Xiana tidak hanya istirahat, dia bahkan pergi ke rumah sakit untuk meminta infus agar Xiana lekas pulih. Setelah selesai, Xiana segera meminum obat dan kembali ke rumahnya untuk istirahat.
Sore ini Xiana merasa lebih baik, dia segera mandi dan bersiap untuk acara makan malam di rumah Dirga.
Xiana menggunakan dress tertutup dan memberi kesan seksi. Dalam perjalanannya Dirga sedang sibuk bekerja, sedangkan Xiana hanya menatap jalanan yang sedikit padat.
“Dirga akhirnya sampai juga”
“Iya Ma”
“Selamat malam tante, maaf terlambat”
“Gak apa-apa Xiana. Terimakasih sudah datang, tapi kok ini badannya anget”
“Engga tante, saya sehat kok”
“Hmm, ya sudah ayo duduk. Tante sudah menyiapkan banyak makanan, karena nanti ada beberapa keluarga yang datang”
“Terimakasih tante”
Dirga menggandeng Xiana, kemudian duduk di sampingnya. Dirga menggenggam tangan Xiana yang terasa sangat panas. Ada perasaan iba di hati Dirga karena memaksa Xiana yang sedang sakit.
Rini memperhatikan Dirga dengan seksama dari atas, meskipun tidak ada dirinya, Dirga tetap menggenggam tangan Xiana bahkan saat berbicara Dirga tidak melepas pandangannya kepada Xiana.
“Malam semua”
“Malam om dan tante”
“Dirga, akhirnya pulang ke tanah air.”
“Iya om”
“Siapa ini cantik sekali”
“Kenalkan om dan tante, ini Xiana”
“Wah-wah sepertinya ada bau-bau pernikahan hahaha”
“Xiana, saya Ana tantenta Dirga.”
“Iya tante, saya Xiana”
Selain Om dan Tante Dirga, ada sepupu lain yang datang ikut serta makan malam, Rini sengaja menjebak Dirga, jika dia memberi tahu soal keluarga lain, Dirga tidak akan membawa Xiana.
Dirga paling tidak suka membual, jika dia mengatakan iya, dia pasti akan melakukan. Dan ini adalah jebakan untuk Dirga agar setuju menikah.
Tidak ada suara apapun saat makan malam, kecuali suara sendok dan piring. Dirga menatap kea rah sepupunya yang se dari tadi menatap intens kea rah Xiana.
“Sayang, setelah ini kita langsun pulang. Kamu harus istirahat”
“Iya sayang”
“Xiana, tadi tante tanya katanya sehat. Jangan buru-buru pulang, istirahat saja di kamar.”
“Jangan tante, saya pulang aja”
“Eh Xiana, gak baik lagi sakit kebanyakan di jalan”
Xiana menyenggol paha Dirga sebagai kode untuk menyelamatkannya dari paksaan orangtuanya.
“Oke, Xiana istirahat di kamarku aja Ma”
Deggg!
Xiana terkejut dengan ucapan Dirga, tapi Xiana tidak bisa melawan atau menolaknya. Dirga menggandeng Xiana untuk naik tangga dan segera masuk ke kamarnya.
“Maaf Pak”
“Untuk?”
“Tadi saya harus menyenggol paha Bapak, saya tahu itu tidak sopan. Tapi saya bingung bagaimana harus memberi alasan”
“It’s okay, saya gak masalah soal itu”
“Ini, gimana kitab isa keluar dari sini Pak”
“Tidak akan bisa, orangtua saya sudah mempersiapkan permainan, makanya beliau mengundang keluarga yang lain”
“Apa tidak ad acara lain Pak?”
“Ada, asal kamu gak keberatan”
“Apa Pak?”
“Tidur sama saya disini”
“Apa?”
“Saya tidak akan melakukan hal yang kurang aja Xiana. Kita cukup tidur disini, jadi orangtua saya tidak aka nada kesempatan untuk meminta saya turun”
“Maksud saya, apa tidak bahaya Pak. Karena Ibu hanya tau kita pasangan, dan kita tidur bersama”
“Dia tidak se kolot itu Xiana. Waktu kita tidak banyak”
“Iya Pak”
Xiana lebih dulu naik ke atas tempat tidur dan merebahkan badannya, kemudian Dirga melepas tuxedonya dan ikut berbaring di samping Xiana.
“Xiana, sini”
“Kemana Pak?”
“Disini” Tunjuk Dirga ke lengannya, agar Xiana mau tidur di pelukannya.
“Pak, apa tidak masalah kalua seperti ini”
“Tidak. Kita akan tidur disini sampai besok pagi. Jangan berani membelakangi saya, karena orangtua saya bisa masuk tiba-tiba”
“Baik Pak”
Xiana berada dalam dekapan Dirga, jantungnya berdegup kencang karena ini kali pertamanya dia tidur dalam dekapan pria. Namun lambat laun Xiana menjadi ngantuk dan tertidur depan pulas.
Dirga membuka matanya, sejak tadi dia hanya berpura-pura tidur agar tidak ada interaksi dengan Xiana. Dirga menatap Xiana yang sudah lelap dalam pelukannya. Bulu matanya yang lentik, hidung mancung, dan bibirnya yang menggoda, Dirga menelan ludahnya saat memperhatikan bibi Xiana, lalu dia terlelap dalam tidurnya dan tanpa sadar memeluk tubuh Xiana yang berada dalam dekapannya.
Sepupu Dirga masuk ke dalam kamar, melihat Dirga dan Xiana sudah terlelap kemudian memberi tahukan kepada orangtua Dirga jika Xiana dan Dirga sudah tertidur. Seperti tidak percaya, rini masuk ke dalam kamar dan menemukan mereka terlelap.
