“Ray, mobil kamu tidak siap sekarang. Besok kamu tidak usah jemput, biar mereka yang mengantarkan ke sekolah.” Ucap Elang mendudukan tubuhnya di sebelah Raysa.
“Biar aku bawa saja mobilnya pulang kak.” Tolak Raysa, Elang tersenyum tipis mendengar panggilan Raysa kepadanya.
“Kamu nurut saja, ayo aku antar pulang, nanti orang tua kamu cemas.” Ucap Elang kembali berdiri, Raysa terkejut dan menoleh cepat kepada Elang.
“Kak, aku pulang naik mobil aku saja. Biar kerusakan itu aku tanggung sendiri.”
“Kamu kenapa selalu membantah perkataan aku, bisa tidak kamu jadi anak yang baik dan nurut saja sama perkataan aku.” Balas Elang menatap Raysa, kedua mata mereka saling bertatapan.
“Tapi kak..”
“Tidak ada tawar menawar lagi Ray, ayo pulang.” Ucap Elang memotong perkataan Raysa, Elang meraih tas Raysa dan menariknya.
Raysa akhirnya ikut berdiri, walau perasaannya masih takut tapi mau tidak mau dia harus mengikuti Elang.
Selama perjalanan Raysa dan Elang sama-sama diam, mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing. Sesekali Elang melirik Raysa dan ketika Raysa menyadarinya Elang segera menatap kedepan.
Elang menyadari kalau belum ada rasa untuk Raysa, tapi pesona Raysa berhasil menarik dirinya. Di mata Elang, Raysa sedikit berbeda dari para wanita yang selama ini dekat dengannya. Namun sayang, Elang tidak punya kesempatan untuk mengenal Raysa lebih dalam lagi, sore ini dia harus terbang ke Swiss dan entah kapan akan kembali.
“Yang mana rumah kamu Ray?” Tanya Elang, mereka sudah memasuki kawasan perumahan Raysa.
“Itu kak, pagar cat putih.” Jawab Raysa menunjuk rumah paling ujung, Elang menganggukkan kepalanya.
Elang menghentikan mobilnya tepat didepan pintu pagar rumah Raysa, Raysa bersiap untuk turun dan melihat ke arah Elang.
“Terima kasih kak, maaf kalau aku menabrak mobil kakak.” Ucap Raysa sungkan.
“Aku yang salah Ray.”
“Aku turun ya kak.” Sambung Raysa segera membuka pintu dan menurunkan kakinya.
Seorang wanita paruh baya keluar dari pintu gerbang rumah Raysa, wanita itu memegang kantong plastik di tangannya dan dia terkejut melihat Raysa keluar dari mobil Elang.
“Ray.” Panggil Lestari.
“Mama.” Sahut Raysa terkejut, Elang yang mendengar perkataan Raysa bergegas turun untuk menyapa Lestari.
“Siang Tante.” Sapa Elang mengulurkan tangan, Raysa terpana melihatnya.
“Siang juga.” Balas Lestari dengan mimik wajah kebingungan, Lestari segera meletakkan kantong plastik dan membersihkan tangannya sebelum menjabat tangan Elang.
“Saya Elang, saya mengantarkan Raysa pulang karena mobil Raysa berada di bengkel. Maaf saya tadi berhenti mendadak, jadi Raysa terkejut dan menabrak mobil saya. Tante jangan marah sama Raysa, ini semua salah saya.” Ucap Elang menjawab kebingungan di mata Lestari.
“Astaga, tapi kalian berdua baik-baik saja kan? Apa kamu terluka nak?” Sahut Lestari cemas meraih badan Raysa dan memeriksanya.
“Aku baik-baik saja ma.” Jawab Raysa.
“Lalu kamu Elang?”
“Saya juga baik-baik saja Tante, jadi mobil Raysa sekarang di bengkel teman saya. Besok mereka akan mengantarkan ke sekolah, sekali lagi saya minta maaf.”
“Syukurlah kalian berdua baik-baik saja, terima kasih ya Lang, sudah mengantarkan Raysa pulang. Nanti biar tante yang menjelaskan kepada papa Raysa.”
“Baik Tante, saya pamit dulu.” Ucap Elang, Lestari menganggukkan kepalanya.
“Ray, kakak pulang ya. Sampai bertemu lagi.” Sambung Elang tersenyum melihat ke arah Raysa.
“Hati-hati kak Elang.” Balas Raysa, Elang langsung tertawa tipis begitu Raysa memanggil namanya, tapi perasaannya langsung sedih karena ini pertemuan terakhir mereka.
Elang menurunkan kaca mobil, dia kembali tersenyum kepada Raysa dan Lestari sebelum melaju pergi.
