Ternyata Satu Kos

Pagi datang dengan suara motor tukang gorengan di gang sempit. Raka membuka mata, meraih ponsel. Baterai tinggal 8 persen. Kartu debit? Masih lenyap entah ke mana.

Dia duduk di pinggir kasur, menatap seragam yang sudah kusut. Bau deterjen kiloan bercampur lembab kamar kos. Di meja reyot, cuma ada segelas air putih dingin setengah habis.

Pintu diketuk pelan. “Mas Raka…”

Suara cempreng Intan.

"Siapa?" tanya Raka

"Intan, Mas!"

Hening

"Mas...mas."

“Masih hidup, Intan?” balas Raka dari dalam, malas buka pintu.

“Mas, udah pagi. Shift pagi jam tujuh, lho. Kamu lupa?”

Raka melirik jam dinding: 06.45.

Dia melompat berdiri. “Astaga!”

Di depan pintu, Intan berdiri sambil memeluk plastik berisi nasi uduk. Rambutnya dikuncir dua, pipinya merah merona.

"Kamu ngekos di sini juga?"

"iya, Mas. Jadi aku senior juga di kossan sini!" ucap Intan sambil cengingisan.

“Wah, Mbak Senior datang bawa logistik,” goda Raka sambil membuka pintu lebar-lebar.

“Jangan panggil aku Mbak!” Intan mendelik. “Udah, sarapan dulu. Kamu kerja pakai perut kosong, nanti pingsan, aku yang malu nanti.”

Raka mengambil bungkusan. Aroma nasi uduk, telur dadar, dan tempe orek menguap hangat di hidung.

“Seriusan ini buat aku?”

“Buat siapa lagi? Aku nggak mungkin makan dua bungkus. Paling gendut nanti,” jawab Intan sambil menjepit pulpen di telinga.

“Terima kasih, Intan…”

Intan merengut. “Udah, makan. Jangan lebay. Jangan sok pasang wajah sok imut gitu.”

Di teras kos, mereka duduk berdua di bangku kayu butut. Raka makan lahap. Intan mengawasi sambil menyeruput kopi sachetnya.

“Eh, Mas. Kartu ATM udah ketemu belum?”

Raka menggeleng. Mulutnya penuh nasi. “Belum. Mungkin nyelip di tas.”

“Kalau hilang beneran gimana?”

“Ya udah. Emang nggak ada duitnya juga,” kata Raka santai. Ia tertawa. Intan melongo.

“Hah? Kamu nggak panik?” tanya intan

“Panik, bikin kenyang juga nggak, lagian bukan kartu ATM tapi kartu Debit yang hilang."

"hahaha,,,Mas becandanya!"

Intan nyengir. “Ternyata kamu lucu juga, Mas. Kukira pas pertama ketemu tuh kamu orangnya cool, kaku, kaya orang Ganteng pada umumnya. Mas juga keliatan kayak orang kantoran sih.”

Raka terbatuk, pura-pura menelan cepat. “Emang keliatan kaya orang kantoran?”

“Iya. Gaya jalannya tegap. Rambut rapi. Sepatu awal-awal masih keren. Sekarang udah belel, jadi cocok.”

Raka menepuk dada. “Mantap. Misi undercover berhasil.”

Pukul tujuh kurang lima menit. Mereka berjalan beriringan ke Toko Kita Jaya. Langit masih mendung. Di pinggir jalan, abang-abang sayur teriak rebutan pembeli.

"Bu...Ibu sayur organik, Bu. Cocok buat pengantin baru" tawar salah satu tukang sayur ke Intan.

"Gak, suami aku gak suka sayur."

Raka yang mendengar ucapan Intan kaget, dan hanya bisa tersenyum malu sambil memandangi wajahnya.

Lalu tiba-tiba Intan menggandeng lengan Raka dan berlalu pergi.

...*****...

“Eh, kamu nanti jangan kaku ya kalau sama pelanggan. Harus ramah. Nggak boleh jutek.”

Raka menahan tawa. “Iya, Sayang.”

Langka mereka terhenti.

"Mas, barusan bilang apa?" tanya Intan sambil melihat Wajah Raka

Raka, gelagapan.

"Iya, Bu Supervisor".

"Kok, tadi aku dengarnya lain yah." guman Intan

"Pendengaran kamu aja itu!"

Intan pun menghiraukan ucapan Raka.

“Beneran, lho. Toko ini udah sering digosipin pegawainya jutek. Makanya Bos suka gonta-ganti orang.” kata Intan

“Kalau aku dipecat, kamu sedih nggak?” tanya Raka.

Intan berpikir, lalu cengar-cengir. “Sedih lah. Nggak ada yang mindahin galon sama kardus.”

Raka tertawa, menepuk jidat Intan. “Jahatnya.”

Mereka masuk toko. Bel pintu berbunyi nyaring. Toko masih sepi. Lampu neon temaram memantul di lantai keramik kusam. Di rak diskon, mie instan nyaris kadaluarsa menumpuk.

Intan meletakkan tasnya di loker kecil belakang kasir. Raka duduk di samping, menggulung lengan seragamnya.

Bos muncul sambil menguap lebar. Matanya setengah tertutup, mulutnya bau kopi hitam.

“Raka. Hari ini kamu belajar kasir. Tapi nggak pegang uang dulu. Liatin Intan dulu. Besok baru coba scan barang.”

“Siap, Pak.”

Bos menepuk pundak Intan. “Kamu yang ngawasin. Kalau uang hilang, potong gaji kamu.”

“Heh! Jangan gitu dong, Pak,” protes Intan.

Bos ngeloyor pergi ke belakang. Suara TV tabung di ruangannya terdengar samar: sinetron pagi yang keras banget.

Intan menarik kursi plastik, duduk di depan monitor kasir.

“Nah. Dengerin ya, Mas Raka. Ini scanner barcode. Ini mesin EDC. Ini laci uang. Pegang laci sembarangan, kutabok.”

“Siap, Mbak Cerewet,” ejek Raka sambil tertawa.

Intan ngedumel. “Awas. Sekali lagi panggil Mbak, tak tempeleng beneran.”

Mereka berdua tertawa pelan.

Suara pintu berdering. Pelanggan pertama masuk, seorang ibu-ibu bawa anak balita.

“Pagi, Mbak. Pagi, Mas,” sapa si Ibu sambil meraih keranjang belanja.

Intan langsung berdiri. “Selamat pagi, Bu! Cari apa hari ini?”

“Beli susu sama diapers.”

Raka berbisik. “Aku ambilin, ya?”

Intan mengangguk. “Ambil yang diskon di rak ketiga. Ada stiker pink.”

Raka melangkah ke rak. Tangannya meraba dus diapers. Ia menarik satu bungkus, melihat harga tempelannya. Tangannya teringat masa lalu. dulu belanja begini cuma nyuruh asisten rumah tangga. Sekarang, dia sendiri yang angkat-angkat.

Dia tersenyum kecil. Bagus… bagus…

Di kasir, Intan dengan lincah scan barang. Raka berdiri di sampingnya, mencatat di buku tulis. Kadang tatapan mereka bertemu, tertawa sendiri. Anak balita di samping ibu-ibu itu tiba-tiba menunjuk Raka.

“Kaka ganteng!” katanya polos.

Intan ngakak. “Tuh! Ada fans kamu!”

Raka jongkok, menyapa si bocah. “Halo, dedek! Makasih ya… Doain Kaka biar tetap ganteng.”

Anak itu tepuk tangan. Ibunya ikut tertawa. Intan mengelus kepala Raka pelan.

Sore datang. Shift nyaris selesai. Di gudang belakang, Raka duduk di kardus mie instan. Intan duduk di sampingnya, mengunyah wafer sisa sampel promosi.

“Capek?” tanya Intan.

“Lumayan. Badan pegel. Tapi hati enteng,” jawab Raka sambil melirik Intan.

Intan menggigit wafer, menatap Raka serius.

“Mas… Kamu nggak punya siapa-siapa di Jakarta?, keluarga, teman atau kenalan gitu?”

Raka terdiam. Matanya menatap tumpukan kardus.

“Ada. Tapi mereka nggak ada di sini.”

