Bab 2.Bertukar Takdir

BRAK!

Suara pintu rumah sakit terbanting, memantul di dinding putih dan membuat jantung Kayla melompat.

Kepalanya masih berat, denyut di pelipis makin tajam. Ia belum sepenuhnya sadar ketika seorang pria tinggi bersetelan mahal menerobos masuk, langkahnya cepat dan berat seperti badai. Jas hitamnya mengepak, matanya menyala—tatapan yang membuat udara di ruangan ikut mengeras.

“Kau pikir kau bisa kabur dariku, Keira?!”

Nama itu menusuk telinganya, tapi tidak membangkitkan satu pun kenangan. Bibirnya bergerak, hanya udara yang keluar.

Pria itu—Leo—berdiri di sisi ranjang, napas memburu. “Kau sadar berapa miliar yang kau lenyapkan?! Investor itu menuntut! Rencana besar hancur… gara-gara ulah gila mu!”

Tangannya menghantam meja—PRANG! Gelas air pecah di lantai, serpihan kaca memantulkan cahaya lampu. Kayla mengejang, jemarinya mencengkeram selimut hingga buku-bukunya memutih.

“A aku… siapa lo?” suaranya serak.

Leo terdiam sepersekian detik, lalu menjepit dagu Kayla dengan jari-jarinya. Sentuhannya dingin, genggamannya keras. “Berhenti drama. Pura-pura amnesia tidak akan menyelamatkanmu. Bahkan kalau kau mati melompat dari jembatan itu… aku tetap suamimu. Dunia ini atau neraka—aku akan menemukanmu.”

Nada suaranya tajam, tapi di sela ancaman itu ada getar halus—bukan sekadar amarah, tapi kehilangan kendali.

Kayla menelan ludah. Refleks, kedua tangannya mendorong dada pria itu.

Brak

Leo terdorong dua langkah, rahangnya mengeras, sorot matanya gelap.

Kayla mengangkat dagu, napasnya terengah. “Hello?! Gue aja nggak tahu gue siapa! Bangun-bangun, lo langsung masuk kayak penjahat sinetron—pecahin gelas, teriak-teriak, nyebut nama random! Lo cowok gila atau satpam ngamuk, sih?”

Leo menatapnya tajam, tapi kilatan ragu sempat melintas di matanya.

“Suami?” Kayla menekankan kata itu sambil menunjuk ke dada pria itu. “Masa suami datang bawa ancaman sama dendam bisnis, bukannya bunga atau cokelat? Ini rumah sakit, Bos. Bukan ruang rapat!”

Leo menarik napas dalam, menahan diri. “Keira ini tidak lucu,kau sudah keter—”ucapan Leo terpotong karna kayla .

“Keira lagi?! Serius nih, lo yakin nggak salah orang? Atau tiap marah lo asal cari cewek buat dimarahin terus ngaku-ngaku suami?”

Leo memijat pelipisnya, wajahnya memerah, matanya berkilat marah namun nyaris… terluka.

Pintu terbuka. Seorang dokter masuk bersama perawat.

“Maaf Pak, kami harus memeriksa kondisi pasien.”

“Aku suaminya!” suara Leo meninggi.

“Justru karena itu, mohon keluar sebentar. Kami khawatir emosinya terganggu,” ucap dokter tenang.

Tatapan Leo menancap pada Kayla, seolah berusaha menggores memorinya. Kayla membalas dengan senyum manis yang membuat darahnya makin mendidih. “Tuh kan, kata dokter gue nggak boleh stres. Lo datang malah bikin tambah stres.” Lalu, pada dokter, ia berbisik dramatis, “Tolong, dok, pria ini kayaknya butuh obat penenang.”

Leo mengepalkan tangan, menahan kata-kata, lalu berbalik dan melangkah keluar. Pintu menutup rapat, menyisakan dentum langkahnya yang berat di koridor.

Kayla menatap pintu itu beberapa detik sebelum menarik napas panjang.

