Bab 2_Sean Mahendra

Pagi berikutnya, Namira sedang bersiap-siap untuk rapat daring pertamanya hari itu. Bunyi hairdriyer berdenging cukup nyaring. Ia melihat wajahnya di cermin. Mengagumkan….

Ia tersenyum tipis, seolah bangga dengan penampilannya yang begitu mempesona. Wanita karier, mandiri, cerdas dan mendapatkan pujian yang berlimpah. Hidupnya sempurna… sangat sempurna menurutnya. Namira mulai memoles wajah dengan riasan sederhana namun menampilkan aura kecantikan yang luar biasa. Tak dapat dipungkiri, bahwa memiliki kecantikan merupakan jaminan hidup di masa depan. Semacam privilege tanpa aturan tertulis.

Kini, Namira mulai memilah pakaian yang akan menunjang penampilannya. Mengenakan pakaian yang pantas tentu akan menunjang penampilan supaya semakin gemilang. Lagi-lagi senyumnya kembali mengembang, saat ia selesai berdandan. Menatap dirinya di depan cermin. Satu kata--- sempurna….

Ritual pagi seperti biasanya. Menyecap kopi Americano panas less sugar favoritnya. Jemari tangan lentiknya sibuk mengutak-atik Ipad berlogo separuh apel miliknya. Mengecek beberapa dokumen dan data yang akan ia presentasikan nanti. Sampai sebuah pesan masuk ke ponselnya.

Nina…

Sahabat dekatnya mengirimkan sebuah video dengan pesan kurir ekspres idaman disertai emoji love. Namira mengernyitkan kening, lantas memutar video yang dikirimkan sahabatnya itu. Sebuah berita sedang menggemparkan jagad dunia maya.

Sosok kurir pemberani, penyelamat nyawa seorang lansia yang hampir terbakar di dalam rumah.

Berita yang sedang viral saat itu tersebar di dunia maya. Namira menyipitkan mata, tatkala menyaksikan cuplikan video yang diambil dari beberapa kamera amatir. Tiga hari yang lalu, terjadi kebakaran di sebuah perumahan yang ditinggali salah seorang lansia. Tidak ada warga yang berani menyelamatkan, tim damkar juga masih terjebak kemacetan Kota Metropolitan.

Namun tak disangka seorang pemuda yang bekerja sebagai kurir, berani menerobos api dan menyelamatkan Sang lansia. Ia di elu-elukan dan beritanya viral dimana-mana. Mata Namira menyipit, saat menatap sosok kurir yang ada dalam video. Sosok yang sepertinya tidak asing dalam pikirannya. Sampai terdengar bel intercom berbunyi.

Ia menoleh ke arah jam dinding, 08.03…

Bukan jadwal antar sarapan, bukan juga jadwal belanja mingguan. Diiringi langkah cepat dan sedikit curiga, ia berjalan menuju arah pintu keluar. Memegang handle pintu lantas membukanya dengan cepat.

Di baliknya lagi-lagi berdiri Sean Mahendra. Mengenakan topi hitam dan jaket logistik yang masih sama, ekspresinya tetap tenang. Kali ini ia membawa paket yang cukup besar di tangannya.

“Selamat pagi, Bu Namira. Maaf mengganggu lagi,” katanya sambil sedikit menunduk.

Namira mengangkat alis.

“Jangan bilang Anda salah kirim lagi,” nada suaranya penuh sarkasme.

Sean menunjukkan alat pemindainya.

“Justru kali ini, paketnya benar. Atas nama Bu Namira Maxzella. Dari Jakarta Selatan, pengirim: PT Artamex.”

Namira menyipitkan mata. Menatap pemuda dihadapannya.

“Luar biasa. Setelah salah kirim kemarin, sekarang Anda muncul lagi dengan gaya ‘saya-santai-tapi-profesional’. Apa ini bagian dari permintaan maaf berantai?”

Sean hanya tersenyum, tak terpancing. Tetap tenang dengan sikap santun.

“Saya hanya mengantarkan sesuai sistem, Bu. Kalau boleh tahu, Ibu ingin saya letakkan di mana paketnya?”

Namira menyandarkan diri di pintu, menyilangkan tangan.

“Letakkan di meja kantor CEO saya. Tapi saya lupa, Anda mungkin berpikir kantor CEO itu bisa dicapai dengan naik motor.”

Sean tetap tenang, meski matanya sedikit menyipit.

“Saya tahu tempat saya, Bu. Justru karena itu, saya pastikan paket sampai ke tangan yang benar. Mau orang biasa, mau CEO, prosedurnya sama.”

“Ah, egaliter sekali,” ejek Namira.

