Sementara itu, di tempat lain, Larasati tersenyum penuh arti. Rencananya berjalan sesuai harapan.
Tak butuh waktu lama lagi, Ardha pasti akan bertemu dengan Nara.
Bunda Larasati Kusuma
"Dek!"
Panggil Larasati dari dalam kamar. Tak lama, Dira muncul, masih mengenakan seragam sekolah.
Bunda Larasati Kusuma
"Tolong, ini balikin HP kakak kamu,"
Katanya, menyodorkan ponsel Ardha.
Dira mendelik curiga tapi tetap mengambilnya.
Dira Anindita
"Bunda ngapain, sih?"
Tanyanya, lalu keluar kamar dengan wajah horor melihat senyum lebar Larasati.
Bukan tanpa alasan Dira waspada. Ibunya pernah ketahuan mengunduh aplikasi dating, dan dia langsung menuduh Larasati ingin mencari "Papah baru" untuk mereka.
Tentu saja Larasati menyangkal. Cintanya sudah habis untuk Rama.
Tidak akan ada laki-laki lain.
Tapi untuk urusan anaknya? Nah, itu cerita lain.
Biip!
Layar ponsel Ardha menyala, menampilkan foto keluarganya yang masih utuh-dengan almarhum Papah tersenyum lebar di tengah.
Sebuah pesan masuk dari Darren.
Darren Alfarizi
📱:Goblok yah cewek lo!
Satu foto menyusul.
Dengan ekspresi datar, Ardha mengetuk layar. Begitu gambarnya terbuka, dadanya terasa panas.
Thalia.
Bersama pria lain.
Kamar berantakan, pakaian berserakan di lantai. Sisa-sisa keintiman yang jelas bukan untuknya.
Tangannya mengepal, tapi matanya tetap terpaku pada layar.
Sudah tertebak. Sudah bisa diduga.
Tetap saja sakit.
Darahnya naik ke ubun-ubun, tapi bukan kemarahan yang meledak-ledak. Lebih ke... rasa muak. Lagi? Untuk yang ketiga kalinya?
Di belakangnya, Larasati menghela napas.
Bunda Larasati Kusuma
"Dari awal Bunda bilang dia bukan cewek baik-baik,"
Gumamnya, sekilas melihat layar.
Ardha tetap diam.
Bunda Larasati Kusuma
"Untung Bunda gercep."
Keningnya berkerut, menatap Larasati yang mendadak melenggang pergi begitu saja.
Bunda Larasati Kusuma
"Kemana kamu, Dha?"
Ardha tidak menjawab. Tidak ada gunanya.
Tangannya meraih kunci motor di atas meja
Arak keliling kota terdengar seperti bukan ide yang buruk.
Comments