TEGURAN ADAT

Pagi itu, embun masih menempel di daun-daun ilalang ketika Kirana melangkah ke halaman Puskesmas. Ia sudah bersiap lebih awal dari biasanya, mengenakan blus baby blue dan jilbab abu-abu lembut serta snelli (jas dokter) lengan pendek. Tapi langkahnya terasa sedikit berat.

Ia tahu, pagi ini ia akan bertemu tokoh adat. Bukan untuk disambut atau dihormati — tapi untuk ditegur.

“Dok, hati-hati ya,” bisik Bidan Dina yang sudah lebih dulu duduk di teras. “Yang datang nanti Nyiak Rosma dan Pak Baha — Kepala Jorong Kampuang Ateh. Orangnya keras.” terang Dina yang merasa tidak enak kepada Kirana.

Kirana mengangguk. “Ya. Aku nggak akan lari, Din. Kalau ini harus aku hadapi, ya aku hadapi,” jawab nya sambil menenangkan diri sendiri.

“Maaf ya! Padahal kita perginya berdua, tapi cuma kamu yang disentimen-in sama orang-orang sini.”

Kirana menarik nafas. “Ga papa. Aku paham kok. Mungkin karena kamu juga orang minang, meski bukan dari kampung ini. Sedangkan aku orang luar.”

“Cuma di sini kok, Dok. Di tempat lain ga kayak gini amat!” bisik Dina. Takut ucapan nya didengar orang lain.

Kirana mengangguk paham. “Aku paham kok!”

***

Pukul delapan tepat, dua tetua dengan pakaian adat datang ke Puskesmas. Di belakang mereka, beberapa warga turut serta, termasuk beberapa perempuan yang sejak kemarin berbisik-bisik soal Kirana. Di ruang rapat kecil yang biasanya dipakai untuk briefing staf dan lokmin, kini dijadikan tempat ‘musyawarah adat darurat.’

dr. Raka duduk di bagian ujung meja, dengan sikap yang terlihat tenang.

Kirana masuk dengan langkah pelan, duduk di kursi yang sudah disediakan.

Pak Baha, lelaki sepuh berjanggut putih dan berkopiah hitam, membuka pembicaraan.

“Dokter Kirana,” ucapnya dengan suara berat, “Kami dari perwakilan ninik mamak dan tokoh kampung datang bukan untuk memusuhi Bu dokter di sini. Tapi kami ingin menyampaikan bahwa tindakan semalam dianggap tidak pantas menurut adat kami.”

Kirana menatapnya penuh hormat. “Saya mengerti, Pak. Dan saya mohon maaf jika tindakan saya dinilai kurang menghargai nilai-nilai adat.”

Nyiak Rosma ikut bicara, kali ini dengan nada lebih tajam. “Di kampung ini, perempuan keluar malam itu jarang, Dok. Apalagi ke rumah lelaki yang bukan muhrim. Sekalipun ibu seorang dokter, harus tahu batasnya.”

Kirana menunduk sebentar. Lalu ia menatap mereka semua, mencoba menjaga nada suara tetap tenang.

“Saya hanya ingin menyelamatkan nyawa. Karena saat itu, dokter Raka tidak di tempat. Mengobati pasien lain, Bu,” Kirana embela diri. “Saya datang ke sini bukan untuk melanggar adat, tapi juga tidak bisa menutup mata saat seseorang sedang sekarat. Saya siap belajar adat istiadat di sini. Tapi saya mohon, beri saya ruang untuk tetap menjalankan tanggung jawab sebagai dokter.”

Suasana hening. Sebagian warga tampak berpikir. Tapi sebelum ada yang menjawab, Raka angkat bicara.

“Yang dilakukan Kirana adalah keputusan medis. Bukan keinginan pribadi atau pelanggaran moral. Kalau adat tak bisa membedakan mana niat tulus dan mana perbuatan buruk, maka kita kehilangan makna sebenarnya dari adat itu sendiri.”

Pak Baha mengangguk pelan. “Kami tidak menuduh yang bukan-bukan. Tapi kami ingin jaga agar kampung ini tetap seimbang — antara adat dan ilmu. Lagi pula, di kampung ini masih ada 'orang pandai'. Dan tadi malam juga ia sudah dipanggil oleh warga lain ke rumah si Firman.”

Raka menoleh ke Kirana. Ia bisa menyimpulkan bahwa sebenarnya ini masalah praktik dengan pengobatan tradisional juga. Dukun, tentunya.

“Kalau begitu, bagaimana kalau kita cari jalan tengah? Kirana membuat pernyataan tertulis bahwa ke depan akan berkonsultasi dulu pada perangkat kampung jika akan melakukan kunjungan di luar jam tugas?”

Kalau peristiwa kemarin harus diskusi dulu, bisa mampus tu pasien! pikir Kirana dalam hati. Namun, Kirana hanya bisa mengangguk. “Saya bersedia.” Tidak ada gunanya menentang adat di sini.

"Kalau memang begitu yang baik menurut dokter Raka, kami terima untuk kali ini saja," ucap Pak Baha. "Lain kali tidak ada lagi pemakluman. Kita lakukan sesuai adat yang berlaku di tempat ini!"

Pertemuan selesai tanpa keputusan menjatuhkan sanksi adat dan sebagainya. Di luar ruangan, bisik-bisik masih terdengar. Sebagian warga masih curiga. Sebagian lagi diam.

Saat siang itu, Kirana memeriksa seorang bocah yang terluka karena jatuh dari sepeda, ibunya — seorang perempuan berselendang ungu — tersenyum padanya.

“Terima kasih ya, Dok. Malam itu saya lihat dari jauh. Kalau bukan karena Bu dokter, Pak Firman bisa... ya, semua juga tahu gimana jadinya.”

Kirana  membalas dengan senyum. Tapi hatinya terasa hangat, karena masih ada penduduk daerah ini yang mengerti tugasnya.

Ketika Kirana kembali ke ruangan nya, ia melewati Raka yang berdiri di lorong. Setelah masalah tadi selesai, Kirana baru menyadari aura tenang dan memikat dari lelaki itu.

“Untung, ya…” kata Raka saat mereka berpapasan. “Untuk kamu nggak diusir dari kampung ini.”

Kirana terdiam lalu tertawa pelan. “Untung  juga Bapak datang menyusul  semalam. Kalau nggak, aku mungkin udah dilempar pakai sendal jepit.”

Raka melirik, lalu menjawab datar. “Kalau dilempar, pastikan sandal merek bagus. Biar nggak sakit.”

Kirana nyengir. “Ternyata Bapak bisa juga bercanda, ya!”

Raka mengangkat bahu lalu  melangkah pergi ke arah apotek.

Sekarang Kirana tahu, dibalik Raka yang dingin, masih ada cukup perhatian yang diberikan untuk staf nya.

Dan itu cukup sebagai tanda bahwa ia tak sepenuhnya sendirian dalam perjuangan ini.