“Sayang hidup nyata tidak seromantis brosur motivasi.”

Sean tidak menjawab seketika. Ia hanya meletakkan paket dengan hati-hati di lantai dekat pintu.

“Saya mengerti, Bu. Dunia tidak adil. Tapi kalau saya membenci semua orang kaya hanya karena saya belum kaya, saya tidak akan fokus bekerja.”

Namira mengangkat alis, sedikit terkejut mendengar jawaban yang tak terduga.

“Tunggu. Apa itu maksud tersirat bahwa saya arogan karena kaya?”

Sean menatapnya tenang. Masih dengan sikap santun.

“Tidak, Bu. Saya hanya menjawab pernyataan Ibu dengan kenyataan saya. Saya tidak menilai Ibu. Tapi saya paham kenapa Ibu menilai saya.”

“Luar biasa. Anda ternyata bukan hanya kurir, tapi juga filsuf jalanan.”

Sean tertawa kecil.

“Saya hanya orang biasa yang kadang berpikir sebelum bicara. Maaf kalau itu terdengar aneh.”

Namira menatapnya lama. Separuh dari dirinya ingin menutup pintu dan mengakhiri percakapan. Separuh lainnya... penasaran.

“Baiklah, Sean Mahendra. Sekarang Anda sudah antar paket saya dengan benar. Anda merasa sudah menebus kesalahan kemarin?”

“Bukan soal tebus-menebus, Bu. Bekerja itu bukan urusan membayar utang moral. Saya hanya menyelesaikan apa yang jadi tugas saya.”

Lagi dan lagi, Sean menjawab dengan tenang. Bak manusia yang seolah tak memiliki emosi.

Namira menyeringai tipis, “dan Anda pikir itu cukup?”

Sean tersenyum.

“Tidak akan pernah cukup untuk sebagian orang. Tapi bagi saya, cukup itu saat saya tahu saya sudah melakukan bagian saya dengan benar.”

Hening sejenak. Namira menarik napas, mencoba membentuk kalimat berikutnya yang lebih tajam. Tapi anehnya, tak ada yang keluar. Seperti sedang berdebat dengan tembok beraksen sopan.

“Apa Anda selalu tenang begini?” tanya Namira akhirnya, setengah kesal.

“Tidak, Bu,” jawab Sean.

“Tapi saya belajar bahwa emosi yang tak dikendalikan, cuma akan membuat hidup makin berat. Saya angkat paket, bukan amarah.”

Namira mendengus pelan. Tangannya masih terlipat di dada. Gayanya sama, bak putri Raja yang arogan.

“Kalau semua orang sebijak Anda, dunia akan terlalu membosankan.”

Sean menunduk sedikit, kali ini benar-benar menahan tawa.

“Kalau semua orang sejujur Ibu, mungkin dunia akan lebih jujur… meski sedikit lebih tajam.”

Untuk pertama kalinya sejak kemarin, sudut bibir Namira terangkat, meskipun hanya sepersekian detik.

Ia menunjuk paket di lantai.

“Angkat lagi. Bawa ke meja dapur. Anggap ini bagian dari rehabilitasi citra.”

Sean mengangguk patuh, mengambil paket itu dan membawanya masuk sejauh ambang pintu.

“Saya akan pastikan tidak salah alamat lagi, Bu Namira.”

“Bagus . Karena saya tidak akan bersikap semanis ini dua kali.”

Sean tersenyum sambil mundur.

“Percayalah, Bu. Tadi pun tidak manis, hanya sedikit... mengandung gula.”

Namira nyaris tertawa, tapi ia menahan diri.

“Pergilah sebelum saya ubah pikiran dan kirim komplain ke kantor pusat.”

Sean memberi hormat ringan.

“Baik, Bu. Sampai jumpa... mungkin.”

Pintu tertutup.

Untuk kedua kalinya, keheningan itu diisi gema ucapan Sean yang lagi-lagi menempel di kepala:

Saya angkat paket, bukan amarah.

Kedua kalinya juga, itu membuat Namira... kesal.

Kesal karena pria itu tak merasa perlu membela diri keras-keras, dan tetap menang. Kesal karena ia mulai merasa, ia sedang kalah dalam duel yang tak ia rencanakan. Kesal karena untuk pertama kalinya, ia merasa... penasaran.