“Ayo masuk.” Ajak Lestari setelah meletakkan kantong plastik di tong sampah, Raysa menganggukkan kepala tapi matanya masih melihat mobil Elang yang perlahan menghilang dari pelupuk mata.
….
Elang melaju cepat menuju rumah, waktunya sudah mepet. Satu jam lagi dia harus sampai di Bandara, kalau tidak papanya akan benar-benar marah kalau Elang batal berangkat.
“Dari mana saja kamu nak?” Tanya Kirana mama Elang.
“Maaf ma, aku ada urusan penting.” Jawab Elang.
“Sudah sana mandi, ganti baju…sebelum papa kamu datang dan marah besar, koper kamu sudah ada di mobil. Nanti Pak Agus yang akan mengantarkan ke Bandara.” Balas Kirana, Elang menganggukkan kepala berlari menaiki tangga menuju kamarnya.
….
Elang melangkahkan kakinya menuju pesawat yang akan membawanya ke Swiss, Elang mau tidak mau harus memenuhi janjinya. Dia sudah beberapa kali membuat kesalahan yang membuat papa nya sangat marah dan tidak mau lagi memberi toleransi.
Elang langit perkasa, nama yang memiliki arti tangguh dan kuat. Nama yang merupakan doa dari kedua orang tuanya, mereka berharap Elang memiliki sifat yang tangguh karena dia nantinya yang akan menjadi pewaris Utama dari kejayaan keluarga Perkasa.
Keluarga Perkasa bukanlah keluarga sembarangan, Perusahaan Perkasa group merupakan salah satu perusahaan terbesar dan memiliki cabang yang tersebar di beberapa negara berkembang. Selain bisnis bersih, keluarga perkasa juga memiliki sebuah organisasi di dunia hitam yang bekerja sama dengan para-para Mafia di seluruh penjuru dunia. Organisasi ini diwariskan oleh kakeknya, Perkasa Laksmana. Seorang mafia yang sangat terkenal dan menakutkan di zaman kejayaannya. Sekarang Perkasa Laksmana telah tua, pria itu memilih untuk menetap di Swiss, di negara asal istrinya, Sofia Elmer.
Sofia Elmer juga bukan wanita sembarangan, dia berasal dari keluarga Bangsawan, keluarga Elmer. Perkasa Laksmana menginginkan hidup yang tenang dan tentram di masa tuanya, makanya dia meninggalkan negara asalnya dan berpindah ke Swiss. Dan kesanalah tujuan Elang saat ini, dia akan tinggal bersama Oma dan Opanya.
….
Pesawat yang ditumpangi Elang sudah take off atau lepas landas, Elang menghela nafas melihat keluar. Satu wajah langsung terlintas di dalam benaknya, tiba-tiba saja dia merindukan pemiliknya.
“Raysa, apa kita akan bertemu lagi. Apa takdir akan berpihak kepada kita.” Gumam Elang lirih, pria itu tersenyum kecut.
…..
Langit sudah gelap, Raysa telah selesai membersihkan diri. Gadis cantik itu keluar dari kamarnya, perutnya terasa sangat lapar.
“Sayang, ayo makan.” Ucap Kirana, Raysa menganggukkan kepala setuju dan sedikit berlari menuju meja makan.
“Jadi tadi kamu menabrak mobil di depanmu? Kenapa kamu tidak fokus sayang, apa pelajaran di sekolah terlalu berat?” Tanya Fajar, papa Raysa.
Raysa menggelengkan kepala sambil mengunyah makanannya.
“Tiba-tiba saja mobil dia berhenti di depanku.” Jawab Raysa.
“Kamu ingat nama bengkelnya?”
“Ingat.” Jawab Raysa mengatakan nama bengkel dan juga alamat bengkel milik Gavin teman Elang.
“Kamu yakin sayang? Kamu tidak salah?”
“Ya tidak lah papa sayang, masa aku salah.” Bantah Raysa heran.
“Bengkel yang kamu katakan itu bukan bengkel sembarangan, mobil kamu tidak layak masuk ke sana. Beda kelas, itu bengkel khusus mobil mewah. Sepertinya pria yang membantu kamu juga beda kelas dengan kita, orkay dia mah.” Ucap Fajar menjelaskan sembari tertawa.
Raysa menganggukkan kepala setuju karena dari mobil yang dipakai Elang saja sudah menjelaskan siapa dirinya.
Setelah makan malam bersama, Raysa kembali ke kamar karena dia harus membuat tugas. Tapi di sela-sela aktivitasnya, Raysa teringat akan Elang. Sampai saat ini Raysa masih heran, kenapa Elang mencarinya tadi siang dan siapa sebenarnya pria itu. Kenapa Elang tertembak dan siapa yang menebaknya? Beribu tanda tanya muncul di dalam otak Raysa, membuatnya tidak lagi fokus dan semangat belajar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments