Chapter 2

Gadis bernama Mika itu tersentak kaget, hingga dia mengeratkan pelukanya pada buku-buku yang dia bawa tadi.

"Siapa, kamu? Anak baru?" jawab gadis berambut lurus, dengan bando bewarna merah. Wajah gadis itu terlihat sinis, menatap remeh, sambil mengunyah permen karet.

"M I K A ...." gadis bernama Eca itu memajukan setengah badanya, mengeja nama yang tertera diseragam Mika. "Oh, jadi namamu Mika?" tanya Eca kembali.

Mika menangguk pelan, menampakan raut wajah ketakutan.

Irene~gadis berbando tadi, sedikit memundurkan satu langkah, mengisyarat pada Eca, agar temannya itu mengerti.

Setelah berbisik beberapa detik, Iren mendekat lagi kearah Mika. Ujung bibirnya terangkat tipis, hingga dia berjalan mengitari gadis culun itu.

"Mika, bagaimana kalau kamu masuk kedalam gengku saja? Aku kasian sama kamu, karena kamu murid baru, pasti tidak memiliki teman disini," gumam Irene, yang kini sudah berhenti kembali didepan Mika. Jemari lentiknya terulur sedikit menarik rambut kepang sebelah Mika, hingga dihempaskan kembali dengan cepat.

Mika sedikit ragu dengan tawaran teman barunya kini. Namun, tidak ada salahnya dia mencoba berteman kembali. Sejak dulu, Mika selalu mendapat bullian disekolahnya, hingga orang tuanya memutuskan memindah Mika disekolah barunya kini.

"Sudahlah, Mika ... Jangan banyak berpikir! Ayo!" Eca langsung merengkuh pundak Mika, diajaknya berjalan masuk menuju kelas, tanpa peduli wajah Mika yang terlihat sangat keberatan.

Irene yang berjalan dibelakang mereka berdua, kini tampak bersedekap dada, menyungging senyum puas, karena sebentar lagi ambisinya akan terlaksana.

Tak terasa, waktu sudah menunjukan pukul 11.00 yang dimana anak-anak sudah saatnya beristirahat.

Entah mengapa, sejak tadi Haikal tampak risau, dan tidak begitu tenang saat pelajarannya berlangsung. Tubuh Haikal benar ada didalam kelas, namun pikirannya mendadak tertuju kepada sang Ibu yang berada dirumah.

Tidak biasanya Haikal berpikir seperti saat ini. Begitu keluar kelas, dia langsung duduk dibangku taman, mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi sang Ibu~Sabrina.

*****

Sementara dirumah, Mbak Nur sang pelayan, kini tampak berjalan kesana kemari, karena sejak tadi ponsel majikannya itu berdering tanpa jeda, yang saat ini tertinggal diatas meja makan.

"Duh ... Bu Brina dimana sih? Ini Mas Haikal telfon terus, tapi dimana orangnya," gumam Mbak Nur, sambil berjalan bingung menuju lantai dua.

Brina~dia sejak tadi masih duduk termenung didalam ruangan kerja suaminya. Air matanya terasa kering, hingga menjerit saja dia sudah tidak berselera. Tatapannya berubah dingin, hingga senyum indah yang selalu terpancar, kini hilang bak tertelan bumi.

'Aku tidak boleh kalah dengan rasa sakit ini! Putraku masih membutuhkan aku. Aku harus kuat, dan mencari tahu semua kebusukan mas Rangga selama ini!' Brina sudah bertekad untuk mencari tahu semuanya. Dan mulai hari ini, dia bukan lagi dirinya.

Begitu pintu terbuka,

Ceklek!!!

Mbak Nur sedikit melonjak kaget, saat melihat majikannya baru saja keluar dari ruangan kerja tersebut.

"Bu Brina, Anda baik-baik saja?" tegur sang pelayan, memfokuskan pandanganya pada wajah sembab sang majikan.

"Tadi habis nonton drama didalam, Mbak! Ceritanya agak sedih, jadi nangis deh tadi," dalih Brina tersenyum tipis.

Pandangan Mbak Nur kembali jatuh pada ponsel Brina yang sejak tadi dia bawa mondar mandir. "Bu ... Ini tadi Mas Haikal telfon terus! Ini, siapa tahu penting."

