“Xiana, berapa lama kamu bekerja di Veleura?”
“3,5 tahun Pak”
“Tidak bisa kah kamu membuat floor ini kondusif?”
“Mohon maaf Pak”
“Saya tidak suka permohonan maaf tanpa adanya perubahan”
“Baik Pak, besok saya pastikan sudah kondusif”
“Keluar”
“baik Pak, permisi”
Dalam 3,5 tahun Xiana bekerja, ini adalah kali pertama Xiana mendapat teguran dari CEO karena beberapa rekan kerjanya yang lalai dalam bekerja, dan tidak bisa menekan ego masing-masing yang mengakibatkan tertundanya pekerjaan mereka.
“Ariel, Tissa, dan Eunike. Saya minta tolong untuk tetap professional entah siappaun yang salah diantara kalian”
“Maaf Bu Xiana, tapi saya tidak mau melakukan pekerjaan ini dua kali, disini yang bersalah adalah Eunike, kenapa saya harus saya yang di korbankan” Jawab Tissa
“Benar Bu, harusnya report itu di kerjakan sendiri oleh Eunike. Karena dia yang menghilangkannya” sahut Ariel
“Kalian bertiga saling terikat dalam report tersebut, jadi kalau report itu hilang, setidaknya kalian tetap membantu Eunike menyelesaikannya. Tidak masalah Eunike mengerjakan sendiri, tapi tolong di bantu karena filenya ada sama kalian”
“Maaf Bu, kenapa Bu Xiana membela Eunike, padahal disini Eunike yang salah”
“Tissa, ini bukan soal siapa yang salah dan siapa yang benar, tapi ini soal tanggung jawab. Kalau kalian tidak mau bersikap professional, ya sudah tidak apa-apa. Saya tidak akan memaksa, tapi saya akan melempar ini ke HR”
Degg!
Xiana meninggalkan meja tempat mereka bekerja dan kembali ke mejanya, sedangan Tissa, Eunike dan Ariel mulai cemas. Karena jika ini sampai ke HR, sudah bisa di pastikan surat peringatan akan mereka dapatkan.
Dalam permasalahan kali ini, bahkan Xiana pun ikut menanggung. Dari membuat laporan, hingga menanggung pelampiasan amarah dari atasannya.
Makan siang kali ini Xiana lewatkan karena dia masih harus menyelesaikan pekerjaannya. Melihat CEO sudah kembali dari istirahatnya, Xiana segera membuatkan kopi.
“Permisi Pak, kopinya”
“Hmm”
Kembali ke mejanya, Xiana mendengar bunyi ponselnya lalu segera mengangkat telfon dan turun untuk menemui seseorang.
“Permisi Mbak”
“Bu Lusi ada di mobil, kesana aja Xi” Ucap Sekretaris Lusi dengan nada ketus.
Tanpa mengulur waktu lagi, Xiana segera menghampiri Lusi yang berada di dalam mobilnya yang sedang terparkir.
Toktok!
Xiana mengetuk kaca mobil tersebut dengan pelan, lalu menunggu Lusi untuk membukanya. Namun Lusi tidak membuka kaca tersebut, melainkan turun dari mobilnya.
PLAAKKK!
Lusi menampar Xiana hingga tersungkur, Xiana yang terkejut hanya bisa menahan perih pada pipinya yang ditampar oleh Lusi.
“Kamu pikir, karena kamu pacar Dirga, saya tidak berani menyentuh kamu?”
“Mohon maaf Ibu, saya sudah menyampaikan tentang kendala Ibu Lusi, tapi Bapak minta untuk reschedule”
“Xiana, dia pacar kamu kan? Kenapa kamu gak coba paksa Dirga untuk tetap meeting”
“Bu, hubungan saya dengan Bapak hanya terjadi saat di luar jam kerja. Dan pada saat kerja, saya hanya staff seperti biasa”
“Hubungan palsu? Berapa uang yang kamu dapat dari keponakan saya?”
