"Kau tidak ingin bercerai dengan Freya, Doug?"
"Tidak."
"Kenapa? Bukankah kau tadi bilang kalau hubunganmu dengannya semakin dingin dan hampa? Lalu apa yang kau pertahankan dalam pernikahan seperti itu?" cecar Daniel. "Jangan bilang kalau kau masih mencintainya?!" tebaknya.
Doug tidak menjawab tapi raut wajahnya sudah menjelaskan semuanya.
"Saranku kemarin hanyalah candaan, Doug. Jika kau masih mencintai Freya, maka jangan khianati dia," kata Daniel penuh kesungguhan. "Semua masih bisa diperbaiki 'kan?" imbuhnya lagi, tapi Doug hanya merespon dengan menaikkan kedua bahunya bersamaan.
"Aku tak mengerti jalan pikiranmu!" Daniel jadi kesal sendiri. Ia sudah berusaha menasehati tapi asistennya itu malah bersikap cuek.
"Entahlah. Untuk saat ini aku masih bingung dengan perasaanku. Di tambah lagi, perjanjian pernikahan itu..." ucapan Doug terjeda sejenak. Dia lupa kalau perjanjian pernikahannya dengan Freya bersifat rahasia. Hampir saja keceplosan.
"Perjanjian pernikahan?" Daniel membeo dengan raut penasaran. "Kau dan Freya menikah di atas perjanjian?!" suara Daniel meninggi, bahkan kedua matanya sempat melotot. Terkejut. Iya, Daniel sangat terkejut dengan fakta yang baru dia ketahui.
Doug memejamkan mata sejenak sambil menipiskan bibir, tak berselang lama dia menghela nafas panjang. Sudah terlanjur bicara, kenapa tidak dilanjutkan sekalian, pikirnya. Dan akhirnya, Doug menceritakan semua tentang perjanjian pernikahannya pada Daniel.
"Gila!" Daniel mengumpat karena saking terkejutnya. "Apa yang ada di dalam pikiranmu, Doug!"
Doug hanya menghela nafas lesu sebagai jawaban. Bukan karena tidak ingin merespon amukan Daniel, tapi pikirannya saat ini sudah berkecamuk, dan lidahnya terasa kelu.
"Doug, kau ini bodoh atau apa? Bagaimana bisa kau menyerahkan semua hartamu pada Freya yang tidak mau mengandung anakmu?!" Daniel sangat marah pada Doug.
"Saat itu aku dibutakan cinta." Doug menjawab sambil memijat pelipis, lalu merutuki kebodohannya.
"Bisa saja Freya cuma memanfaatkanmu, Doug! Dasar bodoh! Idiot!" maki Daniel sekali lagi.
Doug menarik nafas panjang, pasrah dimaki dan dimarahi Daniel. "Aku akan segera merubah semua aset yang sudah kuberikan padanya menjadi atas namaku lagi," ucap Doug, penuh kesungguhan.
"Itu baru benar! Jangan sampai hanya karena cinta kau menjadi bodoh!" Daniel setuju dengan keputusan Doug.
"Terima atas makiannya, Tuan. Makianmu adalah semangat bagiku!" sahut Doug penuh sindiran yang membuat Daniel langsung berdecih kesal.
Siang hari itu. Tari menemui seorang pria di sebuah restoran ternama di kota tersebut. Sudut restoran itu menjadi saksi pertemuan mereka. Tari duduk berhadapan dengan pria tua gendut.
"Aku pastikan Anda tidak akan menyesal, Pak. Anak tiri saya ini sangat cantik dan masih sangat muda. Usianya baru 21 tahun," ucap Tari kepada seorang pria botak berbadan gempal.
"Aku mau fotonya!" kata pria botak itu.
Tari tersenyum sambil menjentikkan jari dan jempolnya di depan muka. Dia segera mengambil foto Bintang dari tasnya.
"Ini. Bagaimana cantik 'kan?" Tari menggosokkan kedua tangan. Tidak sabar menerima duit dari mucikari dihadapannya.
"Heum ..." Pria botak dan gendut itu menggosok rahangnya yang sudah keriput. "Kenapa kulitnya nggak putih? Dan kamu yakin dia masih perawan?" Ia agak ragu saat melihat foto Bintang.
"Masih! Dia masih perawan, belum pernah pacaran! Dan masalah kulitnya yang agak gelap bisa di bawa ke dokter kecantikan 'kan, sekarang 'kan banyak infus whitening," kata Tari tersenyum lebar. Mengusahakan dan membujuk pria gendut itu agar jadi membeli Bintang untuk di jadikan pelacur.
Pria tersebut berpikir sejenak. Tak lama kemudian dia mengangguk. "Oke ... 200 juta!" katanya dengan penuh ketegasan saat memberikan harga setara menurutnya.
"Kok cuma 200 juta! Anakku cantik dan masih perawan!" Tari tentu tidak terima dengan harga segitu.
"Jika putrimu memang masih perawan maka aku akan aku tambah 100 juta lagi!" jawab pria itu tak main-main.
"Oke, deal!" Tari tersenyum senang, apalagi saat pria itu mengambil beberapa gepok uang dan di serahkan padanya.
"200 juta cash!" kata pria itu sambil menyesap rokoknya dengan rakus. "Jadi kapan kamu mengantarkan anakmu?" Ia tidak sabar mencicipi gadis itu sebelum dijadikan pelacur di club malamnya.
"Besok malam!" jawab Tari, tersenyum puas tanpa mengalihkan pandangannya dari tumpukan uang di hadapannya.
Aku kaya! Tari menjerit dalam hati.
"Ingat, jika kamu bohong. Maka kamu harus mengembalikan uang itu tiga kali lipat, dan kamu juga akan berurusan dengan polisi!" ancamnya tak main-main.
"Tenang saja, Pak! Aku pasti menepati janjiku." Tari menjawab sambil memasukkan semua itu ke dalam tasnya.
Bintang sendiri sedang resah dan gelisah sambil menatap lowongan pekerjaan yang terpampang dilayar ponselnya. Sudah melamar kerja via email, dan secara langsung tapi tidak kunjung dapat panggilan.
"Gimana ini? Sebentar lagi rentenir akan datang menagih hutang," gumam Bintang sembari memijat pelipisnya saat kepalanya mendadak pusing. "Kalau nggak sanggup bayar, terpaksa harus merelakan rumah ini di sita." Bintang menatap ke segala penjuru ruang tamu yang selama ini jadi saksi hidupnya dari kecil sampai dewasa. Rumah itu juga memiliki kenangan yang tak ternilai. Kenangan bersama sang mendiang ayah tercinta.
'"Bapak maafin aku," gumam Bintang sangat perih hatinya.
Ceklek!
Suara pintu terbuka dari luar membuat lamunan Bintang buyar.
Bintang menatap malas ibu tirinya yang baru pulang.
"Ngapain kamu lihat-lihat!" sewot Tari, tidak suka di tatap sinis oleh anak tirinya.
Bintang memilih diam, tidak menjawab, karena sedang malas ribut. Kepalanya rasanya mau pecah karena tak kunjung mendapatkan pekerjaan.
Tari tersenyum mengejek saat melihat Bintang sedang melihat iklan lowongan pekerjaan dari ponsel. "Belum dapat kerjaan?" ejeknya.
"Bukan urusanmu!" balas Bintang, sinis.
"Aku punya teman. Dia lagi butuh asisten di hotelnya. Kalau kamu mau besok malam kamu bisa menemuinya," ucap Tari, meyakinkan Bintang agar percaya dengan ucapannya.
"Nggak mau!" balas Bintang.
Tari menaikkan kedua bahunya bersamaan. "terserah kamu. Aku cuma ingin bantu." Tari langsung melenggang pergi menuju kamar sambil tersenyum devil.
Bintang menarik nafas panjang, seraya memikirkan tawaran Tari.
*
"Aku akan liburan ke Indonesia." Doug berkata pada istrinya yang sedang bersantai di depan televisi.
Doug yang baru pulang kerja malam itu merasa gerah, dia melepaskan jas dan dasinya lalu menyampirkan ke tangan. Freya sama sekali tidak pernah perhatian juga tidak pernah menyambut kedatangannya. Sial! Kenapa dia begitu bodoh selama ini? Lagi-Lagi Doug memaki dirinya sendiri saat teringat kebodohannya.
"Silahkan!" jawab Freya, cuek, tanpa mengalihkan perhatiannya dari televisi yang menyala.
"Oke! Jangan menyesal kalau nanti aku tidur dengan wanita lain!" sahut Doug, jengkel. Kemudian berlalu menuju kamar.
Freya agak kaget mendengar ucapan suaminya. Kedua matanya mengikuti langkah suaminya yang kini sudah hilang setelah melewati pintu kamar.
"Dia mana berani bertindak seperti itu," gumamnya, karena ia sangat yakin kalau Doug sangat mencintainya dan tidak akan pernah tidur dengan wanita lain selain dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Pujiastuti
jangang terlalau percaya diri Freya iya dulu Doug sangat mencintai mu tapi mungkin sekarang Doug sudah sadar jadi jangan menyesal nanti ya Freya kalau ditinggal sama Doug
2025-08-11
3
Oma Gavin
makan siang ru cinta terlalu percaya diri sekali freya yg ada douglas yg menolong bintang saat akan datang jual ke lelaki hidung belang
2025-08-11
3
Puspa Andriati
ehhh freya sadar diri napa... udah bagus di cintai doug masih ngelunjak😜😜
penyesalan itu datang belakangan lho freya🤣🤣😜😜
2025-08-30
2