Brina sedikit mengernyit, karena tidak biasanya sang putra menelfon dirinya, pada saat sekolah berlangsung. Setelah dia menerima ponselnya, dia berjalan agak menjauh menuju teras balkon samping, mencoba menghubungi kembali putranya.

Drtt.. Drtt..

Baru saja Haikal akan beranjak dari duduknya, ponsel yang berada dalam genggaman tanganya bergetar. Dia urungkan, dan langsung duduk kembali, sambil menerima panggilan sang Ibu.

"Mah, Mamah dirumah baik-baik saja 'kan? Mamah nggak lagi kemana-kemana 'kan?" Sederet pertanyaan langsung Haikal lontarkan, berharap sang Ibu dalam keadaan tenang dirumah.

Senyum hangat kembali terbit, dan itu hanya akan ditunjukan pada putranya seorang.

📞 "Mamah baik-baik saja, Haikal! Ini aja Mamah dirumah kok. Memangnya kenapa, tiba-tiba banget telfon Mamah?" dalih Brina kembali, menyembunyikan rasa sesak yang kini kembali menjeruat.

"Syukurlah kalau Mamah nggak kenapa-kenapa! Perasaan Haikal tadi nggak enak banget, tiba-tiba kepikiran sama Mamah. Ya udah, Haikal mau makan siang dikantin dulu. Nanti Haikal pulang agak telat, karena ada latihan basket!" terangnya sambil menatap arloji di tangannya.

📞 "Hati-hati, Sayang! Byeee ...." Brina memutus panggilan telfonnya, dengan air mata yang kembali menetes, terjun bebas menerjang rahang lemahnya.

Dadanya kembali terasa nyeri, kala apa yang dia rasakan, rupanya berpengaruh besar pada pikiran sang putra.

Diusiannya yang tak lagi muda, Brina hanya dapat bersabar, memposisikan dirinya sebaik mungkin untuk mengatur strategi. Jika saja, kebusukan itu tercium sejak dulu, yang dimana pada saat itu usianya masih muda. Niscaya, Brina akan mencari tahu kemana-mana, mengekspresikan rasa sakitnya dengan menumpahkan emosinya sekuat mungkin pada sang suami.

Tetapi, usianya kini sudah kepala 4. Dia tidak mungkin bertengkar hebat, sementara putranya sudah semakin besar. Brina tidak ingin, apa yang terjadi dalam rumah tangganya, akan berpengaruh besar terhadap tumbuh putranya~Haikal.

Siang ini, Brina memutuskan menuju kekantor suaminya, ingin mencari tahu, dengan dalih mengajak Rangga makan siang.

*****

"Iya ... Nanti Papah pasti akan pulang! Tapi tidak dapat sore ini, Sayang! Nanti Papah transfer saja ya, buat uang jajannya! Iya ... Byeee!"

Tok!! Tok!!!

Rangga terpaksa memutus sambungan telfonnya dengan seseorang disebrang, karena dari luar terdengar suara ketukan pintu.

"Masuk!" jawabnya.

Wanita cantik dengan setelan batik modisnya, kini masuk kedalam dengan sopan.

"Permisi Pak, Anda sudah ditunggu Ibu di Lobi!" ucap sang sekertaris yang bernama Vira.

Rangga mengernyitkan dahi. Dia merasa aneh, mengapa istrinya tidak langsung masuk kedalam. Dan malah memposisikan diri sebagai tamu, yang sedang menunggu kedatangannya.

"Loh, suruh Ibu masuk, Vira!" perintahnya seraya bangkit.

"Maaf, Pak ... Tapi Ibu menolak! Dia hanya ingin mengajak Anda untuk makan siang," perjelas Vira, sesuai perintah Sabrina. "Saya permisi dulu," lanjutnya.

Rangga segera bangkit, sambil menarik kerah jasnya. Pikirannya menerka, merasa bingung dengan sikap aneh yang ditunjukan istrinya barusan.

Drrt.. Drrt..

Masih duduk disofa tunggu, Brina merogoh gawai yang saat ini berada dalam tas jinjingnya.

Senyum simpul mengembang, disaat melihat nama sang adik tertera jelas dalam layar ponselnya.

"Hallo, ada apa Revan?"

📞 "Mbak, apa Mbak sibuk? Ada yang ingin aku bicarakan dengan Mbak!" tanya Revan dengan nada cemasnya.

