati orang tua mana yang tidak hancur melihat putrinya sesedih itu. Apalagi Marwah merupakan putri kesayangan Dadang tapi bukan berarti dia tidak menyayangi Safa.

Marwah anak yang penurut sedangkan Nazwa keras kepala. “Bapak tahu apa yang sedang kamu rasakan Nak, tapi bapak bersyukur karena Allah sudah menunjukan semuanya sebelum kamu menikah. Mungkin Iwan bukan jodoh kamu,” ucap Pak Dadang lembut.

Air mata Marwah kembali menetes, tapi dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dadang tidak kuat melihat putrinya menangis terus, dia pun memeluk Marwah dan ikut menangis. “Maafkan Bapak,” ucap Pak Dadang.

***

Hari yang awalnya ditunggu-tunggu oleh Marwah berubah menjadi hari yang tidak mau Marwah lewati. Suasana rumah sudah sangat ramai dengan tetangga dan keluarga jauh. Marwah sama sekali tidak mau keluar dari kamarnya.

“Mau ke mana, Bu?” Dadang menghalau Ani yang hendak masuk ke dalam kamar Marwah.

“Mau menemui Marwah,” sahut Bu Ani.

“Jangan ganggu dia, biarkan saja dia di dalam kamar,” ucap Pak Dadang.

“Tapi----“

“Ibu mau menambahkan rasa sakit Marwah dengan memperlihatkan pernikahan Nazwa dan Iwan?” bentak Pak Dadang.

Ani terdiam. “Sudah, Ibu kembali saja ke depan jangan pedulikan Marwah,” kesal Pak Dadang.

Akhirnya Ani pun kembali ke depan. Di sana sudah ada Iwan dan Nazwa yang siap melakukan ijab kabul. Iwan memang tidak tahu diri begitu juga dengan Nazwa. Setelah menunggu, akhirnya terdengar Iwan mengucapkan ijab kabul.

Lagi-lagi Marwah hanya bisa menangis dengan menutup mulutnya karena takut terdengar ke luar. Rasa sakit yang Marwah rasakan begitu sangat menyakitkan. Dia tidak menyangka jika hari bahagianya berubah menjadi hari bahagia untuk adiknya sendiri.

***

Keesokan harinya....

Marwah izin kepada kedua orang tuanya kalau dia ingin mondok di sebuah pesantren untuk melupakan semuanya. “Marwah, apa kamu serius ingin pergi dari sini?” tanya Pak Dadang.

“Marwah butuh menenangkan diri dulu Pak, Insya Allah dengan Marwah mondok di pesantren Marwah bisa melupakan semuanya dan bisa belajar menerima kenyataan,” sahut Marwah.

“Maafkan Ibu, Nak,” ucap Bu Ani.

“Minta maaf untuk apa Bu? Ibu tidak punya salah apa-apa, justru Marwah yang harusnya minta maaf karena selama ini sudah menyusahkan kalian berdua,” sahut Marwah.

Ani pun langsung memeluk putri sulungnya itu, begitu juga dengan Dadang. Hingga tidak lama kemudian, pintu kamar Nazwa terbuka membuat Marwah melepaskan pelukannya. Marwah dengan cepat menaiki gojeg yang sudah dari tadi dia pesan.

"Marwah pamit dulu, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Itu 'kan Kak Mawar, mau ke mana dia subuh-subuh begini?" batin Nazwa.

Nazwa pun dengan cepat menghampiri kedua orang tuanya. "Kak Marwah mau ke mana Pak, Bu?" tanya Nazwa.

"Kakakmu mau mondok di pondok pesantren," sahut Ibu Ani.

"Pasti ini semua gara-gara Nazwa ya, Bu?" ucap Nazwa merasa bersalah.

"Sudahlah, memang semua ini gara-gara kamu dan juga Iwan. Dia pantas pergi karena ingin menenangkan diri, Bapak bersyukur jika kakakmu imannya kuat dan tidak berpikiran untuk bunuh diri," ketus Pak Dadang.

Dadang pun dengan cepat masuk ke dalam kamarnya. Nazwa merasa sangat sedih, karena semenjak pengakuan dirinya, Dadang jadi tidak sehangat dulu. Ani menghampiri Nazwa dan mengusap punggung Nazwa karena bagaimana pun Nazwa adalah anaknya juga.

"Jangan mikirin kakakmu, biarkan dia menenangkan dirinya," ucap Ibu Ani.

"Iya, Bu," sahut Nazwa sedih.

Marwah pun sampai di pondok pesantren milik Kyai Mansyur. Marwah ditunjukan kamar oleh santriwati di sana. Dia pun masuk dan menyimpan tasnya lalu duduk di ujung ranjang.

