Bab 4. Karina Kembali

Alisa merasa pusing, saat dia melihat ke arah Karina. Dan memperhatikan wanita itu. Kepalanya mendadak terasa begitu pusing.

"Aduh" Alisa menahan tubuhnya, karena kalau dia jatuh, yang ada dia akan dikira cari perhatian.

Alisa berpikir, mungkin karena dia sarapan sangat sedikit dan tidak di beri makan siang oleh ibu mertuanya. Makanya kepalanya pusing. Dengan langkah tertatih, tapi juga berusaha untuk tidak menimbulkan suara. Alisa bergegas berjalan ke arah kamarnya.

Alisa berganti pakaian, dan mengeringkan rambutnya.

Ceklek

Pintu kamarnya terbuka. Alisa segera mematikan alat pengering rambut dan berdiri ketika suaminya masuk ke dalam kamar.

"Su... agkhh!"

Alisa menjeda ucapannya yang ingin menyapa suaminya. Ketika Mark dengan cepat mencengkeram lengan Alisa dengan begitu kuat.

"Dengar! di depan ada Karina. Ingat apa yang aku katakan baik-baik. Aku tidak akan mengulanginya! selama Karina sayang ke rumah ini. Maka jangan pernah sekalipun keluar dari kamar. Paham!"

Itu bukan pertanyaan, kata terakhir yang dikatakan oleh Mark untuk menegaskan apakah Alisa paham, itu bukan pertanyaan. Melainkan sebuah pernyataan, dimana Mark secara mutlak ingin agar Alisa paham dengan apa yang dia katakan.

"Dengar tidak!"

Alisa menundukkan kepalanya, jika dia menangis. Dan memperlihatkan air matanya pada Mark. Pria itu akan semakin marah dan tidak senang pada Alisa.

Alisa mengangguk dua kali. Tanpa melihat ke arah suaminya yang pasti sangat tidak ingin melihat dirinya dalam kondisi menangis seperti itu.

Suami lain, jika melihat istrinya menangis akan ikut sedih. Dan akan melakukan berbagai hal untuk menghibur sang istri. Namun Mark, dia tidak pernah suka melihat air mata Alisa. Dia akan marah, dan kasar pada Alisa.

"Pa... paham!" kata Alisa terbata-bata.

Dan dengan kuat pula, Mark menghempaskan tangan Alisa. Membuat wanita yang memang sedang dalam keadaan lemah itu sampai terhuyung jatuh ke lantai.

Brakk

Dan bukannya membantu Alisa. Mark juga langsung keluar dari kamar begitu saja.

"Hiks... hiks..." Alisa terisak.

Hanya itu yang bisa dia lakukan untuk saat ini. Alisa menghabiskan waktu sampai sore hari di kamar. Bahkan tanpa makanan.

Sampai malam harinya, Mark masuk ke dalam kamar hanya untuk berganti pakaian. Setelah makan malam dengan Karina dan keluarganya.

Tak terbesit di pikiran pria itu, apakah istrinya yang sedang meringkuk di atas tempat tidur itu sudah makan atau belum.

Alisa meringkuk di atas tempat tidur, bukan karena dia bermalas-malasan. Alisa melaju itu karena tidur membuatnya bisa menahan lapar. Dia sungguh kelaparan.

Begitu pintu tertutup, Alisa membuka selimutnya. Mau menangis, matanya sudah bengkak, dan rasanya matanya juga sudah panas. Alisa hanya bisa menatap jendela, berharap ada keajaiban. Dia benar-benar merasa sangat tertekan.

Malam semakin larut, pintu kamar Alisa terbuka perlahan.

Alisa yang memang tidak bisa tidur dalan keadaan perut yang sangat kosong. Membuka selimutnya perlahan. Dia mengintip sedikit, takutnya itu Mark.

"Nyonya" suara berbisik itu membuat Alisa membuka selimut itu seutuhnya.

Itu adalah suara bibi Dini.

"Bibi" lirih Alisa.

"Bibi bawakan makanan untuk nyonya. Semua orang sudah tidur, ayo makanlah dengan cepat nyonya. Soalnya tuan Mark belum pulang setelah mengantarkan nona Karina" kata bibi Dini yang mengeluarkan piring dari dalam kain yang biasanya di gunakan untuk kain penutup benda-benda di dapur.

Alisa terdiam. Mungkin suaminya memang tidak akan pulang.

"Nyonya, cepat makan" kata bibi Dini yang juga takut kalau sampai ada orang rumah yang bangun dan tahu dia bawa makanan untuk Alisa. Hukuman untuk Alisa bisa lebih parah lagi.

