Misi Menyatakan Perasaan

Kami bermain bola lagi. Kaki Rey sedikit pincang karena tendangan Dera. Makin-makin saja aku menganggap diri ini lemah, karena diselamatkan oleh perempuan. Sungguh, sepertinya dunia ini mulai terbalik. Permainan pun selesai, aku mendekati Dera.

“Ra, terima kasih ya,” kataku.

“Iya Val, tenang saja. Lain kali jangan takut melawan Rey ya!” ucapnya.

“Iya.”

Sepertinya aku cuma bilang terima kasih, padahal kami ini teman loh. Rasanya kok seperti ada tembok besar dan canggung luar biasa.

Kenapa harus terhalang oleh perasaan yang tidak jelas ini? Malu-malu muntah kucing. Kenapa tidak kuat melihat wajahnya, padahal wajah itu ya biasa, wajah manusia pada umumnya. Aku tidak bisa seperti ini, harus menjauh. Aku berlari ke arah Rey yang sedang menunggu untuk pulang bersama. Kenapa pula harus menjauh dari dia?

“Kamu kenapa Val? Dari tadi ekspresi wajah dan tingkahmu aneh saat melihat Dera,” tanya Rey tiba-tiba.

“Ah payah! Kamu salah lihat kali, tidak ada apa-apa kok, sungguh,” balasku.

“Beda loh kalau sama Dera, serius sumpah,” kata Rey.

Apa? Aku tidak mengerti, tidak bisa menjelaskan perasaan ini.

“Tunggu, apa mungkin kamu menyukai Dera?” tanya Rey spontan.

“Bodoh! Dia teman kita, mana mungkin bisa.”

“Yah, kemungkinan itu pasti ada. Ayo bilang saja.” Rey pun tertawa.

Cuma bisa diam, rasanya memang ingin berteriak tentang perasaan ini, tapi tidak bisa. Nanti dia berpikir yang macam-macam. Biarkan saja nanti juga terbongkar dengan sendirinya, tapi semoga saja tidak.

Keesokan harinya, kami bermain bersama kembali. Lagi dan lagi, salah tingkah. Saat kami sedang bermain petak umpet, Dera menyentuhku dan berkata, “Kena kau!”

Tiba-tiba aku bengong melihat wajah Dera, seperti kosong tapi tidak, mataku seperti punya kepala sendiri dan sedang memikirkan dia. Tidak bisa melakukan apa-apa.

Dera yang bingung, langsung menampar pelan pipiku berulang kali hingga sadar. Dia tertawa melihat tingkahku yang katanya seperti orang kesurupan. Ya, mendengar itu cuma bisa menerima dan ikut tertawa. Seperti orang bodoh saja rasanya.

Setelah permainan selesai, kepala ini masih saja memikirkan hal tadi. Rasanya benar-benar ingin melarikan diri entah ke mana. Jika bisa aku ingin bersembunyi di luar angkasa sampai otak bersih dari bayangannya. Aku ingin fokus. Sungguh, tidak bisakah? Bagaimana caranya? Aku ini laki-laki, masa masalah seperti ini saja tidak bisa menemukan jalan keluar?

Bagian yang cukup menyedihkan adalah pulang dengan rasa gelisah, seakan-akan langkah kaki ini menjadi lambat. Sesampainya di rumah, adikku sedang nonton sinetron di televisi. Entah ada angin apa, aku ikut menikmati tontonan itu. Hingga sampai pada saat pemeran dalam sinetron itu berkata, “Jika kamu menyukai seseorang, cepatlah katakan!”

Rasa-rasanya kalimat itu ditujukan untukku walaupun sadar tidak mungkin produser sinetron itu tahu bocah cilik ini lagi punya perasaan kepada seseorang, tapi tunggu, aku sendiri masih bingung, sebenarnya perasaan ini cinta atau apa?

Gabut membuatku mencari info lebih dalam. Sampai ketemulah kata ‘cinta’ di kamus bahasa Indonesia. Dapat! Di sana tertulis, cinta itu adalah sayang benar, suka sekali, kasih sekali, terpikat antara laki-laki dan perempuan, ingin sekali, berharap sekali, rindu, susah hati atau khawatir.

Ribet amat sih? Apa ada rumus untuk membuatnya jadi lebih sederhana? Ayolah, aku mohon. Anggaplah apa yang aku rasakan ini adalah cinta. Entahlah, belum tahu pasti. Namun, satu yang menurutku pasti, menyatakan cinta adalah satu hal yang harus dilakukan. Apa pun risikonya, ya apa pun.