"Semoga dengan aku mondok di sini, aku bisa melupakan semuanya," batin Marwah.

Detik itu kehidupan baru Marwah dimulai. Dia akan berusaha melupakan kenangan pahit yang baru saja dia alami meskipun dia tahu itu sangat tidak mudah dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Marwah tidak mau kembali ke rumah dulu karena Nazwa dan Iwan tinggal di rumah kedua orang tuanya.

Malam pun tiba.....

Setelah selesai mengaji di mesjid pesantren, Marwah memberanikan diri menghampiri Umi Habibah yang merupakan istri dari Kyai Mansyur. Semua santriwati sudah kembali ke kamar masing-masing, hanya tinggal Marwah dengan Umi Habibah.

"Marwah, ada apa? kenapa kamu tidak kembali ke kamar kamu?" tanya Umi Habibah lembut.

"Umi, bolehkan Marwah bertanya sesuatu kepada Umi?"

"Tentu, mau tanya apa?" tanya Umi Habibah dengan senyumannya.

"Umi, apakah boleh kita membenci orang lain atas apa yang sudah dia lakukan kepada kita?" tanya Marwah.

Umi Habibah tersenyum, lalu dia menggenggam tangan Marwah. "Marwah, hati kamu terlalu indah untuk kamu letakan kebencian di dalamnya, hatimu terlalu berharga untuk kamu letakan dendam di dalamnya, sebab hatimu adalah pusat pandangan Allah. Nilai keselamatan dunia dan akhiratmu tergantung dari kebersihan hatimu. Orang yang sayang sama anak, hartanya banyak, ibadahnya rajin, belum tentu di terima oleh Allah dan selamat tapi Allah akan menerima manusia yang mempunyai hati bersih," sahut Umi Habibah.

Marwah sampai kaget mendengar jawaban Umi Habibah, bahkan dia sampai meneteskan air matanya. "Terus, Marwah harus bagaimana Umi? hati Marwah begitu sangat sakit," ucap Marwah.

"Shalat dan berdo'alah, karena yang akan menyembuhkan rasa sakit kamu hanyalah Allah dan yang akan menolong kamu juga hanyalah Allah," sahut Umi Habibah.

Marwah terdiam, memang benar apa yang diucapkan oleh Umi Habibah. Selama ini dia rajin mengikuti pengajian dan mendengarkan kajian para Ustaz sehingga membuat hati dan iman dia sedikit besar. Jika selama ini dia tidak mempunyai keimanan yang kuat, sudah dipastikan saat ini dia bisa melakukan hal nekad.

"Terima kasih, Umi," ucap Marwah.

"Sini, Umi peluk biar hatimu sedikit tenang," ucap Umi Habibah.

Tanpa ragu-ragu, Marwah pun memeluk Umi Habibah. Hatinya sedikit tenang setelah mendapat jawaban dari Umi Habibah.

Terpopuler

Comments

ᄂ⃟ᙚ🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻

ᄂ⃟ᙚ🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻

Semangat Marwah sekarang tenangkan hatimu, bersyukurlah kamu tidak jadi bersanding dengan Ridwan, kalau dengan Ridwan bisa bisa kamu akan terluka lebih parah lagi, lebih enak di cintai dari pada kita mencintai orang.

2025-08-14

1

☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔

☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔

kalo aq jadi Marwah mending gak usah kembali lagi ke rumah selama nya ..kalo kangen orang tua bisa janjian ketemuan di pesantren...ada benalu di rumah si Marwah dah merid kok numpang di rumah ortu malu dong ... MBA lagi 🤣

2025-08-13

1

KC~

KC~

eh tapi beneran deh mending sakit hati sekarang aja marwah,,, daripada nanti udah nikah terus tinggal satu rumah yg ada si iwan lebih leluasa lagi selingkuh sama si nazwa,,, pastinya jauh lebih sakit

2025-09-08

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 Marwah Almahira
2 Episode 2 Hati Yang Hancur
3 Episode 3 Kesakitan Marwah
4 Episode 4 Kembali Terluka
5 Episode 5 Trauma
6 Episode 6 Pusing Tujuh Keliling
7 Episode 7 Pertemuan Pertama
8 Episode 8 Tawaran Nahyan
9 Episode 9 Melatih Kesabaran
10 Episode 10 Marwah Yang Penyabar
11 Episode 11 Cobaan atau Ujian?
12 Episode 12 Berita Mengejutkan
13 Episode 13 Perubahan Iwan
14 Episode 14 Ketakutan Marwah
15 Episode 15 Tamu Tidak Diundang
16 Episode 16 Curhatan Di Malam Hari
17 Episode 17 Mulai Luluh
18 Episode 18 Sedikit Ada Perubahan
19 Episode 19 Kebahagiaan Nahyan
20 Episode 20 Wanita Luar Biasa
21 Episode 21 Kabar Menyedihkan
22 Episode 22 Pilih dan Pulih Bersama Allah
23 Episode 23 Kegilaan Iwan
24 Episode 24 Rindu Terlarang
25 Episode 25 Kembalinya Marwah
26 Episode 26 Permintaan Halimah
27 Episode 27 Sebuah Ungkapan Cinta
28 Episode 28 Bismillah Cinta
29 Episode 29 Jodoh Dari Allah
30 Episode 30 Kebahagiaan Yang Hakiki
31 Episode 31 Putri Cantik Nahyan dan Marwah
32 Episode 32 Kepulangan Bilqis (Season 2)
33 Episode 33 Edzar Si Ketua Geng (Season 2)
34 Episode 34 Kecurigaan Bilqis (Season 2)
35 Episode 35 Kecelakaan (Season 2)
36 Episode 36 Kepulangan Husein (Season 2)
37 Episode 37 Takdir Allah (Season 2)
38 Episode 38 Belum Bisa Menerima (Season 2)
39 Episode 39 Rapuh (Season 2)
40 Episode 40 Ikhlas dan Sabar (Season 2)
41 Episode 41 Memutuskan Pindah Kampus (Season 2)
42 Episode 42 Kagum (Season 2)
43 Episode 43 Bilqis Si Dosen Baru (Season 2)
44 Episode 44 Edzar, Si Pembuat Ulah (Season 2)
45 Episode 45 Perjodohan (Season 2)
46 Episode 46 Perasaan Hasan (Season 2)
47 Episode 47 Penolakan Bilqis (Season 2)
48 Episode 48 Sebuah Mimpi (Season 2)
49 Episode 49 Memutuskan Untuk Melupakan (Season 2)
50 Episode 50 Deal, Menikah! (Season 2)
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Episode 1 Marwah Almahira
2
Episode 2 Hati Yang Hancur
3
Episode 3 Kesakitan Marwah
4
Episode 4 Kembali Terluka
5
Episode 5 Trauma
6
Episode 6 Pusing Tujuh Keliling
7
Episode 7 Pertemuan Pertama
8
Episode 8 Tawaran Nahyan
9
Episode 9 Melatih Kesabaran
10
Episode 10 Marwah Yang Penyabar
11
Episode 11 Cobaan atau Ujian?
12
Episode 12 Berita Mengejutkan
13
Episode 13 Perubahan Iwan
14
Episode 14 Ketakutan Marwah
15
Episode 15 Tamu Tidak Diundang
16
Episode 16 Curhatan Di Malam Hari
17
Episode 17 Mulai Luluh
18
Episode 18 Sedikit Ada Perubahan
19
Episode 19 Kebahagiaan Nahyan
20
Episode 20 Wanita Luar Biasa
21
Episode 21 Kabar Menyedihkan
22
Episode 22 Pilih dan Pulih Bersama Allah
23
Episode 23 Kegilaan Iwan
24
Episode 24 Rindu Terlarang
25
Episode 25 Kembalinya Marwah
26
Episode 26 Permintaan Halimah
27
Episode 27 Sebuah Ungkapan Cinta
28
Episode 28 Bismillah Cinta
29
Episode 29 Jodoh Dari Allah
30
Episode 30 Kebahagiaan Yang Hakiki
31
Episode 31 Putri Cantik Nahyan dan Marwah
32
Episode 32 Kepulangan Bilqis (Season 2)
33
Episode 33 Edzar Si Ketua Geng (Season 2)
34
Episode 34 Kecurigaan Bilqis (Season 2)
35
Episode 35 Kecelakaan (Season 2)
36
Episode 36 Kepulangan Husein (Season 2)
37
Episode 37 Takdir Allah (Season 2)
38
Episode 38 Belum Bisa Menerima (Season 2)
39
Episode 39 Rapuh (Season 2)
40
Episode 40 Ikhlas dan Sabar (Season 2)
41
Episode 41 Memutuskan Pindah Kampus (Season 2)
42
Episode 42 Kagum (Season 2)
43
Episode 43 Bilqis Si Dosen Baru (Season 2)
44
Episode 44 Edzar, Si Pembuat Ulah (Season 2)
45
Episode 45 Perjodohan (Season 2)
46
Episode 46 Perasaan Hasan (Season 2)
47
Episode 47 Penolakan Bilqis (Season 2)
48
Episode 48 Sebuah Mimpi (Season 2)
49
Episode 49 Memutuskan Untuk Melupakan (Season 2)
50
Episode 50 Deal, Menikah! (Season 2)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!