Perpisahan dan Teka-teki

Setelah selesai makan, aku dan Deco langsung kembali ke kelas. Sesampainya di kelas, ada sebuah kegaduhan. Terdengar di sana, orang-orang ramai berteriak, “Terima! Terima!”

Aku yang penasaran mencoba mengintip. Ternyata ada seorang murid laki-laki yang menyatakan perasaannya. Entah kenapa lagi-lagi teringat Dera lagi, langsung saja berpaling dari kerumunan orang-orang itu.

Memilih duduk sendirian di panggung yang ada tepat di depan kelas, sambil menunggu kerumunan itu bubar. Deco datang, ketawa-tawa sendiri di samping setelah melihat proses pernyataan cinta itu.

“Co, kenapa ketawa?” tanyaku.

“Itu Val, kocak, orang yang menyatakan perasaan di dalam kelas. Entah kenapa ekspresi wajahnya membuatku ingin tertawa.” Dia masih tertawa.

Sejenak saja berpikir, saat menyatakan perasaan kepada Dera, apakah Rey, Dillo, dan Reza juga tertawa di belakangku? Pikiran ini mulai melenceng lagi. Sadar, sadar, enggak boleh begini.

Jangan berpikir negatif, jangan berpikir negatif. Mereka sudah banyak membantu waktu itu. Tidak mungkin sengaja menjebak dan tertawa di belakangku. Saat itu terlihat sekali ekspresi Rey, Dillo, dan Reza. Mereka sangat serius, seperti murid yang sedang mengerjakan soal ujian.

Teriakan keras makin menerjang di kelas. Mereka berteriak seakan-akan ada sesuatu yang amat heboh. Mencoba bertanya pada salah satu murid yang menjadi penonton atraksi pernyataan cinta ini. Murid itu bilang dengan girangnya, “Anak itu berhasil diterima!”

Diterima di sekolah favoritkah, maksudnya?

Apa sampai segitunya? Tidak paham kenapa sampai begitu girang, padahal yang menyatakan perasaan hanya satu orang tapi hebohnya sampai ke luar kelas begini.

Sang siswa yang baru saja menjalani hubungan dengan siswi itu keluar dari kelas layaknya pengantin baru. Seperti pasangan yang sedang merayakan pernikahan.

Mereka berdua keluar diiringi oleh teman-temannya yang tadi sempat membuat gaduh di kelas. Sepertinya mereka akan mengadakan makan gratis. Biarlah, tidak terlalu tertarik, sebentar lagi juga bel istirahat bunyi.

Setelah menunggu di kelas sambil membicarakan Power Ranger bersama Deco. Tidak terasa waktu istirahat berakhir. Semua murid berlarian masuk ke kelas. Tidak lama guru pun datang.

Mata pelajaran kali ini adalah … matematika.

Benci banget pelajaran ini, benci bertemu makhluk bernama matematika, selayaknya bertemu setan yang ketawa-ketawa di atas pohon pakai kain putih, rambut panjang. Ya biarpun belum pernah melihatnya, pokoknya benci saja.

Guru baru masuk tapi seketika suasana kelas berubah menjadi seperti kuburan. Apa ini? Aura guru satu ini memang beda.

Guru dengan tampang judes dengan kumis tebalnya langsung memberikan kami soal matematika sebanyak dua puluh soal yang harus selesai dalam waktu dua puluh menit. Kata guru itu, soal tersebut adalah tanda persahabatan.

Persahabatan apanya? Matematika cukup membuat diri ini trauma. Waktu di kelas 6 SD, pernah disuruh mengerjakan soal pembagian, karena tidak bisa mengerjakan, hanya bisa diam di depan papan tulis mengerikan dengan guru duduk di sebelah, memantau seperti serigala yang sedang mengincar mangsa.

Guru itu menyuruhku keluar dan mengerjakan soal tersebut di kelas 5, ditonton adik kelas yang rasanya begitu memalukan. Itulah yang membuat diri ini benci dengan matematika sampai detik ini, ditambah trauma juga dengan guru galak.

Soal pertama adalah soal pemangkatan, hampir pingsan dibuatnya. Soal kedua adalah pecahan. Pura-pura saja sibuk mencoret-coret buku latihan. Tidak mengerti, pikiran ini kosong. Tidak lama guru itu bilang, “Waktu habis!”

Seakan-akan nyawa terbang melayang ke langit-langit kelas, mengejek dengan berkata: kasihan deh lu. Tidak mau melihat apa yang telah dituliskan. Hanya bisa menyelesaikan tiga soal, itu juga belum tentu benar. Betapa bodohnya.