“Orang tua?” tanya Intan pelan.

Raka menarik napas. “Ada. Tapi… beda dunia sama aku sekarang.”

Intan mengangguk. Pipinya mendadak sendu.

“Kalau aku… juga nggak punya siapa-siapa. Bapak di kampung, jualan bensin eceran sama jagain warung kecil, Ibu? Entah di mana.”

Raka menatap Intan. Senyumnya hangat.

“Kita mirip, ya. Sama-sama nggak punya siapa-siapa di jakarta.”

Lalu mereka tertawa. Mata saling bertemu. Pelan-pelan, jarak di antara mereka menipis. Raka nyaris mengulurkan tangan ke pipi Intan, tapi suara Bos tiba-tiba memecah suasana.

“WOI! Pada ngapain di gudang?!”

Intan meloncat berdiri. Raka ikut berdiri, cengar-cengir.

“Maaf, Pak! Lagi ngitung stok!” bohong Intan cepat.

Bos mendecak. “Dasar kalian. Cepet beresin, tutup toko. Gembok pintu, lampu matiin. Mau saya tinggal pergi.”

Toko ditutup. Pintu digembok. Mereka berjalan berdua di trotoar.

Lampu-lampu kota mulai menyala. Angin malam meniup kuncir Intan. Raka meraih helm motor pinjaman dari pegangan setir.

“Mau barengan nggak?” tawar Raka.

Intan nyengir. “Pake motor butut ini? Emang kuat?”

“Kalau nggak kuat, kita dorong bareng-bareng,” kata Raka.

Mereka tertawa lagi. Intan meraih helm, memasangnya di kepala.

“Yuk, Mas bawah motornya jangan kaya Velentino Rossi yah. Hutang aku masih banyak, belum kawin juga.”

Dan merekapun pulang bersama di atas motor butut pinjaman.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

🌼

🌼

oooo ... buaya juga si Raka-Raka ini, belum apa-apa udah "sayang-sayang aja" 😌 Raka mau masuk asrama buayaku nggak? 🤪🤣✌🏻