Tapi Rini tidak kehabisan akal, dia menutup pintu tapi dia masih berada di dalam kamar. Tapi tidak ada respon dari keduanya, justru Rini mendengar dengkuran halus dari Dirga yang menandakan mereka memang sudah tertidur.
Rini keluar kamar dan tersenyum karena putranya benar-benar sudah menemukan pasangannya, jadi Rini tidak akan repot-repot menjodohkannya dengan anak koleganya.
.
.
Pagi hari saat Xiana terbangun dari tidurnya, dia masih dalam pelukan Dirga, bahkan Dirga memeluknya dengan erat.
“Dia kira aku guling apa gimana sih” Batin Xiana
Ceklek!
Xiana menutup matanya seketika Ketika pintu kamar Dirga terbuka. Rini membangunkan Dirga, dan Xiana.
Dirga membuka matanya, dengan tangan yang masih memeluk tubuh Xiana. Begitu juga Xiana yang pura-pura terkejut saat orangtua Dirga sudah berada di dalam kamar.
“Tante, ini tidak seperti yang tante bayangkan”
“Seperti yang tante bayangkan juga tidak apa-apa Xiana”
“Ma, Xiana malu nanti”
“Kamu ini disuruh nemuin om dan tante malah ikut tidur. Yang sakit siapa yang pulas siapa”
Xiana turun dari tempat tidur menuju kamar mandi, kemudian keluar dengan rambut sudah rapi dan siap untuk pulang.
Dalam perjalanan, Dirga dan Xiana tidak ada interaksi. Xiana sibuk dengan ponselnya karena ada sedikit konflik di grup kantor.
Dirga melirik ke arah ponsel Xiana, kemudian dia menatap lurus kedepan.
Sampai di rumah Xiana segera turun dan mandi lalu bersiap untuk berangkat kerja.
Sedangkan Dirga masih terbayang-bayang saat tidur bersama Xiana tadi malam, dalam hati Dirga ada rasa tertarik pada sekretarisnya tersebut, namun dia segera menepisnya jika rasa tertarik antara lawan jenis itu sangat wajar terjadi, dan tertarik bukan berarti menginginkannya.
Xiana yang sudah berada di kantor seperti biasa langsung melakukan aktivitas seperti biasanya, dari membalas email, mengecek jadwal atasannya, lalu membuatkan kopi saat atasannya tiba.
Melihat Dirga datang, Xiana segera menyapa lalu menuju pantry untuk membuatkan kopi sekaligus membantu Dirga untuk mengingatkan jadwal pertemuan dengan koleganya hari ini.
“Pagi Pak, ini kopinya. Dan untuk hari ini ada pertemuan dengan Bapak Herman pukul 10.00, dan bertemu dengan Ibu Lusi after lunch, untuk jamnya menyusul karena Ibu Lusi masih berada di luar kota. Berikut informasi yang saya terima dari sekretarisnya.”
“Pastikan jam 12 sudah ada jawaban dari Ibu Lusi, lebih dari itu jadwalkan ulang untuk pertemuannya”
“Baik Pak, permisi”
Keluar dari ruangan Dirga, Xiana mendapat tatapan intens dari Aleena yang sudah menunggu update cerita dari Xiana tentang makan malam dirumah orangtua dari Dirga.
“Nanti aja” Ucap Xiana kepada Aleena yang dibalas dengan acungan jempol.
“Perempuan pada punya rahasia apa sih”
“Penasaran ya Tom hahaha”
“Nanti siang mau makan dimana?”
“Tommy, ini bahkan masih jam 9, dan kamu udah mikirin lunch?”
“Hahaha aku tadi gak sarapan, laper jadinya”
Aleena hanya menggelengkan kepalanya saat mendengar keluhan Tommy yang sedang kelaparan, lalu melanjutkan pekerjaannya kembali.
Situasi pagi ini di kantor Veleura sedang tidak baik-baik saja, karena ada 3 staff yang sedang berkonflik, hingga membuat pekerjaan sedikit berantakan. Xiana berusaha mendamaikan agar keadaan kembali kondusif, namun ternyata masih belum bisa karena mereka masih saling melempar kesalahan akibat dari hilangnya laporan dari salah satu staff.
Sedangkan CEO sudah menunggu laporan tersebut, mereka hanya memiliki waktu dua jam sebelum istirahat untuk menyelesaikannya. Xiana tidak lagi memaksa mereka untuk berdamai, dia lebih memilih mengerjakan laporan yang hilang, agar tidak memicu kemarahan CEO.
Tinggg!
“Xiana, Ibu Lusi sepertinya terlambat karena jalanan macet. Sampaikan ke Pak Dirga ya, pastikan hari ini meeting tetap berjalan sesuai rules” – Sekretaris Lusi
“Saya usahakan” – Xiana
Xiana sudah yakin jika atasannya tidak akan melakukan pertemuan karena koleganya terlambat, meski begitu Xiana tetap menginformasikan kepada Dirga tentang kendala koleganya saat ini.
“Batalkan meetingnya. Atur ulang schedulenya” – Dirga
“Noted Pak” – Xiana
Xiana hanya menghela nafas ketika tau Dirga membatalkan pertemuannya, dan Xiana harus bersiap menghadapi kemarahan kolega atasannya tersebut.
Kolega Dirga yang satu ini memang sedikit berbeda, karena masih ada ikatan keluarga, jadi jika ada kendala yang tidak bisa di maklumi oleh Dirga, akan di lampiaskan kepada sekretaris Dirga, yaitu Xiana yang dianggap tidak bisa bekerja dengan baik sebagai sekretaris CEO.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments