Dititip Allah aja

Setelah menimbang-nimbang kesepakatan, baik buruknya, dan ogah-ogahannya para gadis akhirnya sudah diputuskan jika survei lokasi akan dilakukan oleh sebagian anggota kelompok terutama anggota laki-laki.

"Belum apa-apa gue udah ngerasain capeknya, tau ngga..." keluh Vio. Jovian tertawa, "mau gue pijitin ngga Vio?"

"Najis." Ketus Vio mendesis sambil bergidik macam pegang-pegang ta-i. Senja bahkan sudah melakukan hal random dengan menelfon ibunya dan merengek mengadu, "mami, kalo nanti Senja pulang kkn berubah jangan mempertanyakan fakta dan DNA Senja anak mamih atau bukan..."

"Yo, siapa lagi yang mau termehek-mehek dulu? Mau pake bahu gue buat bersandar ngga atau bahu jalan biar lebih lebar?" tanya Arlan, "Mei mine mungkin?"

"An jink." Umpat Maru yang tersedak minumnya karena panggilan refleks Arlan pada Mei.

"Bisa banget biji kedongdong," Alby menyeru.

Mei hanya diam saja sambil berkutat bersama buku notesnya sebagai tugas pertamanya menjadi seorang sekertaris, ia langsung mencatat hasil pertemuan hari ini.

"Di catat dulu apa-apa aja peralatan yang mesti dibawa. Ntar bisa dilengkapi kalau anggota cowok udah balik dari survei lokasi." Ujar Jingga menatap Mei, ia mengangguk paham, benar-benar sekedar anggukan paham, lantas kembali menunduk setelah itu. Jujur saja, ini pertama kalinya lagi interaksinya dengan Jingga setelah 4 tahun mereka seperti orang asing. Meski singkat, namun rasa gugupnya tak kalah hebat dari sewaktu ia demam, untung ngga kejang-kejang.

"Ga, ini kita berangkat tanggal 14 Juli kan?" tanya Arshaka diangguki Jingga, "makanya mesti segera survei lokasi, jadi bisa mulai dipikirkan rancangan proker goals kita, biar nanti pas seminar di depan LPM sama DPL udah mantap, tinggal di ajukan terus nunggu acc-an."

Mahad menyeruput sisa jus miliknya, "kapan kita berangkat survei?"

"Lebih cepat lebih baik. Minggu ini?" tiba-tiba tanya Jingga sambil menaikan kedua alisnya memberikan option yang sebenarnya adalah bentuk perintah mutlak.

"Bentar njir..minggu ini gue ada keperluan." Ungkap Mahad lagi.

"Kemana? Ngga usah so penting deh Mahad..." cecar Senja yang baru saja selesai bertelfon ria dengan sang ibu, "cepetan deh survei, kok gue yang resah gini ya nunggu survei lapangan..." ia duduk kembali.

"Main golf." Singkatnya padat dan jelas.

"Becanda," kekeh sumbang Maru.

"Ngga penting banget sumpah." Cibir Syua, dan Mei hanya mendengus saja, "ada lagi yang mesti gue catet?" kini ia memberanikan diri menatap Jingga, namun ketika Jingga balas menatapnya, Mei nyatanya tak seberani itu.

"Ngga ada. Sementara itu aja..." senyum miring tersungging dari Jingga setelahnya.

"Oke." Angguk Mei. Mendadak suara lantang Alby berteriak membuat gendang telinga hampir pecah, "aaaaa...."

Plak! Syua yang berada dekat dengan Alby sudah menggeplak punggung pemuda fakultas pertanian ini.

"Berisik njirrr, apaan sih, gaje!" omelnya.

"Ayolah guys, semangat-semangattt! Mengabdi di tengah masyarakat. Bikin yel-yel dong.. Go...go...go...21 goes to Cikalong goes to be kalong wewe!"

Nalula sudah meledakan tawanya menyadari kerandoman kelompok mereka, ucapan yel-yel itu umumnya membangkitkan semangat bukan justru semakin menambah kesan horor. Mei ikut tertawa renyah, dan tanpa ia sadari sepasang mata dari balik akuarium di depannya sudah menatap Mei lekat.

