Bab 2 : Demam

Theo melangkah kaki keluar memberikan ruang untuk atasan sekaligus temannya, dia cukup tahu untuk saat ini Vanilla adalah perempuan yang bisa mengendalikan Milan Sebastian.

Di lorong yang lain Java Hanenda berdiri menatap kearah Theo yang sedang menikmati rokok yang baru di nyalakan, pria itu terlihat mengepalkan tangannya.

" Sepertinya sudah waktunya anda kembali ke JeHa group, tempat ini tidak cocok dan kesempatan anda cukup kecil jika tetap disini " Bisik Roma, Roma adalah salah satu orang kepercayaan Java Hanendra yang harus mengawasi Vanilla sejak masuk Sebastian group.

" Lantas bagaimana aku bisa mendekati dia ? " tanya Java cukup frustasi.

Kalian pasti tau se - frustrasi apa Java Hanendra mengejar Vanilla Sabia, perempuan itu sudah dia dekati sedari kuliah sampai dia merelakan tiga tahunnya untuk bekerja di tempat yang sama namun masih belum juga berhasil mengambil hati Vanilla Sabia.

" Bos, bukan jika anda tampil sebagai CEO kesempatan untuk mendekati Vanilla akan lebih banyak ? Kita bisa mulai kerja sama dengan Sebastian group atau Milian group " Roma mencoba memberikan ide untuk atasannya itu, sejujurnya dia cukup kasian melihat Java yang rela bersusah-susah demi mengejar cinta yang entah sebenarnya perempuan itu cinta siapa ?.

" Kamu tetap tinggal disini untuk menjaganya, aku tidak mau ada hal yang menyusahkan dia " titah Java, dan Roma sudah pasti tahu dia tidak akan pernah dibawa kembali ke JeHa group.

" Baik " Roma sedikit menunduk memberikan hormat, dan Java berjalan menjauh pergi.

* * *

Jam sudah menunjukkan pukul 19:00 saat Theo memberanikan diri masuk kembali ke ruang dimana Milan beristirahat, namun langkahnya terhenti saat melihat Vanilla memberikan kode agar dirinya keluar.

Vanilla ikut melangkah meninggalkan Milan yang sudah cukup terlelap, bahkan pahanya yang tadinya kesemutan sudah sampai sembuh.

" Capek dek ? " tanya Theo saat melihat Vanilla menghempaskan tubuhnya diatas sofa di ruang kerja milik Milan.

" Menurut abang ? " Vanilla memang seperti adik untuk Theo, jadi saat sedang berdua mereka akan seperti adik kakak kandung padahal keduanya tidak ada hubungan darah sama sekali.

" Hahaha " Tawa Theo membuat Vanilla cemberut "Sorry, karena hanya lo yang bisa buat dia nurut " Theo memang cukup kagum dengan Vanilla, bagaimana tidak kagum. Perempuan itu berhasil membuat Milan nyaman dan selalu menurut.

" Aku pulang " Vanilla beranjak dari duduknya, namun langkahnya terhenti saat melihat ke ruang dimana Milan tidur, pria itu tampak kembali gelisah dengan mata yang masih terpejam.

" Abang " panggil Vanilla pada Theo, pria itu langsung beranjak mendekat pada Vanilla.

" Dia selalu seperti itu, dia selalu konsumsi obat penenang biar bisa tidur " Theo melangkah masuk dan hendak membangunkan Milan, namun belum sampai menyentuh badan pria bertubuh atletis itu sudah terbangun.

" Are you oke ? " Theo mencoba memastikan kondisi Milan sudah jauh lebih baik.

Tidak memberikan jawaban pada Theo, melainkan menatap kearah Vanilla yang masih berdiri di ambang pintu.

" Vanilla " panggilnya pelan, membuat si pemilik nama melangkah mendekat.

" Boleh saya memeluk tubuh mu ? " ini semacam pertanyaan, perintah atau permintaan izin yang membuat Vanilla seketika menoleh kearah Theo seolah meminta penjelasan.

" Vanilla " Panggilnya kembali, dengan langkah yang masih ragu. Akhirnya Vanilla semakin mendekat dan memeluk tubuh Milan yang setengah telanjang itu.

Milan tampak menenggelamkan wajahnya di leher milik Vanilla, sedangkan perempuan itu mencoba menahan nafas karena detak jantung seakan membuat jantung miliknya akan meloncat keluar.

Vanilla merasakan lehernya basah, tubuh pria yang dia peluk bergetar membuat telapak tangan bergeser naik turun berusaha menenangkan.

" Its oke, nangis sepuas mu " bisik Vanilla, seolah dia lupa jika yang berada di pelukannya adalah bos nya bukan teman.

Saat Milan sudah lebih tenang, pelukan yang tadinya cukup erat itu terlepas berlahan.

" Thanks " ucap Milan dengan bola mata yang fokus menata kedua bola mata berwarna hazel milik Vanilla.

" You're welcome " Vanilla beranjak berdiri dan merapikan bajunya, namun saat akan melangkah pergi lengan kananya di tarik Milan sehingga menghentikan langkah Vanilla.

" Biar aku dan Theo yang mengantar kamu pulang, jangan menolak "

Vanilla tersenyum " Terimakasih pak, tapi apartemen saya hanya terletak di depan gedung perusahaan bapak "

" Biarkan aku mengantar mu " Milan kembali mengulangnya dan bergegas memakai kemeja yang tadi tergeletak di kasur.

" Kita jalan ya pak "

" Boleh, kamu juga ikut jalan Theo. Biar pak Rudi yang jemput kita nanti "

" Siap bos " sejujurnya Theo ingin tertawa melihat sikap atas nya itu, namun dia berusaha menahannya karena bisa berpengaruh dengan pendapatannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!