Malam Patah Hati

Hujan Jakarta belum reda. Langit kelabu bergelayut di atas gedung-gedung tinggi.

Raka menarik koper kecilnya melewati lobi apartemen. Resepsionis menatapnya bingung pewaris Dirgantara Group, turun subuh dengan koper? Mana jasnya? Mana supirnya? Mana mobil sportnya?

Raka hanya melambaikan tangan tipis. “Pagi.”

Dia melangkah ke trotoar basah. Jaket hoodie abu-abu menutupi rambutnya yang sedikit lepek karena gerimis. Di pinggir jalan, taksi online berhenti. Raka membuka pintu belakang.

“Pak Raka?” tanya sopir, ragu.

“Sekarang cukup panggil saya Raka,” jawabnya pelan.

Mobil melaju menembus gerimis. Suara wiper bergesekan ritmis. Dari kaca jendela, lampu-lampu kota memantul, menari di matanya. Tangannya merogoh saku sebuah dompet kulit tipis, isinya hanya KTP, SIM, sedikit uang tunai, dan satu kartu debit.

Hatinya berdebar aneh. Bukan karena takut miskin, tapi karena rasa lega aneh, seolah beban berat di pundaknya terlepas satu per satu.

Taksi berhenti di daerah Tebet.

Raka menurunkan koper di gang sempit. Di ujungnya berdiri rumah petakan dua lantai. Catnya lusuh. Dindingnya tambal sulam. Tapi di matanya, ini terlihat seperti benteng kecil, benteng untuk memulai ulang dari awal.

Ia berdiri di depan pintu kos. Mengetuk tiga kali.

Pintu dibuka oleh pria bertubuh gempal, memakai singlet bolong dan sarung kumal.

“Bang Udin?” sapa Raka.

“Eh? Mas Raka ya? Yang mau ngekos bulan ini?” tanya Bang Udin, terkejut setengah ngantuk.

Raka mengangguk. “Iya, Bang. Yang kamar lantai dua. Jadi, kan?”

Bang Udin melongok ke koper Raka, lalu ke wajahnya.

“Iya lah, duitnya udah DP kemarin. Sana masuk. Kunci di rak sendal. Kamar nomor 7.”

Raka tersenyum tipis. Ia mengangkat sendiri kopernya ke lantai dua. Anak tangga sempit berderit di injakan sepatunya.

Kamar nomor 7.

Ruangan 3x3 meter. Satu kasur tipis. Satu kipas angin ngadat. Meja kayu kecil di pojok. Bau kamper dan cat lembab tercium samar.

Raka menurunkan koper, membuka resletingnya pelan. Di dalam hanya beberapa kemeja polos, celana jeans, hoodie, dan satu kotak kecil berisi foto masa kecilnya bersama ibunya. Ia menatap foto itu lama. lalu tersenyum miris.

Ponselnya berdering lagi. Nomor Celine. Lagi-lagi diabaikan.

Notifikasi baru masuk: 15 panggilan tak terjawab. 23 chat belum dibaca.

“Udah telat, Celine,” gumamnya pelan.

Pukul 03.00 pagi.

Raka berbaring di kasur tipis, menatap langit-langit kusam. Angin dari jendela membuat tirai reyot berkibar. Suara rintik hujan jadi nyanyian menenangkan walau di kepalanya suara kenangan masih ribut.

Ia teringat tawa Celine, cara Celine manja membelai kerah jasnya. Teringat cara ayahnya membentak di ruang rapat: “Raka! Jangan pernah bawa perempuan rendahan ke meja keluarga kita, yang pantas itu hanya Celine!”

Lucu, pikirnya. Selama ini dia menuruti. Semua. Bahkan Celine, Celine yang di luar terlihat mentereng, di mata keluarganya tetap '‘berkelas’'. Sekarang? Kelas apanya?

Ponselnya menyala lagi. Kali ini bukan Celine. Nama yang muncul, Pak Hendra Dirgantara. Ayahnya. Jam segini?

Raka tidak menjawab. Ia hanya mematikan ponsel. Hening.

Hening yang mahal.

Pagi menjelang.

Raka terbangun oleh suara gerobak bubur ayam di depan kos. Matanya merah, punggungnya pegal. Tapi di hatinya ada ruang kosong, anehnya ruang kosong itu justru memberinya napas.