Keesokan harinya, saat bermain bersama, sedikit demi sedikit memberanikan diri mencoba mendekati Dera. Secara perlahan, mencoba memanggil namanya.

“Dera.” Lagi-lagi perasaan gugup itu datang, padahal baru memanggil namanya saja, tapi kok berat ya? Aku tersenyum berkali-kali di dekatnya, apa ini normal? Tidak kuat, sepertinya harus mencari satu atau dua topik untuk dibicarakan. Ketemu, membicarakan tentang bola. Sangat tidak nyambung, aku tahu itu.

Obrolan yang canggung itu membuatku mengurungkan niat untuk menyatakan perasaan aneh ini sekarang. Butuh teman rasanya, butuh dukungan lebih. Tidak bisa sendirian rasanya.

Dalam pikiran, langsung membayangkan Rey sebagai pendukung gerakan pengungkapan perasaan ini. Langsung kudatangi dia saat kami semua selesai bermain dan langsung bilang bahwa aku menyukai Dera. Ekspresi Rey begitu mengejutkan, dia tertawa terbahak-bahak. Apanya yang lucu, Gendeng? Baiklah, biarkan dia puas dulu tertawa.

“Sudah aku duga! Hahaha!” ucap Rey dengan girangnya.

“Kenapa Rey? Salahkah?” tanyaku.

“Tidak! Sama sekali tidak. Aku justru mendukung penuh. Mulai detik ini kita akan bergerak. Proses pengungkapan cinta dimulai!” ucap Rey sambil mengepalkan tangan ke atas, seakan-akan peperangan besar akan dimulai.

Keesokan harinya, Rey datang ke rumah. Dia bersama Dillo dan Reza yang saat itu kebetulan kakak beradik ini sedang liburan. Sebenarnya mereka berdua sangat sukar untuk diajak bermain, tapi saat ini mereka justru terlihat bersemangat. Kami seperti sekumpulan tentara yang siap menyerbu markas.

Kami langsung beranjak dari rumahku menuju lapangan tempat kami biasa bermain di perumahan Oka. Panjang umur, sesampainya di sana, orang yang menjadi target kami berada tidak jauh dari tempat kami berdiri.

Dera sedang duduk bersama teman-temannya. Rey, Dillo, dan Reza langsung bergerak. Mereka bertiga berusaha menarik perhatian teman-temannya Dera, agar Dera sendirian. Mereka berhasil melakukannya.

Asli kok malah bikin panik begini? Tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tiba-tiba Rey datang kepadaku dan memberikan sesuatu tanpa terlihat oleh Dera dan lainnya. Dia bilang, “Ayo! Kamu bisa, Val!”

Kulihat sejenak benda yang diberikan, ternyata adalah setangkai bunga. Rey tersenyum dan pergi sambil mengacungkan jempolnya ke arahku. Oh, jadi ceritanya aku harus memberikan bunga ini kepada Dera? Semakin gugup sudah diri ini, tapi sungguh terima kasih atas rencananya. Aku segera mendekati Dera.

“Hai, Dera, boleh duduk di sampingmu?” tanyaku.

“Tentu saja. Val, apa kamu tahu kenapa teman-teman meninggalkan kita berdua?” tanyanya.

Tentu saja karena aku harus menyatakan perasaan ini kepadamu. Memangnya untuk apa lagi? Ide bodoh ini, aku harus bertanggung jawab. Harus berhasil. Jika tidak, usaha teman-teman akan percuma, tapi sayangnya mulut ini tidak bisa mengatakan apa pun. Mulut ini bungkam seakan-akan ada plester raksasa yang melekat.

“Kamu membawa bunga buat siapa?” tanya Dera.

“Ah, ini? Bu ... bukan buat siapa-siapa.”

“Oh, aku kira kamu beda dari yang lain. Cowok yang suka sama bunga. Itu ‘kan manis. Hahaha … maaf. Keren kok, cowok yang suka bunga.”

Ya, di sini hanya bisa garuk-garuk kepala mendengar ucapan Dera. Entah apakah dia bermaksud mengejek atau memuji. Aku tidak peduli.

Lebih dari setengah jam duduk di sini dan tidak juga dapat menyatakannya. Apa teman-temanku akan marah? Terlalu lama menunggu. Sial, sungguh sulit. Seriusan rasanya lebih baik lari keliling kompleks satu putaran atau satu lapangan ini meskipun sambil dikejar anjing, daripada harus melakukan ini. Capeknya beda, sungguh.

“Eh Val, sudah sore. Aku pulang dulu ya,” kata Dera dengan wajah yang terlihat bosan.