Kertas dikumpulkan, guru matematika melihat sekilas pekerjaan kami. Guru itu melirik ke arahku, sambil menggelengkan kepala. Apa guru itu kecewa? Mungkin saja, tapi itulah yang bisa diri ini kerjakan.

Guru itu menyebut nama Deco sebagai murid yang nilainya paling bagus dalam latihan soal matematika tadi. Wah hebat, padahal kalau dilihat penampilannya biasa saja, tidak terlihat seperti kutu buku, tapi kok dia bisa? Apa yang membuatnya begitu pintar matematika?

Sepertinya Deco mulai dilirik oleh murid-murid perempuan di kelas. Sungguh beruntung dia. Iseng bertanya pada Deco, apa yang membuatnya pintar dalam matematika?

Deco menjawab sambil tertawa, dia bilang, “Aku sudah menyukai angka dari umur dua tahun. Bahkan sudah bisa menghitung kancing baju sendiri.”

Apa itu benar? Entahlah, tidak berdampak untukku juga, tapi salut pokoknya dengan kepintarannya.

Beberapa hari berlalu, perkembangan yang berarti dalam hal mencari teman meski tidak banyak dan berharap bisa selamanya. Jika bisa ingin memiliki lebih banyak teman lagi.

Pulang sekolah jam 2, masih ada kesempatan untuk bermain bersama teman-teman di rumah seperti biasa. Rey dan Dera, dua teman yang inginnya sih menjadi teman selamanya, tapi saat akan bermain sekitar jam 4, terlihat rumah Rey sangat ramai.

Ada mobil truk yang mengangkut perabotan-perabotan dari rumahnya. Sebenarnya ada apa ini? Mencoba mendekat, Rey keluar dari rumah. Dia menghampiri dan tiba-tiba saja enggak ada kucing, enggak ada anjing, dia mengucapkan salam perpisahan.

“Val, aku ingin pamit. Aku akan pindah rumah mulai hari ini,” kata Rey.

“Eh, kenapa tiba-tiba?” tanyaku.

“Aku ‘kan baru pindah sekolah. Tenang saja. kalau mau mampir ke rumah, masih bisa kok. Ini alamat rumah yang baru. Masih di sekitar Tangerang,” jawab Rey.

Tidak lama truk pengangkut barang membawa Rey dan keluarga beserta perabotan-perabotan rumah. Rey berteriak dari dalam mobil yang sudah makin menjauh dari tempatku berdiri. Dia melambaikan tangan, menyuruhku menghampirinya. Truk yang dinaikinya berhenti. Aku menghampiri, dia berbisik.

“Val, maaf aku tidak bisa membuat Dera menjadi milikmu. Aku memang payah,” bisik Rey sambil tertawa.

“Kamu tidak perlu pikirkan itu! Dera itu punya emak bapaknya, enggak bakal jadi milikku” jawabku sambil tertawa.

Rey tertawa. Bersamaan dengan itu, truk yang dinaikinya kembali melaju. Detik terakhir melihatnya di sini. Terima kasih telah menjadi temanku di sini. Kita akan bertemu kembali.

Hari ini aku izinkan kita tidak bermain bersama. Pulanglah sudah, kembali ke rumah karena Rey sudah tidak ada di sini. Dera pun entah kenapa sudah jarang terlihat lagi.

Suatu hari di sekolah, Deco terlihat bingung sambil melihat kertas bergambar hati berwarna merah bertuliskan, “Hati ini milikmu.”

Wajah Deco memerah, dia memalingkan pandangan ke arah sekumpulan murid perempuan yang sedang berdiri di depan kelas. Mencoba menanyakan apa yang terjadi dengannya. Tumben sekali, dia seperti ini.

“Co, kenapa kamu?”

“Anu, entahlah Val. Pikiranku terganggu sepertinya.”

“Terganggu kenapa?”

“Kamu lihat sekumpulan murid perempuan di sana?” Deco menunjuk ke arah sekumpulan perempuan itu.

“Iya ada apa memangnya?” tanyaku.

“Kamu juga lihat kertas bergambar hati ini ‘kan? Menurut kebanyakan orang, ini adalah lambang cinta, benarkah? Aku lihat gambar ini sama seperti perasaanku. Saat melihat seseorang di tengah kerumunan murid perempuan di sana, sepertinya ketemu sebuah jawaban. Jawabannya tidak bisa dituliskan dengan rumus. Dialah jawabannya,” ucap Deco dengan kata-kata yang terdengar agak aneh.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Osmond Silalahi

Osmond Silalahi

padahal rame matematika

2025-08-06

0

lihat semua
Episodes
1 Cinta Pertama
2 Misi Menyatakan Perasaan
3 Cinta Ditolak
4 Teman Baru
5 Perpisahan dan Teka-teki
6 Gombal Monyet
7 Suasana Kelas Rasa Cabai
8 Silat dan Para Perundung
9 Emosi dan Penyesalan
10 Perundungan dan Dimulainya Ujian
11 Ujian Kenaikan Tingkat dan Keseruannya
12 Mi Rasa Cacing Tanah di Malam Hari
13 Sabuk Kuning dan Perkenalan Dua Siswi
14 Ada yang Menyukaimu!
15 Rumit, Makin Rumit
16 Cinta Segi Empat
17 Pengumuman dan Sebuah Tanya
18 Ingkar Janji dan Masa Orientasi
19 Seragam SMA dan Perkenalan
20 Band dan Perihal Mencari Nada
21 Mana Otak Genk dan Sebuah Perkenalan
22 Bung Helmi: Kamus Anime Berjalan
23 Pin Mana Otak Genk
24 Kertas Berisi Puisi dan Ditemukannya Drumer
25 Konser Pertama
26 Festival Pertama
27 Insiden Jatuh dari Panggung
28 Pengalaman Baik juga Buruk
29 Kemenangan Pertama dan Perihnya Karma
30 Study Tour Dimulai
31 Makan Rumput Bekas Kambing
32 Menjelang Perpisahan
33 Headphone dan Petualang Kesepian
34 Selamat Tinggal dan Selamat Memulai Kembali
35 Who’s Believe That?
36 CRAZEH
37 Sebuah Kebodohan
38 Ujian dan Suara Serak saat Konser
39 Sebuah Perubahan
40 Harta = Utang + Modal
41 Akhir Ini, Kembali ke Awal
42 Empat Mata, Kacamata
43 Empat Mata, Aku Suka
44 Empat Mata, Ditinggal Berdua
45 Empat Mata, Sulitnya Menyatakan Rasa
46 Empat Mata, Jatuh Cinta
47 Empat Mata, Aduhai Manisnya
48 Empat Mata, Takdir Kadang Berbeda
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Cinta Pertama
2
Misi Menyatakan Perasaan
3
Cinta Ditolak
4
Teman Baru
5
Perpisahan dan Teka-teki
6
Gombal Monyet
7
Suasana Kelas Rasa Cabai
8
Silat dan Para Perundung
9
Emosi dan Penyesalan
10
Perundungan dan Dimulainya Ujian
11
Ujian Kenaikan Tingkat dan Keseruannya
12
Mi Rasa Cacing Tanah di Malam Hari
13
Sabuk Kuning dan Perkenalan Dua Siswi
14
Ada yang Menyukaimu!
15
Rumit, Makin Rumit
16
Cinta Segi Empat
17
Pengumuman dan Sebuah Tanya
18
Ingkar Janji dan Masa Orientasi
19
Seragam SMA dan Perkenalan
20
Band dan Perihal Mencari Nada
21
Mana Otak Genk dan Sebuah Perkenalan
22
Bung Helmi: Kamus Anime Berjalan
23
Pin Mana Otak Genk
24
Kertas Berisi Puisi dan Ditemukannya Drumer
25
Konser Pertama
26
Festival Pertama
27
Insiden Jatuh dari Panggung
28
Pengalaman Baik juga Buruk
29
Kemenangan Pertama dan Perihnya Karma
30
Study Tour Dimulai
31
Makan Rumput Bekas Kambing
32
Menjelang Perpisahan
33
Headphone dan Petualang Kesepian
34
Selamat Tinggal dan Selamat Memulai Kembali
35
Who’s Believe That?
36
CRAZEH
37
Sebuah Kebodohan
38
Ujian dan Suara Serak saat Konser
39
Sebuah Perubahan
40
Harta = Utang + Modal
41
Akhir Ini, Kembali ke Awal
42
Empat Mata, Kacamata
43
Empat Mata, Aku Suka
44
Empat Mata, Ditinggal Berdua
45
Empat Mata, Sulitnya Menyatakan Rasa
46
Empat Mata, Jatuh Cinta
47
Empat Mata, Aduhai Manisnya
48
Empat Mata, Takdir Kadang Berbeda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!