Episodes
1 Asap Kopi, Jalan Berliku dan Pimpinan yang Dingin
2 Tantangan Pertama
3 PANGGILAN DI MALAM HARI
4 TEGURAN ADAT
5 YANG TIDAK SUKA DAN SUKA
6 KISAH RAKA
7 KUNJUNGAN RUMAH DI JALANAN LICIN
8 MEMBUKTIKAN DENGAN TINDAKAN
9 BANGUNAN TUA
10 KISAH ANNA VAN WIJK
11 MULAI MENYUSURI
12 RASA PENASARAN RAKA
13 TUBUHKU DI SINI, JIWAKU DI SANA
14 MISTERI DIBALIK PENEMUAN ITU
15 MATAHARI DARI BARAT
16 MENCARI JEJAK
17 PETUNJUK TIGA BATU
18 DUNIA LAIN
19 TABIB DI TENGAH PEPERANGAN
20 MULAI MENCARI
21 IDENTITAS PRIA TUA ITU
22 TABIB AGUNG
23 PERTEMUAN RAKA DAN KIRANA
24 SANG ELYSIUMA
25 RUANG SIMETRI WAKTU
26 MISI BELUM SELESAI
27 EKSPEDISI PERTAMA
28 SERANGAN MUSUH
29 PEPERANGAN YANG TAK BISA DIHINDARI
30 BERSEMBUNYI DI GUA
31 MENYUSURI JALAN
32 BAYANGAN NAGA DAN MAHKOTA GUNUNG
33 JALAN KELUAR
34 MENGATUR STRATEGI
35 API DI TENGAH LEMBAH
36 SIDANG API DAN BAYANGAN
37 UJIAN YANG TIDAK DIAKUI
38 PERUNDINGAN
39 MENCARI PERUT NAGA
40 KEPUTUSAN SUKU BAR-BAR
41 KEBIMBANGAN LEONTES
42 KERINDUAN KIRANA
43 PERNIKAHAN AGUNG
44 MELANJUTKAN MISI
45 ARMADA BERLAYAR
46 PERTARUNGAN DENGAN PENJAGA PINTU
47 DARATAN YANG SALAH
48 DI PERSINGGAHAN
49 API DARI PEDALAMAN
50 API DAN CAHAYA
51 RAHASIA LELUHUR
52 BAYANGAN MASA LALU
53 MENUJU SWARNADWIPA
54 GUNUNG MARAPI
55 MAHARAJA DIRAJA
56 DI BALIK DENTUMAN MERIAM
57 PERTEMUAN KEMBALI
58 BERJUMPA SANG PRESIDEN
59 KERIS DATUK KATUMANGGUNGAN
60 PENYERGAPAN
61 MENUJU DARMASRAYA
62 MEMBAGI LANGKAH
63 HARIMAU PENJAGA
64 PERTOLONGAN RAKA DAN KIRANA
65 SIBUNIAN
66 PERSINGGAHAN DI NAGARI ABAI
67 SAMPAI DI BIDAR ALAM
68 MENUJU GUA WARNA WARNI
69 RAHASIA GUA WARNA WARNI
70 SIMPUL TAKDIR
71 HARI YANG SAMA NUANSA BERDEDA
72 JEJAK YANG TERSISA
73 PERTEMUAN DI GUA BATU BUNDO
74 TEKAD BARU
75 LANGKAH AWAL
76 KABAR DAN TAKDIR
77 HARI PERTAMA
78 PARA BEBEK
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Asap Kopi, Jalan Berliku dan Pimpinan yang Dingin
2
Tantangan Pertama
3
PANGGILAN DI MALAM HARI
4
TEGURAN ADAT
5
YANG TIDAK SUKA DAN SUKA
6
KISAH RAKA
7
KUNJUNGAN RUMAH DI JALANAN LICIN
8
MEMBUKTIKAN DENGAN TINDAKAN
9
BANGUNAN TUA
10
KISAH ANNA VAN WIJK
11
MULAI MENYUSURI
12
RASA PENASARAN RAKA
13
TUBUHKU DI SINI, JIWAKU DI SANA
14
MISTERI DIBALIK PENEMUAN ITU
15
MATAHARI DARI BARAT
16
MENCARI JEJAK
17
PETUNJUK TIGA BATU
18
DUNIA LAIN
19
TABIB DI TENGAH PEPERANGAN
20
MULAI MENCARI
21
IDENTITAS PRIA TUA ITU
22
TABIB AGUNG
23
PERTEMUAN RAKA DAN KIRANA
24
SANG ELYSIUMA
25
RUANG SIMETRI WAKTU
26
MISI BELUM SELESAI
27
EKSPEDISI PERTAMA
28
SERANGAN MUSUH
29
PEPERANGAN YANG TAK BISA DIHINDARI
30
BERSEMBUNYI DI GUA
31
MENYUSURI JALAN
32
BAYANGAN NAGA DAN MAHKOTA GUNUNG
33
JALAN KELUAR
34
MENGATUR STRATEGI
35
API DI TENGAH LEMBAH
36
SIDANG API DAN BAYANGAN
37
UJIAN YANG TIDAK DIAKUI
38
PERUNDINGAN
39
MENCARI PERUT NAGA
40
KEPUTUSAN SUKU BAR-BAR
41
KEBIMBANGAN LEONTES
42
KERINDUAN KIRANA
43
PERNIKAHAN AGUNG
44
MELANJUTKAN MISI
45
ARMADA BERLAYAR
46
PERTARUNGAN DENGAN PENJAGA PINTU
47
DARATAN YANG SALAH
48
DI PERSINGGAHAN
49
API DARI PEDALAMAN
50
API DAN CAHAYA
51
RAHASIA LELUHUR
52
BAYANGAN MASA LALU
53
MENUJU SWARNADWIPA
54
GUNUNG MARAPI
55
MAHARAJA DIRAJA
56
DI BALIK DENTUMAN MERIAM
57
PERTEMUAN KEMBALI
58
BERJUMPA SANG PRESIDEN
59
KERIS DATUK KATUMANGGUNGAN
60
PENYERGAPAN
61
MENUJU DARMASRAYA
62
MEMBAGI LANGKAH
63
HARIMAU PENJAGA
64
PERTOLONGAN RAKA DAN KIRANA
65
SIBUNIAN
66
PERSINGGAHAN DI NAGARI ABAI
67
SAMPAI DI BIDAR ALAM
68
MENUJU GUA WARNA WARNI
69
RAHASIA GUA WARNA WARNI
70
SIMPUL TAKDIR
71
HARI YANG SAMA NUANSA BERDEDA
72
JEJAK YANG TERSISA
73
PERTEMUAN DI GUA BATU BUNDO
74
TEKAD BARU
75
LANGKAH AWAL
76
KABAR DAN TAKDIR
77
HARI PERTAMA
78
PARA BEBEK

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!