Alisa makan dengan cepat. Dia benar-benar kelaparan. Bibi Dini yang melihat itu sampai matanya berkaca-kaca. Bagaimana bisa, seperti ini.

Tiga hari berlalu, Mark sama sekali tidak pernah pulang. Dan tiga hari itu juga, Alisa semakin diperlakukan semena-mena.

Dia tidak sengaja, membuat kusut pakaian Tasya yang dia setrika. Setrika itu terlalu panas, saat Rena memintanya mencari barang yang. Rena berteriak, meminta Alisa mencarikan barangnya dengan cepat. Karena lupa menyetel panas setrika itu, Alisa menggunakannya lagi pada pakaian Tasya. Jadilah mengerut karena terlalu panas.

Dan tanpa belas kasihan, Tasya menempelkan setrika panas itu di lengan Alisa. Berta yang melihat itu malah tambah marah. Dan menempeleng kepala Alisa beberapa kali sampai jatuh ke lantai.

Teriakan Alisa, tangisan dan permohonan ampunnya tidak di dengarkan sama sekali oleh seisi rumah.

"Rasakan itu!" pekik Tasya yang bahkan langsung membuang pakaiannya itu di kotak sampah.

Setelah semua orang pergi. Bibi Dini langsung berlari membawa Alisa ke dapur. Bibi Dini mengeluarkan semua air dingin di kulkas dan menyirami tangan Alisa itu dengan air dingin di atas wastafel.

Bibi Dini bahkan melakukan semua itu sambil menangis.

"Nyonya..." lirihnya tidak tega melihat semua perlakuan kasar dari orang-orang di rumah ini pada Alisa, "nyonya bibi punya sedikit tabungan, Nyonya kabur saja dari sini!" lirih bibi Dini.

Wanita paruh baya itu sungguh tak tega melihat Alisa terus menjadi bulan-bulanan semua orang di rumah ini. Dia ini istrinya Mark, loh. Tapi lebih parah diperlakukannya melebihi seorang budak yang dibeli.

Bibi Dini membalut luka Alisa dengan kain kasa.

"Nyonya, pergilah yang jauh!" tangis bibi Dini.

Alisa mengusap lengan bibi Dini dan tersenyum.

"Terimakasih banyak bi. Tapi, suamiku telah menyelamatkan aku. Saat tidak ada siapa-siapa di sisiku. Dia membayar biaya rumah sakit bahkan menikahi ku. Memberikan aku tempat tinggal dan makanan..."

"Tapi nyonya..."

"Aku punya hutang budi yang besar pada suamiku. Aku tidak akan pergi kalau bukan dia yang memintanya!"

Bibi Dini tak bisa berkata-kata lagi. Tuannya memang menyelamatkan Alisa. Tapi apa gunanya kalau setelah diselamatkan, namun pada akhirnya di perlakukan dengan tidak manusiawi seperti itu.

"Bibi jangan menangis" ucap Alisa sambil menyeka air mata bibi Dini.

'Aku tahu, keluarga ini selalu menganggapku sebagai beban. Tapi, aku sungguh tidak ingat apapun dan siapapun Bi. Jika aku pergi, aku harus kemana?' batin Alisa.

***

Bersambung...