“Eh, tunggu ….” Tamat sudah.

“Lain kali saja, aku punya pekerjaan di rumah. Selamat sore, Val.”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Osmond Silalahi

Osmond Silalahi

weh ... up bab.

2025-08-05

0

lihat semua
Episodes
1 Cinta Pertama
2 Misi Menyatakan Perasaan
3 Cinta Ditolak
4 Teman Baru
5 Perpisahan dan Teka-teki
6 Gombal Monyet
7 Suasana Kelas Rasa Cabai
8 Silat dan Para Perundung
9 Emosi dan Penyesalan
10 Perundungan dan Dimulainya Ujian
11 Ujian Kenaikan Tingkat dan Keseruannya
12 Mi Rasa Cacing Tanah di Malam Hari
13 Sabuk Kuning dan Perkenalan Dua Siswi
14 Ada yang Menyukaimu!
15 Rumit, Makin Rumit
16 Cinta Segi Empat
17 Pengumuman dan Sebuah Tanya
18 Ingkar Janji dan Masa Orientasi
19 Seragam SMA dan Perkenalan
20 Band dan Perihal Mencari Nada
21 Mana Otak Genk dan Sebuah Perkenalan
22 Bung Helmi: Kamus Anime Berjalan
23 Pin Mana Otak Genk
24 Kertas Berisi Puisi dan Ditemukannya Drumer
25 Konser Pertama
26 Festival Pertama
27 Insiden Jatuh dari Panggung
28 Pengalaman Baik juga Buruk
29 Kemenangan Pertama dan Perihnya Karma
30 Study Tour Dimulai
31 Makan Rumput Bekas Kambing
32 Menjelang Perpisahan
33 Headphone dan Petualang Kesepian
34 Selamat Tinggal dan Selamat Memulai Kembali
35 Who’s Believe That?
36 CRAZEH
37 Sebuah Kebodohan
38 Ujian dan Suara Serak saat Konser
39 Sebuah Perubahan
40 Harta = Utang + Modal
41 Akhir Ini, Kembali ke Awal
42 Empat Mata, Kacamata
43 Empat Mata, Aku Suka
44 Empat Mata, Ditinggal Berdua
45 Empat Mata, Sulitnya Menyatakan Rasa
46 Empat Mata, Jatuh Cinta
47 Empat Mata, Aduhai Manisnya
48 Empat Mata, Takdir Kadang Berbeda
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Cinta Pertama
2
Misi Menyatakan Perasaan
3
Cinta Ditolak
4
Teman Baru
5
Perpisahan dan Teka-teki
6
Gombal Monyet
7
Suasana Kelas Rasa Cabai
8
Silat dan Para Perundung
9
Emosi dan Penyesalan
10
Perundungan dan Dimulainya Ujian
11
Ujian Kenaikan Tingkat dan Keseruannya
12
Mi Rasa Cacing Tanah di Malam Hari
13
Sabuk Kuning dan Perkenalan Dua Siswi
14
Ada yang Menyukaimu!
15
Rumit, Makin Rumit
16
Cinta Segi Empat
17
Pengumuman dan Sebuah Tanya
18
Ingkar Janji dan Masa Orientasi
19
Seragam SMA dan Perkenalan
20
Band dan Perihal Mencari Nada
21
Mana Otak Genk dan Sebuah Perkenalan
22
Bung Helmi: Kamus Anime Berjalan
23
Pin Mana Otak Genk
24
Kertas Berisi Puisi dan Ditemukannya Drumer
25
Konser Pertama
26
Festival Pertama
27
Insiden Jatuh dari Panggung
28
Pengalaman Baik juga Buruk
29
Kemenangan Pertama dan Perihnya Karma
30
Study Tour Dimulai
31
Makan Rumput Bekas Kambing
32
Menjelang Perpisahan
33
Headphone dan Petualang Kesepian
34
Selamat Tinggal dan Selamat Memulai Kembali
35
Who’s Believe That?
36
CRAZEH
37
Sebuah Kebodohan
38
Ujian dan Suara Serak saat Konser
39
Sebuah Perubahan
40
Harta = Utang + Modal
41
Akhir Ini, Kembali ke Awal
42
Empat Mata, Kacamata
43
Empat Mata, Aku Suka
44
Empat Mata, Ditinggal Berdua
45
Empat Mata, Sulitnya Menyatakan Rasa
46
Empat Mata, Jatuh Cinta
47
Empat Mata, Aduhai Manisnya
48
Empat Mata, Takdir Kadang Berbeda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!