Ia meraih ponsel, menyalakan kembali. Pesan ayahnya masuk:

“Kamu di mana? Pulang. Kita bahas lagi. Celine sudah telepon Bapak.”

Raka mengetik balasan:

“Tidak perlu bahas apa-apa. Mulai sekarang, saya urus hidup saya sendiri.”

Klik. Terkirim.

Satu jam kemudian.

Raka duduk di warung kopi pinggir gang. Kopi hitam panas, roti bakar setengah hangus. Ia menatap roti itu lama. Dulu sarapannya croissant impor, espresso single origin, telur setengah matang di hotel bintang lima. Sekarang? Dia justru merasa anehnya lebih kenyang.

Di meja sebelah, tukang ojek online ribut main gaplek. Tertawa keras, sumpah serapah, suara motor knalpot bobrok bersahutan.

Raka diam-diam tersenyum kecil. Hidup beginilah yang nyata, batinnya.

Satu notifikasi muncul.

Lowongan kerja: “Dicari Kasir/Pramuniaga Toko Kita Jaya. Gaji UMR. Siap kerja shifting. Minimal lulusan SMA. Jujur & cekatan.”

Raka menatapnya lama. Jarinya menekan, Lamar Sekarang.

Sore hari.

Raka duduk di warnet pinggir jalan. Di depannya, layar komputer tabung tua. Tangannya sibuk mengetik formulir lamaran. Nama? Raka Purnama. Pendidikan? S2 Ekonomi, Disamarkan jadi SMA. Alamat? Kos Gang Mawar Nomor 7.

Ia tertawa kecil sendiri. Pewaris Dirgantara Group, melamar kerja jadi kasir. Siapa yang bakal percaya?

Di belakangnya, 2 bocah SMP main game tembak-tembakan sambil teriak,

“Bunuh! Bunuh! Ancurin musuhnya Shuu! Pukulin, Bang! Dasar noob!”

Raka melirik, ikut tersenyum. Mungkin beginilah rasanya hidup jadi orang biasa.

Hujan rintik lagi.

Keluar dari warnet, Raka berdiri di pinggir jalan, menatap lampu-lampu toko klontong yang bersinar kuning. Di situ, di antara kardus mie instan, rak deterjen, dan gantungan snack, ia ingin mulai lagi. Mencari sesuatu yang selama ini tak pernah ia punya.

Bukan uang. Bukan nama besar. Tapi cinta. Cinta yang tulus tanpa memanfaatkan kekayaannya.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Hiatus