Terpopuler

Comments

Risfani Nur

Risfani Nur

nyata inimah, kejadiannya persis kayak aku🤭

2025-07-08

0

Riddle Girl

Riddle Girl

mawar mendarat, Thor. ceritanya bagus/Smile/

2025-06-28

0

Riddle Girl

Riddle Girl

bener banget, mah ini. sampai ada kata "Lo cantik, Lo aman.", waduhh kasian orang-orang burik macam saya/Facepalm/

2025-06-28

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1_Paket Salah Kirim
2 Bab 2_Sean Mahendra
3 Bab 3_Rencana Pernikahan
4 Bab 4_Tawaran Absurd
5 Bab 5_Nikah Paksa
6 Bab 6_Apartemen Dua Dunia
7 Bab 7_Sarapan Pertama Pertengkaran Pertama
8 Bab 8_Di Balik Jaket Kurir
9 Bab 9_Perasaan yang Menggelitik
10 Bab 10_Merekah dalam Sunyi
11 Bab 11_Pertemuan dengan Ibu Sean
12 Bab 12_Jejak yang Belum Usai
13 Bab 13_Bibit Cemburu
14 Bab 14_Luka yang Tak Tampak
15 Bab 15_Hari Tanpa Rencana
16 Bab 16_Masa Lalu yang Terus Mengganggu
17 Bab 17_Konfrontasi Rasa
18 Bab 18_Dalam Hujan yang Tak Kunjung Usai
19 Bab 19_Mencari Jalan
20 Bab 20_Rasa yang Tak Terbendung
21 Bab 21_Diam yang Berbicara
22 Bab 22_Undangan yang Menjebak
23 Bab 23_Luka yang Tak Terhindarkan
24 Bab 24_Dua Sisi Kebenaran
25 Bab 25_Aku yang Akan Melindungimu
26 Bab 26_Kebenaran yang Tersembunyi
27 Bab 27_Janji yang Tidak Akan Terlepas
28 Bab 28_Saat Kebenaran Tak Dapat Lagi Dibungkam
29 Bab 29_Kebenaran yang Terancam
30 Bab 30_Kebenaran yang Tak Bisa Dibungkam
31 Bab 31_Luka yang Mempertemukan
32 Bab 32_Kebenaran Tidak Pernah Mati
33 Bab 33_Cinta yang Menuntun Kebenaran
34 Bab 34_Jerat yang Memikat
35 Bab 35_Luka yang Disembuhkan
36 Bab 36_Bayangan Di Balik Tirai
37 Bab 37_Kebenaran yang Layak Dipertahankan
38 38_Ketika Bayang-Bayang Mulai Tumbang
39 Bab 39_Harapan yang Menyala
40 Bab 40_Menjemput Keadilan
41 Bab 41_Diantara Hutan Pinus dan Pertanyaan
42 Bab 42_Keadilan yang Terus Membara
43 Bab 43_Bayangan yang Tak Pernah Pergi
44 Bab 44_Luka yang Terkubur
45 Bab 45_Luka Masa Lalu yang Tak Kunjung Usai
46 Bab 46_Potongan Masa Lalu
47 Bab 47_Tanpa Sekat
48 Bab 48_Ombak yang Menyimpan Luka
49 Bab 49_Rasa Sakit yang Kembali Menggema
50 Bab 50_Retakan dan Perpisahan
51 Bab 51_Pelarian dan Pecahnya Garis Pertahanan
52 Bab 52_Kabut yang Tak Mau Pergi
53 Bab 53_Jalan yang Terjal dan Berliku
54 Bab 54_Reputasi yang Dirusak Cinta yang Diuji
55 Bab 55_Diambang Kehancuran
56 Bab 56_Fakta yang Dibawa Leonard
57 Bab 57_Strategi Leonard
58 Bab 58_Mencari Celah
59 Bab 59_Perangkap dalam Bayang-Bayang
60 Bab 60_Langkah Di Ujung Senja
61 Bab 61_Diantara Keping Kebenaran
62 Bab 62_Bayang-Bayang yang Mengintai
63 Bab 63_Cinta Di tengah Penghakiman
64 Bab 64_Asa yang Mencuat
65 Bab 65_Dibalik Tirai Kebenaran
66 Bab 66_Kembali Berdiri Di Garis Depan
67 Bab 67_Dibalik Topeng Kekuatan
68 Bab 68_Titik Ledak Kebenaran
69 Bab 69_Kekuatan yang Tak Bisa Dipecah
70 Bab 70_Tahun Ketika Masa Kelam Dimulai
71 Bab 71_Retakan Di Tengah Cinta
72 Bab 72_Titik Paling Gelap
73 Bab 73_Pecah
74 Bab 74_Sisa-sisa Luka dan Api yang Menyala
75 Bab 75_Tidak Akan Ada Kata Maaf