“Saya tidak mendapat apa-apa Bu”
“Kamu akan tau akibatnya, karena sudah menggagalkan meeting saya hari ini”
Lusi kembali masuk ke dalam mobilnya, dan kemudian tidak lama sekretarisnya juga masuk ke dalam mobil lalu mereka meninggalkan basement.
Xiana memegangi pipinya, kemudian mengusap air matanya. Ini kali pertama Xiana mendapat perlakuan kasar dari kolega atasannya.
Dirga beberapa kali menekan tombol pada telfon di mejanya yang tersambung pada telfon di meja Xiana, namun Xiana tidak kunjung datang. Dirga keluar dari ruangannya melihat meja Xiana sedang kosong.
“Sampaikan kepada Xiana, setelah kembali segera ke ruangan saya”
“Baik Pak”
Tidak lama Xiana muncul, dan staff yang tadi mendapat pesan dari CEO segera menyampaikan kepada Xiana dan Xiana bergegas masuk ke dalam ruangan CEO.
“Permisi Pak”
“Dari mana saja kamu? Ini kantor Xiana, kamu sekretaris saya! Kamu harus tetap berada di meja kamu”
“Mohon maaf Pak, say-“
“Saya tidak mau dengar alasan kamu, mana report yang saya minta”
“Baik Pak, saya print dahulu.”
“Xiana! Kamu sadar tidak kalua hari ini kamu membuang-buang waktu saya”
“Mohon maaf Pak”
“Kalau kamu gak bisa kerja, resign! Masih banyak yang mau menggantikan posisi kamu”
“Mohon maaf Pak, akan saya perbaiki”
“Keluar”
“Baik Pak”
Xiana keluar dengan wajah yang sudah lesu, dia segera mencetak laporan yang sudah di tunggu oleh CEOnya, lalu segera memberikan laporan tersebut.
“Permisi Pak ini reportnya”
“Setelah saya sign, bawa ini ke accounting”
“Baik Pak”
Xiana berdiri di depan meja dirge dengan sopan sambal menunggu atasannya menandatangani laporannya.
“Berapa lama estimasi pencairan uang?”
“Kurang lebih dua jam Pak”
“Sekarang?”
“Mohon maaf Pak, karena uang yang di cairkan dalam jumlah besar biasanya accounting harus membuat janji dulu”
“Kenapa pipi Xiana?” Tanya Dirga dalam hatinya sambil menatap ke arah Xiana.
“Ya sudah segera bawa ke accounting, usahakan uang itu sudah ada besok sore”
“Baik Pak”
Xiana dengan sepatu heelsnya berjalan dengan cepat menuju ruangan accounting untuk memberikan berkas tersebut, dan meminta kepada accounting untuk menyiapkan uang tersebut besok sore.
Pukul 15.00 Xiana mencetak beberapa file untuk besok, lalu membalas beberapa email masuk dan membuat jadwal baru.
“Xiana ikut saya”
“Baik Pak”
Dirga membawa Xiana menuju lokasi proyek, dengan menggunakan sepatu heelsnya Xiana berjalan dengan susah payah karena heelnya akan masuk ke dalam tanah yang dia pijak. Bahkan kaki Xiana terasa sakit karena dia berusaha menekan dan jinjit saat berjalan agar heelsnya tidak tertancap.
Sambil mencatat apa saja yang di bahas oleh atasannya dan pemilik konstruksi, diam-diam arsitek yang berada di depan Dirga memperhatikan Xiana dengan lekat yang membuat Dirga terganggu.
“Kita lanjutkan besok lagi Pak di kantor”
“Baik Pak Dirga”
Dirga berjalan menuju mobilnya dengan cepat karena di lokasi pembangunan terlalu banyak debu, Xiana yang berjalan menggunakan heels berusaha mempercepat langkahnya meskipun dengan jinjit dan sedikit menahan rasa sakit di kakinya, karena Xiana tidak ingin membuat kemarahan CEOnya.
