Cahaya matahari pagi menyelinap melalui jendela kaca besar ruang makan keluarga Alexander, melukis pola emas di atas taplak meja linen putih yang masih sempurna lipatannya. Suara gemerisik daun-daun di taman berbisik lembut ditiup angin, menciptakan simfoni alam yang damai.
Namun, kedamaian pagi itu segera buyar oleh langkah kaki dan suara-suara yang memenuhi ruangan.
Papi Felipe sudah duduk di kepala meja, koran bisnis terlipat rapi di samping piringnya. Wajahnya yang biasanya tegas mulai menunjukkan kerutan kekhawatiran. "Calista kenapa belum turun? Ini sudah hampir pukul tujuh. Dia pasti kesiangan lagi," gumannya, suaranya menggelegar dalam keheningan ruangan yang elegan.
"Vin, tolong panggil adikmu. Suruh dia cepat turun sebelum benar-benar kesiangan," perintah Felipe kepada Calvin
Calvin, yang asyik memainkan ponselnya sambil menyandarkan badan ke kursi, mendengus kesal. "Nyusahin banget sih, Pi. Udah gede harusnya bisa atur waktu. Masa harus ditungguin terus?" Gerutunya terdengar jelas sebelum dia hendak berdiri dengan malas, bersiap untuk menjalankan perintah ayahnya.
Namun, sebelum Calvin sempat melangkah, Bella sudah melesat bangkit dari kursinya dengan gerakan lincah penuh kepura-puraan. "Biar aku saja, Pi, yang memanggil Kakak," ujarnya dengan suara manis bak madu, tapi matanya berkilat licik.
"Semalam sudah aku ingatkan untuk cepat tidur, tapi dia tidak mau dengar. Malah asyik bergadang chattingan sampai larut malam." Senyum tipis mengembang di bibirnya, sebuah panah beracun yang lancang meluncur untuk memperdalam kesan buruk tentang Calista.
Tepat di saat ketegangan kecil itu memanas, aroma harum dan menggugah selera menerobos masuk bersama kehadiran Bibi Yun dan para pelayan lain.
Mereka membawa nampan-nampan berisi sarapan yang menguap lezat. Bibi Yun, dengan wajahnya yang bijaksana dan rambut yang sudah beruban, meletakkan semangkok besar nasi goreng spesial di depan Papi Felipe. Matanya yang tajam menangkap situasi yang terjadi.
"Selamat pagi, Tuan, Nyonya, Tuan Muda, Nona Muda," ucapnya dengan hormat, suaranya lembut namun tegas.
" Permisi Tuan, Nona Calista sudah berangkat sekolah sejak tadi, dia berangkat dari setengah jam yang lalu. Non Calis berpesan agar saya menyampaikan, jika Tuan dan Nyonya mencari, Nona bilang hari ini jadwal piketnya. Nona harus mengejar bus sekolah agar tidak terlambat." ucap bibi Yun panjang lebar menjelaskan ketidak hadiran Calista di meja makan.
Kata-kata' mengejar bus sekolah' sengaja dia tambahkan. Biarlah mereka tahu, anak kandung mereka rela bersusah payah naik bus umum, sementara si anak pungut yang duduk manis di sini selalu minta diantar-jemput sopir pribadi.
"Oh?" Papi Felipe terkesiap, alisnya yang tebal naik. "Kenapa tidak sarapan dulu?"
"Kata Nona, waktunya tidak mencukupi, Tuan. Dia takut busnya terlewat," jawab Bibi Yun sambil menata piring berisi sayuran dan grill salmon. Dalam hatinya, dia berharap setidaknya ada sedikit rasa iba atau penasaran yang terpantik di hati majikannya.
Dengan anggukan, Papi Felipe mengizinkan Bibi Yun kembali ke dapur. Perhatiannya kemudian tersita oleh hidangan di depannya. Dia menyendok nasi goreng itu, butiran nasinya yang kecoklatan sempurna, dipadukan dengan potongan daging ayam, udang, dan sayuran yang segar. Saat suapan pertama masuk ke mulutnya, matanya membelalak.
"Mi, hari ini sarapannya luar biasa enak!" pujinya pada Mami Cassandra yang duduk di seberangnya. "Bumbunya pas, nasinya pulen, rasanya... kompleks. Seperti ada sentuhan khusus."
Calvin, yang mendengar pujian ayahnya, segera menyambar sendok dan menyuap sendiri. "Wih, beneran, Mi! Enak banget! Bibi Yun hari ini ngeluarin jurus andalan nih!" ocehnya sambil dengan menyendok nasi goreng dengn lahap, ia pun mengambil nasi tambahan ke piringnya yang sudah hampir habis.
Bella, yang tadi dengan elegan hanya memainkan buah di piringnya, akhirnya penasaran. Dia mencicipi sedikit. Ekspresinya berubah. Rasanya memang benar-benar istimewa. "Iya, Mi, ini enak sekali. Aku tadinya mau diet karbo, tapi masakan Bibi Yun ini membuat dietku gagal total!" keluhnya dengan tawa ceria, meski dalam hatinya ada sedikit rasa iri.
Papi Felipe tersenyum pada Bella. "Sayang, buat apa diet? Badanmu sudah proporsional sayang, Kalau terlalu kurus, nanti orang bilang Papi dan Mami pelit tidak memberimu makan."
"Dek, denger tuh kata Papi," Calvin menimpali dengan santai, menyenderkan badan ke kursi. "Gak usah diet-diet segala, Nanti malah kurus kering kayak tengkorak berjalan. Hiii... serem!" Dia menggelinjang sendiri dengan leluconnya yang dianggap lucu.
Tak terasa, semua hidangan di meja habis tanpa sisa, sebuah bukti bisu dari kelezatannya. Papi Felipe, yang masih ingin menambah, mendapati mangkuk nasi goreng yang berada di meja sudah kosong.
"Mi," panggilnya pada istrinya. "Tolong tanya ke Bibi Yun, masih adakah nasi gorengnya di dapur? Papi mau dibikinkan bekal. Enak sekali nasi gorengnya, jadi nanti Papi mau memakannya lagi di kantor. Sekarang tidak keburu, takut kena macet." Dia melirik jam Rolex-nya yang mewah.
"Tentu, Pi. Sebentar, Mami ke dapur dulu," jawab Mami Cassandra dengan senyum lembut sebelum beranjak meninggalkan ruangan.
Di dapur, Bibi Yun sedang membereskan peralatan masak. Hatinya campur aduk. Dia mendengar pujian itu, dan rasanya getir. Mereka memuji masakannya, tapi mereka tidak tahu bahwa yang membuat sarapan yang mereka puji habis-habisan tadi adalah Calista.
Gadis malang itu yang bangun sebelum fajar, menyiapkan segala sesuatu dengan tangan dinginnya, sebelum kemudian pergi dengan perasaan hampa, mengejar bus sekolah sendirian.
Sementara itu, di kelasnya yang sunyi, Calista baru saja menghabiskan sarapan sederhana yang dia bawa. Dia menyaksikan sinar matahari pagi mulai membanjiri koridor sekolah.
Dia menarik napas dalam. Hari ini, dia harus menghadapi Medusa dan gengnya lagi. Tapi setidaknya, ada kepuasan kecil dan rahasia yang dia simpan: rasa dari masakannya yang memenuhi perut keluarganya, sebuah bentuk cinta diam-diam yang mereka nikmati tanpa pernah menyadari siapa dalang di baliknya.
Sebuah senyum kecil yang sedih dan penuh arti mengambang di bibirnya. Hari ini akan berat, tapi dia sudah siap. Setidaknya, tenaganya sudah terisi oleh sebuah rahasia yang hangat.
Dan rahasia itu, suatu saat nanti, pasti akan terungkap.
.
.
.
.
𝗧𝗲𝗿𝗶𝗺𝗮 𝗸𝗮𝘀𝗶𝗵 𝘀𝘂𝗱𝗮𝗵 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗰𝗮 𝗸𝗮𝗿𝘆𝗮 𝗺𝗮𝗺𝗶,
𝗝𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗹𝘂𝗽𝗮 𝗸𝗮𝘀𝗶𝗵 𝗷𝗲𝗺𝗽𝗼𝗹 𝗱𝗮𝗻 𝘁𝗮𝗻𝗱𝗮 𝗰𝗶𝗻𝘁𝗮 𝘆𝗮 𝘀𝗮𝘆𝗮𝗻𝗴...
𝗕𝗶𝗮𝗿 𝗺𝗮𝗺𝗶 𝘁𝗮𝗺𝗯𝗮𝗵 𝘀𝗲𝗺𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁 𝘂𝗽𝗻𝘆𝗮.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
@dadan_kusuma89
Gregetan ! Pengin ngasih tau Tuan Felipe kalau yang masak anaknya
2025-07-27
1
🌹Widianingsih,💐♥️
Bella ini sepertinya cari perhatian .. Calista harus hati-hati ya
2025-07-25
1
Dewi Payang
Bolwh aku jahit mulutnya Bela, Kak....
2025-08-07
1