Kondisi mencair itu seketika kembali membeku ketika seseorang menghampiri kumpulan mereka dengan senyum cantiknya, "Ga. Kenapa ngga bilang disini, padahal kan aku bisa nyusul dari tadi..." seorang perempuan berjilbab pastel menyentuh pundak Jingga seolah sedang menunjukan hak kepemilikan atas Jingga di depan kelompok KKN 21 ini.

"Oh hay...ini kelompok baru kamu ya, Ga?" tanya nya antusias.

"Hay Kana..ngapain nyusulin bang Jing.. Mau minta jajan mie jebew ya?" ujar Jovian. Mei lantas mengalihkan pandangannya kembali ke arah notes. Salah satu alasan dirinya tak mendatangi Jingga saat pertama datang ke kampus nyatanya baru saja datang. Radarnya memang kuat ternyata....

"Oh, iya. Aku ngga liat lagi hape. Sorry..." dan double kill! Jingga menyarangkan usapan lembutnya di punggung tangan Kana yang bertengger di pundaknya.

Sakit? Ia sudah terbiasa hidup berdampingan dengan rasa itu sekian lama, jadi berdenyut yang ia rasakan sekarang akan ia anggap layaknya obat, pahit dan sakit sedikit hanya untuk sebentar saja demi kesembuhan.

Mei menjatuhkan badannya di sofa, setibanya ia dengan wajah memerah karena letih dan panas, Mei langsung loyo nan meleleh tanpa mau bergerak bahkan untuk sekedar mengganti pakaian atau ke kamar mandi terlebih dahulu.

Panas karena sepertinya siang ini matahari sedang gencar-gencarnya bikin makhluk bumi jadi arang, dan panas karena adegan sentuhan manis yang terjadi tepat di depan matanya harus kembali mengorek kisah lama yang manis sekali untuk dikenang, saking manisnya....sampai sekarang Mei begitu kesulitan untuk melupakan Jingga. Pasalnya mereka berpisah bukan karena pertengkaran hebat mengalahkan pertempuran Bubat, atau Mei yang tersakiti Jingga.

"Kok langsung begitu, ngga niat ke kamar mandi dulu?" mama Inka melintas dan mendaratkan sorot mata tak percayanya pada Mei.

"Bentar ma, ini aku masih capek." Hilang, senyap...suara mama Inka tak lagi terdengar setelah itu karena ia yang masih sibuk dengan kegiatan siang ibu-ibu rumah tangga.

Cukup lama hingga membuat otak Mei tenang dan nyaman untuk sejenak, nyatanya mama Inka tak benar-benar membiarkan sang putri untuk bersantai sampai tertidur.

Ia mencondongkan badannya hingga kini saat ia bicara dengan berbisik, Mei langsung melotot terkejut, "jadi, gimana kabarnya kkn?"

"Aku kkn bareng....Jingga, mama masih ingat kan?"

Dan ucapan itu justru memiliki reaksi berbanding terbalik dari mama dengan yang ditunjukan olehnya tadi di kampus. Mama justru lebih---menatap penuh binar harapan. Seolah kembali menemukan permata yang hilang dan cukup ia rindukan, saat mendengar kata Jingga.

"Oh bagus dong, mama jadi bisa titipin kamu sama Jingga."

Mei melirik dengan mata pedangnya cepat, yang benar saja. Dititip, dipikir barang?

"Eh, udah lama banget ya...udah berapa tahun coba, Jingga kok ngga pernah main kesini, kamu ngga kasih tau kamu balik ke Jakarta lagi apa gimana?" cecaran pertanyaan mama semakin membuat kepalanya pening saja dan memilih hanya menjawab engga dan ngga tau saja. Jawaban paling munafik yang ia keluarkan setelah dulu ia sempat bilang pada seseorang jika ia akan baik-baik saja tanpa dirinya.

Mei meloloskan nafas lelahnya, seperti baru menanggung beban yang teramat berat.....

"Sudah konsul sama dokter Dewi? Obat?" papa Adit meledakan kekhawatirannya pada sang putri. Dan Mei, tanpa semangatnya mengangguk.

Seperti---helaan berat itu berkali-kali ia hembuskan sebelum kenyataan pahit jika ia akan hidup bersama orang itu dalam waktu 45 hari ke depan, apa yang mau ia lakukan cobak?! Bagaimana ia harus bersikap?

"Hindari aktivitas yang memicu luka. Atau aktivitas berat yang bakalan beresiko memperburuk kondisi kamu."

Kini ia meloloskan kata, iya pah...

"Mama bilang kamu satu kelompok sama Jingga?" kembali pertanyaan yang berputar di Jingga harus menjadi topik malam ini, di meja makan pula...bikin naf suu makannya tertebak angin mengingat adegan usap binti mengusap siang tadi dan semua potret sepasang kekasih itu selama di kampus yang terbingkai oleh netra Mei kembali mengulas kaset yang di rewind dan bikin hati mencelos sakit, "Jingga udah punya cewek deh pa, jangan berpikir mau telfon terus titip Mei...no, itu ide buruk."

"Loh, emangnya kalo punya pacar kenapa? Toh ngga minta dititip sebagai istri juga, kan..." suara mama berhasil membuat Mei menoleh horor, mungkin maksud mama...loh, emangnya kalo punya pacar kenapa? Toh janur kuning belum melengkung kan?! Sebab kini tampang mama Inka terlihat mengernyit tengil.

Makin ngaco.

"Dititip aja sebagai teman, seenggaknya kalo ada apa-apa kamu ngga canggung. Jingga juga lebih tau kondisi kamu, daripada yang lain...biar lebih perhatiin kamu aja."

Apa? Kembali Mei menoleh horor pada mama, perhatiin gimana maksudnya?! Lalu usahanya yang selama ini berusaha untuk tak jadi pusat perhatian Jingga harus sia-sia begitu saja? Oh ayolah, sejak awal kehadirannya kembali di Jakarta, bahkan Jingga sudah memusuhinya.

Dengan wajah ketusnya Mei mencoba memberikan pengertian, "dititip Allah aja, Mei kan punya Tuhan..."

.

.

.

Terpopuler

Comments

Salim S

Salim S

ooh mungkin mereka udahan karena mei ngga mau jingga tahu kalau sebenarnya dia mengidap suatu penyakit yg mungkin berat ya teh...makannya mereka udahan dengan baik-baik, but...mungkin juga jingga jadi salah paham dikira mei emang udah ngga sayang lagi sama dia....duuuh jadi pusing sendiri...teh..ngga bikin pengumuman apa di cerita nya bang ghi dan aya kalau ada cerita baru soalnya aku aja baru tahu setelah buka profil teteh..
kalau ngga buka profil teteh ngga tahu ada cerita baru...

2025-06-14

5

S𝟎➜ѵїёяяа

S𝟎➜ѵїёяяа

gak kuat ya mei , tatapan senja seperti sorotan lampu di sound horeg...
sungguh menyilaukan wkwkwkwk
aku suka kisah ini .. manis seperti kisah remaja 😂😂 jadi mengulang kenangan saat² masa sekolah/Facepalm//Facepalm/
boleh nih sekedar menemani para readers , baca novel ini sambil putar lagu Ed Sheeran "Thinking out loud "

2025-06-14

2

Kh2103💙

Kh2103💙

Gak tau mau komen apa... aslinya msh bingung bgt sm renggangnya mei dan jingga.... ikut alurnya aja lah... gmn teh sin aja aku mah? Udah bisa baca dgn nyaman dan terhibur pun udah alhamdulillah,,, makasih banyak" teh udah buat karya" yg kereennn" bgt... gak bosen bacanya walo udah ku ulang"....😊💟