76 Bab 76_Di Atas Segala Luka
77 Bab 77_Luka yang Menentukan
78 Bab 78_Pengadilan Luka
79 Bab 79_Hukuman Setimpal
80 Bab 80_Badai yang Mereda
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Bab 1_Paket Salah Kirim
2
Bab 2_Sean Mahendra
3
Bab 3_Rencana Pernikahan
4
Bab 4_Tawaran Absurd
5
Bab 5_Nikah Paksa
6
Bab 6_Apartemen Dua Dunia
7
Bab 7_Sarapan Pertama Pertengkaran Pertama
8
Bab 8_Di Balik Jaket Kurir
9
Bab 9_Perasaan yang Menggelitik
10
Bab 10_Merekah dalam Sunyi
11
Bab 11_Pertemuan dengan Ibu Sean
12
Bab 12_Jejak yang Belum Usai
13
Bab 13_Bibit Cemburu
14
Bab 14_Luka yang Tak Tampak
15
Bab 15_Hari Tanpa Rencana
16
Bab 16_Masa Lalu yang Terus Mengganggu
17
Bab 17_Konfrontasi Rasa
18
Bab 18_Dalam Hujan yang Tak Kunjung Usai
19
Bab 19_Mencari Jalan
20
Bab 20_Rasa yang Tak Terbendung
21
Bab 21_Diam yang Berbicara
22
Bab 22_Undangan yang Menjebak
23
Bab 23_Luka yang Tak Terhindarkan
24
Bab 24_Dua Sisi Kebenaran
25
Bab 25_Aku yang Akan Melindungimu
26
Bab 26_Kebenaran yang Tersembunyi
27
Bab 27_Janji yang Tidak Akan Terlepas
28
Bab 28_Saat Kebenaran Tak Dapat Lagi Dibungkam
29
Bab 29_Kebenaran yang Terancam
30
Bab 30_Kebenaran yang Tak Bisa Dibungkam
31
Bab 31_Luka yang Mempertemukan
32
Bab 32_Kebenaran Tidak Pernah Mati
33
Bab 33_Cinta yang Menuntun Kebenaran
34
Bab 34_Jerat yang Memikat
35
Bab 35_Luka yang Disembuhkan
36
Bab 36_Bayangan Di Balik Tirai
37
Bab 37_Kebenaran yang Layak Dipertahankan
38
38_Ketika Bayang-Bayang Mulai Tumbang
39
Bab 39_Harapan yang Menyala
40
Bab 40_Menjemput Keadilan
41
Bab 41_Diantara Hutan Pinus dan Pertanyaan
42
Bab 42_Keadilan yang Terus Membara
43
Bab 43_Bayangan yang Tak Pernah Pergi
44
Bab 44_Luka yang Terkubur
45
Bab 45_Luka Masa Lalu yang Tak Kunjung Usai
46
Bab 46_Potongan Masa Lalu
47
Bab 47_Tanpa Sekat
48
Bab 48_Ombak yang Menyimpan Luka
49
Bab 49_Rasa Sakit yang Kembali Menggema
50
Bab 50_Retakan dan Perpisahan
51
Bab 51_Pelarian dan Pecahnya Garis Pertahanan
52
Bab 52_Kabut yang Tak Mau Pergi
53
Bab 53_Jalan yang Terjal dan Berliku
54
Bab 54_Reputasi yang Dirusak Cinta yang Diuji
55
Bab 55_Diambang Kehancuran
56
Bab 56_Fakta yang Dibawa Leonard
57
Bab 57_Strategi Leonard
58
Bab 58_Mencari Celah
59
Bab 59_Perangkap dalam Bayang-Bayang
60
Bab 60_Langkah Di Ujung Senja
61
Bab 61_Diantara Keping Kebenaran
62
Bab 62_Bayang-Bayang yang Mengintai
63
Bab 63_Cinta Di tengah Penghakiman
64
Bab 64_Asa yang Mencuat
65
Bab 65_Dibalik Tirai Kebenaran
66
Bab 66_Kembali Berdiri Di Garis Depan
67
Bab 67_Dibalik Topeng Kekuatan
68
Bab 68_Titik Ledak Kebenaran
69
Bab 69_Kekuatan yang Tak Bisa Dipecah
70
Bab 70_Tahun Ketika Masa Kelam Dimulai
71
Bab 71_Retakan Di Tengah Cinta
72
Bab 72_Titik Paling Gelap
73
Bab 73_Pecah
74
Bab 74_Sisa-sisa Luka dan Api yang Menyala
75
Bab 75_Tidak Akan Ada Kata Maaf
76
Bab 76_Di Atas Segala Luka
77
Bab 77_Luka yang Menentukan
78
Bab 78_Pengadilan Luka
79
Bab 79_Hukuman Setimpal
80
Bab 80_Badai yang Mereda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!