Episodes
1 Bab 1. Hanya Pengganti
2 Bab 2. Tak lebih dari Pelayan
3 Bab 3. Bukan Hanya Dihina
4 Bab 4. Karina Kembali
5 Bab 5. Pindah ke Kamar Pelayan
6 Bab 6. Ketenangan yang ternyata Sementara
7 Bab 7. Kemelut tak kunjung usai
8 Bab 8. Dicelakai
9 Bab 9. Ingatan Kembali
10 Bab 10. Joyce
11 Bab 11. Baru Permulaan
12 Bab 12. Belum Bisa Pergi
13 Bab 13. Perlawanan Paula
14 Bab 14. Tiga Syarat
15 Bab 15. Disindir Dokter Amara
16 Bab 16. The Power of Paula
17 Bab 17. Pembalasan
18 Bab 18. Di Blacklist dari Semua Rumah Sakit
19 Bab 19. Kedatangan Dokter Amara
20 Bab 20. Hukuman macam apa itu
21 Bab 21. Merasa Curiga
22 Bab 22. Langsung Matii itu terlalu Mudah
23 Bab 23. Giliran Tasya
24 Bab 24. Terkadang harus bersikap semena-mena pada orang yang semena-mena
25 Bab 25. Sudah dibantu malah Menyalahkan
26 Bab 26. Mark Benar-benar curiga
27 Bab 27. Giliran Maria
28 Bab 28. Karina Mengadu pada Ibunya
29 Bab 29. Milyarder Kesepian
30 Bab 30. Ibu Mertua Gagal Menyiksa
31 Bab 31. Niat tidak baik Karina
32 Bab 32. Membantu Satu Kali Saja
33 Bab 33. Mengganti Obat dengan Vitamin
34 Bab 34. Diberi Kartu ya Dihabiskan
35 Bab 35. Perubahan Sikap Mark
36 Bab 36. Malah pindah ke kamar Paula
37 Bab 37. Penjelasan Mark
38 Bab 38. Berjalan Sambil Tidur? alasan!
39 Bab 39. Sarapan Bersama di Taman
40 Bab 40. Paula In Action
41 Bab 41. Paula In Action 2
42 Bab 42. Paula In Action 3
43 Bab 43. Mark Bimbang
44 Bab 44. Mark tahu Alisa adalah Paula
45 Bab 45. Keputusan Mutlak Paula
46 Bab 46. Penyesalan Mark
47 Bab 47. Satu Bulan Berlalu
48 Bab 48. Jika tidak Menghabisi maka akan Dihabisi
49 Bab 49. Claire
50 Bab 50. Bertemu Mark
51 Bab 51. Bertemu
52 Bab 52. Kepo Claire
53 Bab 53. Emosi Paula
54 Bab 54. Mark Pergi
55 Bab 55. Mark Menyelamatkan Paula
56 Bab 56. Akhirnya
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1. Hanya Pengganti
2
Bab 2. Tak lebih dari Pelayan
3
Bab 3. Bukan Hanya Dihina
4
Bab 4. Karina Kembali
5
Bab 5. Pindah ke Kamar Pelayan
6
Bab 6. Ketenangan yang ternyata Sementara
7
Bab 7. Kemelut tak kunjung usai
8
Bab 8. Dicelakai
9
Bab 9. Ingatan Kembali
10
Bab 10. Joyce
11
Bab 11. Baru Permulaan
12
Bab 12. Belum Bisa Pergi
13
Bab 13. Perlawanan Paula
14
Bab 14. Tiga Syarat
15
Bab 15. Disindir Dokter Amara
16
Bab 16. The Power of Paula
17
Bab 17. Pembalasan
18
Bab 18. Di Blacklist dari Semua Rumah Sakit
19
Bab 19. Kedatangan Dokter Amara
20
Bab 20. Hukuman macam apa itu
21
Bab 21. Merasa Curiga
22
Bab 22. Langsung Matii itu terlalu Mudah
23
Bab 23. Giliran Tasya
24
Bab 24. Terkadang harus bersikap semena-mena pada orang yang semena-mena
25
Bab 25. Sudah dibantu malah Menyalahkan
26
Bab 26. Mark Benar-benar curiga
27
Bab 27. Giliran Maria
28
Bab 28. Karina Mengadu pada Ibunya
29
Bab 29. Milyarder Kesepian
30
Bab 30. Ibu Mertua Gagal Menyiksa
31
Bab 31. Niat tidak baik Karina
32
Bab 32. Membantu Satu Kali Saja
33
Bab 33. Mengganti Obat dengan Vitamin
34
Bab 34. Diberi Kartu ya Dihabiskan
35
Bab 35. Perubahan Sikap Mark
36
Bab 36. Malah pindah ke kamar Paula
37
Bab 37. Penjelasan Mark
38
Bab 38. Berjalan Sambil Tidur? alasan!
39
Bab 39. Sarapan Bersama di Taman
40
Bab 40. Paula In Action
41
Bab 41. Paula In Action 2
42
Bab 42. Paula In Action 3
43
Bab 43. Mark Bimbang
44
Bab 44. Mark tahu Alisa adalah Paula
45
Bab 45. Keputusan Mutlak Paula
46
Bab 46. Penyesalan Mark
47
Bab 47. Satu Bulan Berlalu
48
Bab 48. Jika tidak Menghabisi maka akan Dihabisi
49
Bab 49. Claire
50
Bab 50. Bertemu Mark
51
Bab 51. Bertemu
52
Bab 52. Kepo Claire
53
Bab 53. Emosi Paula
54
Bab 54. Mark Pergi
55
Bab 55. Mark Menyelamatkan Paula
56
Bab 56. Akhirnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!