2025-06-14

1

lihat semua
Episodes
1 KKN 21
2 Prediksi cuaca
3 Goes To Cikalong
4 Dititip Allah aja
5 Survey lokasi
6 Hey hati, apa kabarmu?
7 Alam kubur
8 Lari dari masalah
9 Kisah yang tak kan ada akhirnya
10 Dokumentasi
11 Ada hati yang merindu
12 Evaluasi malam
13 Sedetik yang lalu
14 Menyentil Ego
15 One step closer
16 Mau kamu
17 Godaan terdahsyat
18 Hay Arika....
19 Cemburu dan Modus
20 Mama Corla
21 Alasannya, Meidina.
22 Amanah
23 Kepingan puzzle
24 Si miskin dan si kaya
25 Bisik-bisik tetangga
26 Evaluasi malam
27 Kamu sakit?
28 Suara hati kkn 21
29 Jembatan (icon) Widya Mukti
30 Bibit awan cumulonimbus
31 Kondisi tak kondusif
32 Lelah dan chaos
33 Aku pernah merasakan
34 Padahal ku kira...
35 Intropeksi satu sama lain
36 Ya ampunnn!
37 Berkali-kali lipat
38 Anjeli jodohnya Rahul
39 Transplantasi hati
40 Sesi foto
41 Misteri segitiga yang hilang
42 Sidak ceriwis
43 Jangan lagi berlari, karena aku sudah bisa mengejar
44 Main air
45 Dipilih-dipilih
46 Isu hangat
47 Bapak rumah tangga
48 Yuk belanja!
49 War in the kitchen
50 Chef team
51 Sang Romantic Hopeless
52 Mencuri start
53 Balada pengghibah
54 Feel better
55 Jangan anggap lemah
56 Semuua tentang kebersamaan
57 Pillow talk eonni
58 Kuat iman imin
59 Poor Arlan
60 Pengintaian
61 Terbongkar
62 Orang jahat terlahir dari orang baik yang disakiti
63 Nge-drakor
64 Tak seindah yang dibayangkan
65 Greenhouse dan Alby
66 Siapa?
67 Kedatangan Dosen Pembimbing Lapangan
68 Pak Sul datang
69 Kunjungan bagian 1
70 Kunjungan bagian 2
71 Kunjungan bagian 3
72 Balada anak ku_nyuk
73 Totalitas tanpa batas
74 Langit tanpa bintang
75 Stamina jangan kendor guys...
76 Sakit?
77 Pasukan bocah
78 Kembalinya masalah di masa lalu
79 Sesingkat sms
Episodes

Updated 79 Episodes

1
KKN 21
2
Prediksi cuaca
3
Goes To Cikalong
4
Dititip Allah aja
5
Survey lokasi
6
Hey hati, apa kabarmu?
7
Alam kubur
8
Lari dari masalah
9
Kisah yang tak kan ada akhirnya
10
Dokumentasi
11
Ada hati yang merindu
12
Evaluasi malam
13
Sedetik yang lalu
14
Menyentil Ego
15
One step closer
16
Mau kamu
17
Godaan terdahsyat
18
Hay Arika....
19
Cemburu dan Modus
20
Mama Corla
21
Alasannya, Meidina.
22
Amanah
23
Kepingan puzzle
24
Si miskin dan si kaya
25
Bisik-bisik tetangga
26
Evaluasi malam
27
Kamu sakit?
28
Suara hati kkn 21
29
Jembatan (icon) Widya Mukti
30
Bibit awan cumulonimbus
31
Kondisi tak kondusif
32
Lelah dan chaos
33
Aku pernah merasakan
34
Padahal ku kira...
35
Intropeksi satu sama lain
36
Ya ampunnn!
37
Berkali-kali lipat
38
Anjeli jodohnya Rahul
39
Transplantasi hati
40
Sesi foto
41
Misteri segitiga yang hilang
42
Sidak ceriwis
43
Jangan lagi berlari, karena aku sudah bisa mengejar
44
Main air
45
Dipilih-dipilih
46
Isu hangat
47
Bapak rumah tangga
48
Yuk belanja!
49
War in the kitchen
50
Chef team
51
Sang Romantic Hopeless
52
Mencuri start
53
Balada pengghibah
54
Feel better
55
Jangan anggap lemah
56
Semuua tentang kebersamaan
57
Pillow talk eonni
58
Kuat iman imin
59
Poor Arlan
60
Pengintaian
61
Terbongkar
62
Orang jahat terlahir dari orang baik yang disakiti
63
Nge-drakor
64
Tak seindah yang dibayangkan
65
Greenhouse dan Alby
66
Siapa?
67
Kedatangan Dosen Pembimbing Lapangan
68
Pak Sul datang
69
Kunjungan bagian 1
70
Kunjungan bagian 2
71
Kunjungan bagian 3
72
Balada anak ku_nyuk
73
Totalitas tanpa batas
74
Langit tanpa bintang
75
Stamina jangan kendor guys...
76
Sakit?
77
Pasukan bocah
78
Kembalinya masalah di masa lalu
79
Sesingkat sms

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!