Lalu menoleh pada dokter dengan tatapan bingung. “Sumpah, saya nggak ngerti barusan itu apa. Saya… bener-bener nggak ingat apa-apa. Saya siapa, dok?”

Dokter duduk di tepi ranjang, suaranya lembut. “Kamu mengalami trauma. Luka fisik dan tekanan emosi bisa menyebabkan amnesia sementara. Untuk saat ini, kamu aman di sini.”

Kayla menunduk. Jemarinya yang masih gemetar ia sembunyikan di bawah selimut. Tapi di balik kata-kata menenangkan itu, hatinya tetap berdegup tak karuan.

 $$$$$$

Di sisi lain…

Suara daun jati yang jatuh di atap terdengar seperti ketukan jari yang sabar. Setiap tetes embun yang meluncur dari ujung genting bambu jatuh ke tanah dengan bunyi rintik pelan, berpadu dengan aroma kayu basah yang meresap ke udara. Sinar pagi yang pucat menerobos celah dinding bambu, memecah jadi garis-garis tipis yang menari di atas lantai tanah liat.

Kelopak mata Keira bergetar sebelum terbuka. Pandangannya pertama kali bertemu dengan langit-langit kayu yang tua dan sedikit retak, seakan menyimpan ribuan cerita. Di sudut ruangan, tirai putih tipis bergoyang pelan karena hembusan angin, membawa kabut tipis yang menyelinap dari jendela terbuka.

Tubuhnya terasa ringan… tapi jiwanya seperti masih tenggelam di dasar sungai.

Ia bangkit perlahan, merapatkan selimut tipis yang hangatnya mulai merembes pergi. Ujung kakinya menyentuh lantai bambu yang dingin, membuatnya sedikit bergidik. Udara desa merayap di kulitnya—hangat di dada, dingin di jemari—sapaan yang asing namun anehnya menenangkan.

Dari arah dapur, terdengar langkah kaki yang berat namun teratur.

Seorang pria tua muncul, bahunya sedikit bungkuk, rambutnya putih tipis seperti benang kapas yang rapuh. Keriput di wajahnya dalam, tapi matanya… menyimpan cahaya teduh yang menembus dinginnya pagi. Di tangannya, sebuah mangkuk bubur beruap; aroma beras yang dimasak lama bercampur gurih kaldu tulang memenuhi ruangan.

“Kayla… Alhamdulillah kamu bangun juga, Nak,” suaranya lirih, nyaris patah karena emosi yang ia tahan.

Keira menatapnya lama. Ada getar hangat yang ia rasakan dari cara pria itu mengucapkan nama itu—nama yang bukan miliknya. Namun di mata lelaki itu, Keira membaca sesuatu yang belum pernah ia dapat bahkan dari ayah kandungnya: kasih yang tidak meminta imbalan.

“Bapak siapa? Ini… rumah siapa?” suaranya terdengar seperti bisikan di tengah kabut.

“Rumah kita, Nduk,” jawabnya pelan, nyaris berbisik kembali. “Bapak yang nemuin kamu kemarin. Kamu hanyut di sungai. Waktu Bapak lihat kamu kebawa arus, Bapak langsung nyebur, bawa kamu pulang.”

Keira menunduk. Napasnya tercekat.

Air sungai itu dingin… menusuk tulang.

Gambaran semalam menyeruak begitu jelas—bukan sekadar ingatan, tapi seperti layar tipis yang terbuka di kepalanya. Arus menderu di telinganya, tubuhnya terombang-ambing bersama seorang gadis yang wajahnya… persis dirinya. Gadis yang melompat mengejarnya. Gadis yang juga memilki wajah yang sama dengannya.

Panik membelit dada. Ia menggenggam tangan gadis itu, mencoba melawan pusaran yang menarik mereka. Batu-batu tajam menampar sisi tubuh, perihnya seperti bara di bawah kulit.

Tiba-tiba, seberkas cahaya menusuk dari atas permukaan air. Lalu suara—berat, keras, dan penuh ancaman.

“Itu dia! Tangkap dia!”

Bukan suara penyelamat. Itu suara orang-orang Leo.

Naluri mengambil alih. Keira menahan napas, menggenggam tangan sang gadis erat-erat sebelum menepikannya ke arus yang lebih tenang. Tubuh gadis itu terhanyut ke tepian dangkal—selamat.

Tapi sebelum Keira sempat berenang menjauh, sesuatu dari bawah meraih kakinya—dahan patah, tajam, menahan kuat. Sebuah benturan keras di pelipisnya membuat dunia terbalik… lalu hitam pekat.

Suara lembut pria tua itu menariknya kembali ke cahaya.

“Namamu Kayla… anak Bapak,” katanya dengan keyakinan yang tak tergoyahkan. “Kamu sempat hilang waktu pulang dari perkebunan. Bapak cari ke mana-mana. Mungkin ini takdir… kamu kembali.”

Jantung Keira berdegup tak beraturan. Di tengah luka dan sisa keinginan untuk menghilang, kini terhampar sebuah peluang: kehidupan baru.

Senyum tipis merayap di bibirnya—untuk pertama kalinya, senyum itu tidak terasa seperti topeng.

“Maaf, Pak… aku nggak ingat apa-apa,” suaranya pelan, nyaris tenggelam di udara pagi.

Pria itu terdiam sebentar. Lalu, dengan kelembutan yang nyaris asing bagi Keira, ia mengelus rambutnya.

“Gak apa-apa, Nduk. Yang penting kamu hidup. Ingatan bisa dicari nanti. Yang terpenting kamu selamat… itu yang utama. Di sini, kamu aman. Bapak nggak akan biarkan siapa pun nyakitin kamu lagi.”

Pelukan hangat itu menutup segala kegaduhan di kepalanya. Dalam dekapan itu, ketakutan yang menghantuinya semalam seakan larut dalam udara pagi.

Keira memejamkan mata. Jika berpura-pura menjadi orang lain adalah satu-satunya jalan keluar dari jeratan Leo, maka ia akan melakukannya… meski itu berarti merenggut sepenuhnya kehidupan Kayla.

.

.

.

Bersambung...

Kayla Alisya Mahendra🔥

Wanita berusia 25 tahun yang biasanya selalu hidup di desa dengan ayahnya tanpa sengaja bertukar hidup dengan Keira dan menjadi istri Leo secara tidak terduga.

Terpopuler

Comments

Dewi Ink

Dewi Ink

mereka kembar yg terpisah kah Thor?

2025-08-08

2

Akhmad Fajar

Akhmad Fajar

boleh juga ya. saya masih menulis semi tradisional. ini versi penulisan modern. saya mah perlu belajar..mantab

2025-08-28

0

CumaHalu

CumaHalu

Wah, ngerti juga. apalagi kuahnya pake sambel yang banyak.😁

2025-08-07

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 . Ditinggal Mati Dalam Hidup
2 Bab 2.Bertukar Takdir
3 Bab 3.Siapa Aku??
4 Bab 4 . Kembali ke Kandang Singa
5 Bab 5 . Luka yang Tak Terucap
6 Bab 6 . Tatapan yang Mengusik.
7 Bab 7.Panggung yang Di Paksa
8 Bab 8.Taktik Nyeleneh yang menakjubkan
9 Bab 9.Senyum yang Tak Pernah Aku Kenal
10 Bab 10. Identitas terbongkar
11 Bab 11.Nama yang tak lagi sama
12 Bab 12.Kebohongan dan Kerja sama.
13 Bab 13.Sang Manipulator
14 Bab 14 . Antara kesepakatan atau penyerahan
15 Bab 15.Kesepakatan
16 Bab 16. Neraka Dua Atap
17 Bab 17.Simpati dan Trauma
18 Bab 18.Jebakan
19 Bab 19. Wajah yang Tersembunyi.
20 Bab 20.Sikap Aneh
21 Bab 21. Seseorang Dari Masa Lalu
22 Bab 22.Cinta Pertama
23 Bab 23.Sahabat Keira
24 Bab 24.Kebencian Leo
25 Bab 25.Penekanan Tantri
26 Bab 26. Revan Dan Vina
27 Bab 27.Identitas Aldi
28 Bab 28.Penyelidikan Keira Palsu
29 Bab 29.Deg -degan
30 Bab 30.Teror Gagal
31 Bab 31.Pembelaan atau Awal Dari Kehancuran
32 Bab 32. Tekad dan kecurigaan
33 Bab 33.Rasa yang Sulit di Artikan
34 Bab 34 . Cemburu
35 Bab 35.Sebuah Perbedaan
36 Bab 36.Penembakan
37 Bab 37 . Pengakuan
38 Bab 38.Kelicikan Vina
39 Bab 39.Arvian Alhendra
40 Bab 40.Jadi Manusia Normal
41 Bab 41.Rencana
42 Bab 42.Penderitaan Leo
43 Bab 43.Kerapuhan
44 Bab 44.Kembali ke Setelan Pabrik
45 Bab 45.Obsesi Arga
46 Bab 46 . Kembali
47 Bab 47. Kembali ke Tempat Semula.
48 Bab 48.Pembalasan Revan
49 Bab 49.CEO Baru?
50 Bab 50 . Membalikkan Bidak Permainan
51 Bab 51.Dokumen Penting
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Bab 1 . Ditinggal Mati Dalam Hidup
2
Bab 2.Bertukar Takdir
3
Bab 3.Siapa Aku??
4
Bab 4 . Kembali ke Kandang Singa
5
Bab 5 . Luka yang Tak Terucap
6
Bab 6 . Tatapan yang Mengusik.
7
Bab 7.Panggung yang Di Paksa
8
Bab 8.Taktik Nyeleneh yang menakjubkan
9
Bab 9.Senyum yang Tak Pernah Aku Kenal
10
Bab 10. Identitas terbongkar
11
Bab 11.Nama yang tak lagi sama
12
Bab 12.Kebohongan dan Kerja sama.
13
Bab 13.Sang Manipulator
14
Bab 14 . Antara kesepakatan atau penyerahan
15
Bab 15.Kesepakatan
16
Bab 16. Neraka Dua Atap
17
Bab 17.Simpati dan Trauma
18
Bab 18.Jebakan
19
Bab 19. Wajah yang Tersembunyi.
20
Bab 20.Sikap Aneh
21
Bab 21. Seseorang Dari Masa Lalu
22
Bab 22.Cinta Pertama
23
Bab 23.Sahabat Keira
24
Bab 24.Kebencian Leo
25
Bab 25.Penekanan Tantri
26
Bab 26. Revan Dan Vina
27
Bab 27.Identitas Aldi
28
Bab 28.Penyelidikan Keira Palsu
29
Bab 29.Deg -degan
30
Bab 30.Teror Gagal
31
Bab 31.Pembelaan atau Awal Dari Kehancuran
32
Bab 32. Tekad dan kecurigaan
33
Bab 33.Rasa yang Sulit di Artikan
34
Bab 34 . Cemburu
35
Bab 35.Sebuah Perbedaan
36
Bab 36.Penembakan
37
Bab 37 . Pengakuan
38
Bab 38.Kelicikan Vina
39
Bab 39.Arvian Alhendra
40
Bab 40.Jadi Manusia Normal
41
Bab 41.Rencana
42
Bab 42.Penderitaan Leo
43
Bab 43.Kerapuhan
44
Bab 44.Kembali ke Setelan Pabrik
45
Bab 45.Obsesi Arga
46
Bab 46 . Kembali
47
Bab 47. Kembali ke Tempat Semula.
48
Bab 48.Pembalasan Revan
49
Bab 49.CEO Baru?
50
Bab 50 . Membalikkan Bidak Permainan
51
Bab 51.Dokumen Penting

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!