“Permisi Pak”
“Lain kali lebih cepat lagi kalau jalan”
“Baik Pak”
Tanpa mempedulikan Xiana yang memakai heels, Dirga tetap memarahi Xiana karena lambat dalam berjalan dan membuatnya menunggu.
Dalam perjalanannya Xiana hanya diam saja, Dirga sedang sibuk dengan ponselnya. Tidak ada interaksi apapun diantara mereka. Karena jam pulang kerja, jalanan sangat padat dan membuat mobil tidak bergerak sama sekali, sedangkan Xiana sudah menahan lapar karena sejak pagi Xiana belum mengkonsumsi apapun untuk mengisi perutnya.
“Berhenti di Code Black Pak” Ucap Dirga kepada sopirnya.
“Baik Pak”
Sampai di lokasi Dirga meminta Xiana dan sopir untuk menunggu, karena Dirga harus menemui orangtuanya.
“Ma”
“Hai sayang, mama sudah pesankan makanan”
“Hmm”
“Dirga, kenapa kamu membatalkan meeting sama Tante Lusi?”
“Karena tidak sesuai dengan perjanjian awal”
“tante Lusi dari luar kota, jalanan macet. Kamu tau kan?”
“Tetap aja Ma gak bisa, aku juga banyak kerjaan gak Cuma nungguin Tante Lusi”
“Tante Lusi sudah marah-marah sama mama, pasti juga Tante Lusi sudah marah dengan Xiana, kamu tau sendiri bagaimana karakter Tante Lusi”
Dirga berhenti makan, kemudian mengingat kejadian tadi siang saat Xiana berada di dalam ruangannya, pipinya terlihat sangat merah dan lututnya sedikit ada luka.
“Apa mungkin Tante Lusi tampar Xiana terus dia jatuh” Gumam Dirga
“Dirga, mama ngomong sama kamu”
“Ma, Dirga masih banyak kerjaan besok Dirga ke rumah”
“Janji ya, bawa Xiana?”
“Sendiri Ma, Xiana ada janji sama orangtuanya”
“Mama tunggu”
Dirga meninggalkan meja orangtuanya, lalu kembali ke mobil. Xiana masih dengan posisinya menunggu Dirga kembali.
Xiana dan sopir sudah menunggu 45 menit, dan waktu sudah menunjukan pukul 20.00.
“Langsung ke rumah Pak”
“Baik Pak”
Sopir mengemudikan mobilnya menuju rumah Dirga, kemudian Dirga turun dan masuk ke dalam rumahnya.
“Mbak Xiana?”
“Saya ke kantor Pak”
“Baik Mbak”
Setibanya di kantor, Xiana masih melanjutkan pekerjaannya lalu meletakkan di meja Dirga dengan rapi. Xiana juga membereskan meja Dirga, mengeluarkan bekas kopi danmembersihkan ruangannya.
Pukul 22.30 Xiana turun menuju lobby, lalu berjalan kaki menuju tempat penjual nasi goreng di dekat kantornya.
“Pak 1 ya, gak pakai kecap”
“Oke non”
Sambil menatap kearah langit, Xiana melamun dan memikirkan karirnya. Saat Xiana tidak di hargai dan hanya dianggap bersalah dia ingin sekali mengundurkan diri. Namun keluarganya hanya berharap dari Xiana saat ini, jadi seburuk apapun kondisinya Xiana akan mencoba bertahan.
“Misi non, nasi gorengnya”
“Makasih Pak”
Xiana makan dengan lahap karena sejak pagi Xiana belum makan apapun, tidak perlu waktu lama Xiana sudah menghabiskan nasi gorengnya lalu membayarnya.
Dengan membawa tas milik atasannya, Xiana mengantar hingga ke depan rumah Dirga menitipkan kepada satpam yang menjaga rumah Dirga.
Dari balkon, Dirga melihat Xiana sedang berinteraksi dengan satpamnya, lalu Xiana meninggalkan rumah Dirga dengan berjalan kaki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Haris Saputra
Gak sabar next chapter.
2025-06-15
0