Hiatus

kayak bocil" dirumah ku kalo main game 🤣🤣🤣

2025-07-28

0

lihat semua
Episodes
1 Cinta Yang Bocor - ATM BERJALAN
2 Malam Patah Hati
3 Warisan Yang Di Tinggalkan
4 Pinda Kos Dan Kehilangan Kartu Kredit
5 Ternyata Satu Kos
6 Shift Pertama Jadi Kasir
7 Gadis Pendek Tukang Marah
8 Barcode Dan Hati Yang Tertempel
9 Makan Mie di Gudang
10 Mimpi di Rak Diskon
11 Kiriman Tengah Malam
12 Motor Butut
13 Mie Kadaluarsa
14 Raka Masak Mie
15 Pertama Kali Pegangan Tangan
16 Gaji Kecil Tetap Tersenyum
17 Pura-pura Gagal Scan
18 Raka Digoda Cewek Genit
19 Intan Diam-diam Cemburu
20 Nembak Di Gudang Kardus
21 Pacaran Sembunyi-sembunyi
22 Motor Pinjeman
23 Mantan Muncul Lagi
24 Ayah Didepan Pintu Toko
25 Sosok Tak Dikenal
26 Ditekan Orang Tua
27 Pergi Tanpa Pamit
28 Pekerjaan Baru
29 Isak Tangis Di Gudang Perusahaan
30 Pinda Kerja
31 Tempat Kerja Baru
32 Presentasi
33 Di Lindungi Lagi
34 Bertemu Dengan Ayah Raka
35 Salah Ketik Di Hina
36 Lembur Sendirian
37 Gaji Ditahan Senior
38 Raka Mendengarkan Semuanya
39 CEO Misterius
40 Intan Bertahan
41 Intan Dipermalukan Di Pantry
42 Raka Datang Lagi
43 Identitas Terbongkar
44 "Dia Calon Instriku"
45 Rekan Kerja Gemetar
46 Pemecatan Massal
47 Intan Menangis Dipelukan Raka
48 Pertama Kali
49 Lamaran Sederhana
50 Restu Yang Ditolak
51 Ibu Meneteskan Air Mata
52 Ayah Raka Marah Besar
53 Intan Meminta Pergi
54 Pemecatan Dan Lamaran
55 Melamar Di Depan Orang Tua Intan
56 Intan Pergi Dari Apartemen Raka
57 Pindah Ke Kossan Lama
58 Raka Turun Dari Kursi CEO
59 Bantuan Sahabat Lama
60 Intan Kembali Bekerja Di Toko Kita Jaya
61 Raka Jatuh Sakit
62 Intan Menjaga Raka
63 Ayah Raka Tersenyum Bahagia
64 Celine Datang Minta Balikan
65 Intan Mencakar Celine
66 Celine Dipermalukan
67 Ayah Raka Memberikan Hadiah
68 Lamaran Terakhir
69 Pernikahan Sederhana
70 Doa Ibu Di Pelaminan
71 Bulan Madu
72 Rumah Kontrakan Jadi Instana
73 Pagi Menyingsing Hasrat
74 Intan Hamil Anak Pertama
75 Raka Balik Jadi CEO
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Cinta Yang Bocor - ATM BERJALAN
2
Malam Patah Hati
3
Warisan Yang Di Tinggalkan
4
Pinda Kos Dan Kehilangan Kartu Kredit
5
Ternyata Satu Kos
6
Shift Pertama Jadi Kasir
7
Gadis Pendek Tukang Marah
8
Barcode Dan Hati Yang Tertempel
9
Makan Mie di Gudang
10
Mimpi di Rak Diskon
11
Kiriman Tengah Malam
12
Motor Butut
13
Mie Kadaluarsa
14
Raka Masak Mie
15
Pertama Kali Pegangan Tangan
16
Gaji Kecil Tetap Tersenyum
17
Pura-pura Gagal Scan
18
Raka Digoda Cewek Genit
19
Intan Diam-diam Cemburu
20
Nembak Di Gudang Kardus
21
Pacaran Sembunyi-sembunyi
22
Motor Pinjeman
23
Mantan Muncul Lagi
24
Ayah Didepan Pintu Toko
25
Sosok Tak Dikenal
26
Ditekan Orang Tua
27
Pergi Tanpa Pamit
28
Pekerjaan Baru
29
Isak Tangis Di Gudang Perusahaan
30
Pinda Kerja
31
Tempat Kerja Baru
32
Presentasi
33
Di Lindungi Lagi
34
Bertemu Dengan Ayah Raka
35
Salah Ketik Di Hina
36
Lembur Sendirian
37
Gaji Ditahan Senior
38
Raka Mendengarkan Semuanya
39
CEO Misterius
40
Intan Bertahan
41
Intan Dipermalukan Di Pantry
42
Raka Datang Lagi
43
Identitas Terbongkar
44
"Dia Calon Instriku"
45
Rekan Kerja Gemetar
46
Pemecatan Massal
47
Intan Menangis Dipelukan Raka
48
Pertama Kali
49
Lamaran Sederhana
50
Restu Yang Ditolak
51
Ibu Meneteskan Air Mata
52
Ayah Raka Marah Besar
53
Intan Meminta Pergi
54
Pemecatan Dan Lamaran
55
Melamar Di Depan Orang Tua Intan
56
Intan Pergi Dari Apartemen Raka
57
Pindah Ke Kossan Lama
58
Raka Turun Dari Kursi CEO
59
Bantuan Sahabat Lama
60
Intan Kembali Bekerja Di Toko Kita Jaya
61
Raka Jatuh Sakit
62
Intan Menjaga Raka
63
Ayah Raka Tersenyum Bahagia
64
Celine Datang Minta Balikan
65
Intan Mencakar Celine
66
Celine Dipermalukan
67
Ayah Raka Memberikan Hadiah
68
Lamaran Terakhir
69
Pernikahan Sederhana
70
Doa Ibu Di Pelaminan
71
Bulan Madu
72
Rumah Kontrakan Jadi Instana
73
Pagi Menyingsing Hasrat
74
Intan Hamil Anak Pertama
75
Raka Balik Jadi CEO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!