"Nggak juga sih, mungkin setelah selesai makan siang. Karena ini Mbak lagi ada dikantornya Mas Rangga," jawab Brina seraya bangkit dari duduknya berjalan kesamping.

Dari arah pintu masuk, datang seorang wanita dewasa, bekisar umur 40 tahun. Jika dari penampilan, wanita itu mengenakan setelan casual yang senada dengan sepatunya, rambut dibiarkan tergerai lurus, dengan pita yang menjepit sebagian rambut belakangnya.

Wanita itu berjalan menuju tempat resepsionis, terlihat berhenti, dengan beberapa pertanyaan.

Sementara Brina, setelah tadi bercengkrama dengan sang adik, dia kembali lagi duduk ditempatnya semula. Brina sempat menoleh sekilas pada wanita yang berdiri tadi. Namun dia enyahkan, mungkin saja rekan kerja atau kepentingan lainnya.

Rangga yang baru tiba dari belokan, sempat menghentikan langkahnya sejenak. Wajahnya terlihat menahan keterkejutan yang mendalam, disaat tatapannya jatuh pada kedua wanita didepannya. Namun Rangga langsung mencoba tenang, dan memutus pandangannya dari wanita asing tadi, sambil melanjutkan jalannya kedepan.

"Sayang ...." seru Rangga mendekat kearah Brina.

Tetapi, anehnya ... Wanita asing tadi juga menoleh, bersamaan dengan Brina. Namun karena resepsionis tadi berbicara lagi, sehingga wanita asing tadi terpaksa memutus pandangannya.

Brina segera bangkit. Begitu Rangga sudah ada disebelahnya, "Dek ... Kok nggak langsung masuk saja!" ucap Rangga, sedikit menahan cemas.

"Sama saja disini! Jika belum makan siang, aku ingin mengajakmu makan siang sekalian," ujar Brina dengan wajah tenang. Jujur saja, rasanya saat ini air mata Brina ingin sekali keluar. Melihat bagaimana suaminya memperlakukan dirinya selembut itu, semakin membuat sesak dada Brina, seolah Rangga melilitnya dengan belati tajam.

Deghhh!!!

Terpopuler

Comments

YuWie

YuWie

wah, brina ketemu madu nya si aruna2 itu tapi gak nyadar ya

2025-07-21

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2
3 Chapter 3
4 Chapter 4
5 Chapter 5
6 Chapter 6
7 Chapter 7
8 Chapter 8
9 Chapter 9
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 29
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chaoter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chaptet 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Chapter 45
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Promosi buku baru ~Tertawan Diantara 2 Takdir~
56 Chapter 55
57 Chapter 56
58 Chapter 57
59 Chapter 58
60 Chapter 59
61 Chapter 60~Season 2
62 Chapter 61~season 2
63 Chapter 62~season 2
64 Chapter 63~season 2
65 Chapter 64~season 2
66 Chapter 65~season 2
67 Chapter 66~season 2
68 Chapter 67~season 2
69 Chapter 68~season 2
70 Cahpter 69~season 2
71 Chapter 70~season 2
72 Chapter 71~season 2
73 Chapter 72~season 2
74 Chapter 73~seosan 2
75 Cahpter 74~season 2
76 Chapter 75~season 2
77 Cahpter 76~season 2
78 Chapter 77~season 2
79 Chapter 78~season 2
80 Chapter 79~season 2
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2
3
Chapter 3
4
Chapter 4
5
Chapter 5
6
Chapter 6
7
Chapter 7
8
Chapter 8
9
Chapter 9
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 29
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chaoter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chaptet 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Chapter 45
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Promosi buku baru ~Tertawan Diantara 2 Takdir~
56
Chapter 55
57
Chapter 56
58
Chapter 57
59
Chapter 58
60
Chapter 59
61
Chapter 60~Season 2
62
Chapter 61~season 2
63
Chapter 62~season 2
64
Chapter 63~season 2
65
Chapter 64~season 2
66
Chapter 65~season 2
67
Chapter 66~season 2
68
Chapter 67~season 2
69
Chapter 68~season 2
70
Cahpter 69~season 2
71
Chapter 70~season 2
72
Chapter 71~season 2
73
Chapter 72~season 2
74
Chapter 73~seosan 2
75
Cahpter 74~season 2
76
Chapter 75~season 2
77
Cahpter 76~season 2
78
Chapter 77~season 2
79
Chapter 78~season 2
80
Chapter 79~season 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!