2025-07-29

1

🌼

🌼

modus aja lu intan, maunya dipanggil "Sayang" kan 😝🤣

2025-07-29

0

lihat semua
Episodes
1 Cinta Yang Bocor - ATM BERJALAN
2 Malam Patah Hati
3 Warisan Yang Di Tinggalkan
4 Pinda Kos Dan Kehilangan Kartu Kredit
5 Ternyata Satu Kos
6 Shift Pertama Jadi Kasir
7 Gadis Pendek Tukang Marah
8 Barcode Dan Hati Yang Tertempel
9 Makan Mie di Gudang
10 Mimpi di Rak Diskon
11 Kiriman Tengah Malam
12 Motor Butut
13 Mie Kadaluarsa
14 Raka Masak Mie
15 Pertama Kali Pegangan Tangan
16 Gaji Kecil Tetap Tersenyum
17 Pura-pura Gagal Scan
18 Raka Digoda Cewek Genit
19 Intan Diam-diam Cemburu
20 Nembak Di Gudang Kardus
21 Pacaran Sembunyi-sembunyi
22 Motor Pinjeman
23 Mantan Muncul Lagi
24 Ayah Didepan Pintu Toko
25 Sosok Tak Dikenal
26 Ditekan Orang Tua
27 Pergi Tanpa Pamit
28 Pekerjaan Baru
29 Isak Tangis Di Gudang Perusahaan
30 Pinda Kerja
31 Tempat Kerja Baru
32 Presentasi
33 Di Lindungi Lagi
34 Bertemu Dengan Ayah Raka
35 Salah Ketik Di Hina
36 Lembur Sendirian
37 Gaji Ditahan Senior
38 Raka Mendengarkan Semuanya
39 CEO Misterius
40 Intan Bertahan
41 Intan Dipermalukan Di Pantry
42 Raka Datang Lagi
43 Identitas Terbongkar
44 "Dia Calon Instriku"
45 Rekan Kerja Gemetar
46 Pemecatan Massal
47 Intan Menangis Dipelukan Raka
48 Pertama Kali
49 Lamaran Sederhana
50 Restu Yang Ditolak
51 Ibu Meneteskan Air Mata
52 Ayah Raka Marah Besar
53 Intan Meminta Pergi
54 Pemecatan Dan Lamaran
55 Melamar Di Depan Orang Tua Intan
56 Intan Pergi Dari Apartemen Raka
57 Pindah Ke Kossan Lama
58 Raka Turun Dari Kursi CEO
59 Bantuan Sahabat Lama
60 Intan Kembali Bekerja Di Toko Kita Jaya
61 Raka Jatuh Sakit
62 Intan Menjaga Raka
63 Ayah Raka Tersenyum Bahagia
64 Celine Datang Minta Balikan
65 Intan Mencakar Celine
66 Celine Dipermalukan
67 Ayah Raka Memberikan Hadiah
68 Lamaran Terakhir
69 Pernikahan Sederhana
70 Doa Ibu Di Pelaminan
71 Bulan Madu
72 Rumah Kontrakan Jadi Instana
73 Pagi Menyingsing Hasrat
74 Intan Hamil Anak Pertama
75 Raka Balik Jadi CEO
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Cinta Yang Bocor - ATM BERJALAN
2
Malam Patah Hati
3
Warisan Yang Di Tinggalkan
4
Pinda Kos Dan Kehilangan Kartu Kredit
5
Ternyata Satu Kos
6
Shift Pertama Jadi Kasir
7
Gadis Pendek Tukang Marah
8
Barcode Dan Hati Yang Tertempel
9
Makan Mie di Gudang
10
Mimpi di Rak Diskon
11
Kiriman Tengah Malam
12
Motor Butut
13
Mie Kadaluarsa
14
Raka Masak Mie
15
Pertama Kali Pegangan Tangan
16
Gaji Kecil Tetap Tersenyum
17
Pura-pura Gagal Scan
18
Raka Digoda Cewek Genit
19
Intan Diam-diam Cemburu
20
Nembak Di Gudang Kardus
21
Pacaran Sembunyi-sembunyi
22
Motor Pinjeman
23
Mantan Muncul Lagi
24
Ayah Didepan Pintu Toko
25
Sosok Tak Dikenal
26
Ditekan Orang Tua
27
Pergi Tanpa Pamit
28
Pekerjaan Baru
29
Isak Tangis Di Gudang Perusahaan
30
Pinda Kerja
31
Tempat Kerja Baru
32
Presentasi
33
Di Lindungi Lagi
34
Bertemu Dengan Ayah Raka
35
Salah Ketik Di Hina
36
Lembur Sendirian
37
Gaji Ditahan Senior
38
Raka Mendengarkan Semuanya
39
CEO Misterius
40
Intan Bertahan
41
Intan Dipermalukan Di Pantry
42
Raka Datang Lagi
43
Identitas Terbongkar
44
"Dia Calon Instriku"
45
Rekan Kerja Gemetar
46
Pemecatan Massal
47
Intan Menangis Dipelukan Raka
48
Pertama Kali
49
Lamaran Sederhana
50
Restu Yang Ditolak
51
Ibu Meneteskan Air Mata
52
Ayah Raka Marah Besar
53
Intan Meminta Pergi
54
Pemecatan Dan Lamaran
55
Melamar Di Depan Orang Tua Intan
56
Intan Pergi Dari Apartemen Raka
57
Pindah Ke Kossan Lama
58
Raka Turun Dari Kursi CEO
59
Bantuan Sahabat Lama
60
Intan Kembali Bekerja Di Toko Kita Jaya
61
Raka Jatuh Sakit
62
Intan Menjaga Raka
63
Ayah Raka Tersenyum Bahagia
64
Celine Datang Minta Balikan
65
Intan Mencakar Celine
66
Celine Dipermalukan
67
Ayah Raka Memberikan Hadiah
68
Lamaran Terakhir
69
Pernikahan Sederhana
70
Doa Ibu Di Pelaminan
71
Bulan Madu
72
Rumah Kontrakan Jadi Instana
73
Pagi Menyingsing Hasrat
74
Intan Hamil Anak Pertama
75
Raka Balik Jadi CEO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!