Hallo I'M Vanilla Sabia
Vanilla Sabia, sedang duduk di sebuah cafe bersama teman kerja. Pesanan miliknya belum sampai di hidangkan, namun ponselnya sudah berdering.
" Lo, mau kemana ? " Roma sejak perempuan itu menerima telpon dia selalu memperhatikan, pantas saja saat perempuan itu beranjak dari kursi dia tahu.
" Balik kantor, di cariin pak bos " jawab santai Vanilla, perempuan itu sudah lupa kapan terakhir kali dia mengurus dirinya dengan santai tanpa panggilan mendadak dari atasannya itu.
" Come on, makanan lo belum dateng Va " timpal Sasta yang duduk di meja yang sama dengan Vanilla.
" Nggak apa, bukan sudah biasa seperti ini " jawab Vanilla dengan santai nya.
" Gua aja yang nemuin tuh bos " Java berinisiatif menggantikan tugas Vanilla, karena dia tahu sedari tadi pagi perempuan itu datang sudah langsung di brondong dengan pekerjaan dari sang atasan.
" No .... No ... No, I'm oke. Bungkus aja makanan ku taruh di atas meja ya, maaf merepotkan " Vanilla masih saja bisa tersenyum dan ceria, saat bos nya itu selalu menganggu jam makan siang atau istirahat nya.
Kaki nya melangkah dengan cepat masuk ke dalam gedung milik Sebastian group, dia bahkan tidak memperhatikan siapa saja yang sedang berdiri di lobi dan menatap kearahnya yang ada di otaknya harus segera sampai di ruang atasannya itu.
" Vanilla, help me " kata yang dia dengar saat menerima panggilan dari atasannya tadi, sejauh ini pria yang terkenal dingin, angkuh, dan selalu bersikap cuek tidak akan memanggil bawahannya jika tidak ada urusan pekerjaan.
Vanilla mendorong pintu besar menuju ruang milik atasanya, matanya menatap seisi ruangan namun tidak mendapati atasannya disana.
" Tuan Milan " panggil Vanilla, saat melangkah masuk ke dalam ruangan.
Bruck
Pintu ruang itu tertutup dengan kasar, membuat Vanilla membalikkan tubuhnya. Dia melihat sosok Milan Sebastian dengan tatapan yang tidak biasa membuat dirinya bergidik ngeri.
" Help me " Milan Sebastian langsung memeluk tubuh Vanilla tanpa adanya aba-aba, bahkan pelukan itu di sertai dengan gerakkan lembut yang membuat Vanilla menggeliat.
Vanilla masih berusaha mengontrol tubuhnya agar tidak terbawa suasana, dan segera melangkah perlahan menuju kamar mandi.
Saat Milan akan mencium bibir Vanilla, perempuan itu lebih dulu menekan tuas shower sehingga membuat tubuh Milan mulai basah berlahan.
" I'm sorry " bisik Vanilla dan meninggalkan sang atasan di salam bath room.
" Va, are you oke ? " pertanyaan yang keluar dari mulut Theo, sahabat sekaligus orang kepercayaannya Milan.
" Yess, I'm oke "
" Mikha baru saja dari sini " Theo berusaha menjelaskan kenapa Milan bisa sampai seperti itu.
" Oh, oke "
Theo selalu tahu kenapa Vanilla selalu bersikap datar dengan segala hal yang dia temui, pria itu sudah mendapatkan informasi lengkap soal Vanilla Sabia.
Seorang perempuan yang hidup sendirian, setelah Paman dan Bibi nya meninggal. Dia selalu mengusahakan apapun sendiri, tanpa bergantung pada orang lain. Apa yang dia miliki saat ini adalah hasil dari setiap usahanya, perjalanan hidupnya memang tidak se indah dongeng namun dia selalu bahagia.
Vanilla kembali ke meja kerjanya, bersamaan dengan Roma dan Sasta tiba setelah makan siang.
" Si bos kenapa ? " bisik Sasta
" Bos Mikha datang " jawab Vanilla singkat, mereka berdua sudah tahu apa yang terjadi jika Kakak dari Milan itu datang.
" Ausya juga datang ? " tanya Roma, perempuan yang selama ini selalu mengejar Milan itu selalu muncul jika Mikha membuat ulah di perusahaan.
Vanilla hanya mengangkat kedua bahu, sebagai jawaban atas pertanyaan Roma. Perempuan itu lebih memilih fokus untuk menikmati makan siang yang sempat tertunda karena bos nya.
Baru juga dia memulai makan, Theo sudah muncul di ruangan itu dengan muka yang cukup panik.
" Bos Milan demam " bisik Theo yang membuat Vanilla menutup kembali makan siangnya dan bergegas mengikuti langkah Theo.
" Ya Tuhan, kenapa hidup Vanilla harus serumit ini. Mau makan aja sampai nggak ada waktu " keluh sasta, dengan tatapan mata kearah punggung milik Vanilla yang semakin menghilang.
" Vanilla belum jadi makan ? " tanya Java yang baru saja tiba, saat melihat bungkusan makan siang milik Vanilla masih tertutup.
" Baru juga makan beberapa suap, udah di panggil aja sama si bos " Ucap Sasta dengan nada tidak suka, bukan karena iri tapi lebih ke kasihan melihat Vanilla.
" Saranku mending si Bos itu nikah aja sama Vanilla, jadiin dia bini nya. Dia asisten tapi udah seperti istri " Roma juga ikut mengomel.
Tidak dengan Java, pria itu tidak begitu nyaman dengan apa yang baru saja dia dengar. Pria pewaris tunggal JeHa group itu rela masuk ke Sebastian group hanya demi mendekati Vanilla Sabia, perempuan yang sejak jaman kuliah dia kejar namun kenyataannya dia harus melihat jika Vanilla sangat royal pada atasannya.
" Lo mau kemana ? " tanya Roma saat melihat Java melangkah pergi.
" Mau ketemu sama HRD " Jawab Java yang di tangannya sudah membawa map.
Pria itu sudah sejak lama ingin mengundurkan diri dan kembali ke JeHa group, namun masih dia tahan karena ingin bersama Vanilla. Namun kali ini dia memutuskan untuk mundur dan kembali ke JeHa agar bisa menarik Vanilla pergi dari Sebastian group.
* * *
Vanilla melihat tubuh Milan terlentang diatas tempat tidur dengan tubuh bagian atas tidak sama sekali tertutup oleh sehelai kainpun, bagi dirinya pemandangan seperti ini sudah sangat biasa dia liat sejak dia di pilih menjadi asisten utama sang CEO.
" Bukan seharus pak Theo menghubungi dokter pribadi, tuan Milan ? " tanya Vanilla yang terlihat bingung harus bagaimana setelah menempelkan punggung tangan miliknya ke dahi Milan.
Tubuh pria itu memang begitu indah di pandang, namun Vanilla tetap selalu berusaha profesional dengan pekerjaannya.
" Coba kamu bujuk " titah Theo pada Vanilla, pria yang terbaring itu memang selalu lebih nurut jika dengan Vanilla Sabia.
" Pak, saya telpon Dokter Kayndhi " ucap Vanilla pelan.
Pria yang tadinya memejamkan mata, membuka mata sayu nya dan menatap kearah Vanilla.
" Aku nggak selemah itu, duduk lah sini " titahnya, membuat Vanilla melihat kearah Theo yang berdiri tidak jauh dari tempat tidur milik Milan.
Pria itu mengangguk, lalu pergi meninggalkannya Vanilla dan Milan berdua saja.
Vanilla duduk di samping Milan, dan pria itu meletakkan kepalanya di pangkuan Vanilla. Matanya memang terpejam, namun dia terlihat tidak begitu tenang saat tertidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Alex
kayaknya seru Thor, lanjut gas up thorr
2025-07-12
1