"Daniel!" seru Nara membuat pemuda bernama Daniel menghentikan aktivitasnya.
"Rasanya aku pernah melihatnya, tapi dimana?" batin Velia bertanya-tanya. Pandangannya tak lepas dari wajah pemuda itu. Dahi gadis itu berkerut, alisnya bertaut ke tengah mencoba mengingat sosok pemuda itu dalam ingatannya.
"Lambat seperti biasa. Lain kali percepat langkahmu, Nona. Aku harus kembali ke kantor sesegera mungkin," ucap Daniel sambil memberikan tas berisi makan siang Nara.
Nara menerima tas itu dengan sumringah, "Terimakasih. Sampai jumpa, Daniel," ucapnya, lalu melambaikan tangan. Nara menarik tangan Velia yang tengah termenung, membuatnya hampir terjatuh.
"Eh! tung—" seru Velia menutup matanya erat-erat. Dengan cepat Daniel melingkarkan tangannya di pinggang Velia, menangkap gadis itu agar tidak terjatuh.
Velia membuka matanya perlahan, mendapati tangan kekar itu melingkar di pinggulnya. Detak jantungnya mulai tak beraturan disusul dengan wajahnya yang merah padam.
"Berhati-hatilah lain kali," ucap Daniel, kemudian membantu Velia berdiri dan melepaskan tangannya.
"Apa kau terluka? Maafkan aku," ujar Nara, matanya memeriksa tubuh Velia.
"Tidak masalah. Terimakasih sudah menolongku," jawab Velia seraya memperbaiki pakaiannya. Gadis itu lalu berbalik ke arah Daniel dan sedikit menundukkan tubuhnya.
Kedua gadis itu lalu pergi ke pantry untuk makan siang bersama. Namun seorang gadis datang mencegat mereka, "Apa tubuhmu akan meriang kalau sehari saja tidak menggoda laki-laki?" tanya Anna dengan tangan yang terlipat di dada.
"Tidak usah dipedulikan, ayo kita pergi," pinta Velia lalu menarik Nara menjauh dari Anna.
Anna mengatupkan bibirnya rapat, menahan rasa geram di dadanya. "Aku bicara padamu, Velia. Atau bisa ku panggil Jalang? Oh aku lupa, ternyata darah tidak bisa berbohong. Ibumu seorang gundik kan?" ucap Anna berusaha memprovokasi Velia.
Velia mengangkat kepalanya, seolah baru saja mengingat sesuatu. Gadis itu menghela napasnya, "Seorang gundik, mengatakan orang lain dengan sebutan gundik. Bukankah itu lucu?" desis Velia menatap sinis ke arah Anna.
Anna tersentak selangkah kebelakang, "Apa? Barusan dia membalasku? Lalu bagaimana dia bisa tahu?" batinnya tidak menyangka bahwa gadis yang selalu kabur saat direndahkan kini membalas.
"Ayo pergi Nara, jangan buang-buang tenaga untuk meladeni orang seperti itu," sindir Velia kemudian berlalu meninggalkan Anna.
Anna mengepalkan tangannya dengan erat hingga bergetar. Tatapannya tajam bagai pisau yang siap menusuk Velia kapan saja, "Aku tidak akan tinggal diam, Sialan!" gumam gadis itu, alisnya bertaut tajam ke tengah.
...****************...
"Veli, apa yang membuatmu berubah dalam semalam? Balasanmu tadi sangat epic!" celetuk Nara dengan mata yang berbinar.
Velia mengibaskan rambutnya dengan penuh bangga, "Hah! Anggap saja Velia yang bodoh dan pasrah itu telah mati,"
Nara mengangguk, "Hm, hm. Kau benar-benar luar biasa. Tapi, apa maksudmu dengan gundik?" tanya Nara sesekali menoleh ke arah gadis di sampingnya.
"Sudah kuduga Nara akan menanyakannya," pikir Velia, pandangannya fokus ke depan.
Velia menghentikan langkahnya sambil memastikan suasana sekitar aman. "Dulu saat aku pulang terlambat karena lembur, aku tidak sengaja mendengar percakapannya dengan seorang pria di basement. Aku tidak tahu siapa pria yang berbicara dengannya, tapi yang ku tahu dia bekerja disini," bisik Velia.
Velia mendekatkan bibirnya ke telinga Nara, "Pria itu ingin mengakhiri hubungannya dengan Anna karena istrinya mulai curiga dengan pria itu. Tapi Anna menolaknya dengan keras," bisik gadis itu, lalu kembali berjalan.
Nara tersentak, tak menyangka bahwa ada hubungan terlarang di kantor mereka. Saat hampir sampai ke pantry, tubuh Velia tiba-tiba saja mematung. Matanya terbelalak, "Ti-tidak mungkin ...,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments