Musim Gugur, dua belas tahun yang lalu...
Langit Ibukota sedang tidak bersahabat.
Hujan turun deras dan matahari enggan muncul. Warga biasa memilih untuk menyembunyikan diri di dalam rumah, menyeruput teh hangat, berharap hujan segera reda, dan petir tidak akan menghancurkan atap mereka.
Tapi, di depan Mansion Jenderal Bai, suasananya justru lebih rumit dari sekedar hujan dan badai.
Di bawah guyuran hujan deras, seorang gadis kecil berdiri sambil memegangi payung merah muda, yang ukurannya bahkan lebih besar dari tubuhnya sendiri.
Jadi, berapa tinggi badannya…? Hm, mungkin sekitar tiga kaki!
*Tiga kaki \= 91 cm*
"Permisi..." Suara itu terdengar sangat imut dan manis, tapi sayangnya, tertelan oleh suara gemuruh hujan badai.
Untung saja, para penjaga gerbang Mansion Jenderal memiliki pendengaran yang jauh lebih peka, dari rata-rata rakyat biasa. Salah satu penjaga melangkah dengan cepat, alisnya berkerut, melihat seorang gadis kecil yang seharusnya berada di rumah yang hangat, malah berdiri di tengah badai.
"Gadis kecil, kau... sedang apa di sini? Apa kau tersesat?"
Gadis itu menatap dengan mata yang berbinar. Suaranya sedikit bergetar, entah karena hujan atau... karena hal yang akan dia katakan.
"Paman... Apakah ini, benar Mansion Jenderal Bai?"
Sebelum penjaga itu sempat menjawab, tangan mungil itu mengeluarkan secarik surat yang distempel bunga plum.
"Ibuku mengatakan... Jenderal Bai akan menerimaku... Jika membaca surat ini."
Penjaga itu mengambil surat itu dengan mengerutkan keningnya.
"Siapa ibumu?"
"...Feng Yu Jian." jawab gadis itu dengan lantang.
Tunggu... Feng Yu Jian? Itu adalah nama paling tabu, yang seharusnya tidak disebutkan di tempat ini.
Penjaga itu membeku. Dan tanpa sadar menelan ludahnya, napasnya tertahan. Haruskah dia memberitahu Jenderal? dia bisa membayangkan konsekuensi dari berita yang akan dia sampaikan.
Bahkan, nama itu dilarang disebutkan di Istana. Karena jika kau memaksa menyebutnya, jangankan para pria tua di istana, bahkan kaisar pun akan lupa cara bicara.
***
Ruang Kerja Jenderal Bai
Disisi lain, Sang Jenderal Bai Wenyuan, sedang membaca laporan dari barak militer dengan wajah yang datar seperti biasa. Saat seseorang mengetuk pintu, ia hanya berdeham sedikit, sebagai tanda persetujuan.
Tok... Tok... Tok...
“Lapor Jenderal, penjaga gerbang utama mohon izin untuk menghadap,” ucap Kepala Pelayan Zhang.
“Biarkan dia masuk.”
Saat penjaga itu masuk, Bai Wenyuan tak menghentikan pekerjaannya, dia bahkan tidak mengangkat kepalanya. Setidaknya, sampai dia mendengar apa yang dikatakan oleh penjaga itu.
“Lapor Jenderal... Diluar, ada seorang gadis kecil yang datang dan berkata... dia adalah putri dari Feng Yu Jian.”
Suasana mendadak sunyi, seolah waktu ikut berhenti. Dan laporan di tangan sang Jenderal, hampir robek.
Karena tidak ada tanggapan, penjaga itu merasa cemas, keringat mengucur deras di dahinya, sampai-sampai dia bisa mendengar suara detak jantungnya.
Detik demi detik berlalu, menambah kecemasan dan ketegangan di dalam ruangan itu.
Lalu... BRAK!
Jenderal Bai tiba-tiba saja berdiri, bahkan kursinya terjatuh ke belakang.
Tanpa sepatah katapun, ia berbalik, dan melesat keluar dengan cepat. Hanya sang penjaga dan Kepala Zhang yang tersisa, yang membuatnya sedikit canggung,
***
Pos Utama Penjaga
Hujan masih mengguyur dengan deras. Halaman Mansion Jenderal pun tak luput dari genangan demi genangan air di tanah. Tapi siapa peduli? Saat ini, pikiran Bai Wenyuan penuh dengan Feng Yu Jian. Bahkan, dia hanya acuh saat pakaian militernya basah kuyup.
Saat dia tiba di pos penjagaan utama, tak ada satupun penjaga berani bersuara soal etika berpakaiannya. Semuanya langsung memberikan hormat militer padanya.
Namun, Bai Wenyuan seolah tidak peduli. Matanya langsung tertuju pada seorang gadis kecil yang sedang berjongkok di sudut ruangan.
Saat gadis itu mendongak, Tatapan mata mereka bertemu.
Mata itu...
Bulat dan jernih, juga penuh rasa ingin tahu. Tapi... juga ada sesuatu yang mirip. entahlah, apakah itu hanya perasaannya? dia merasa mata mereka mirip satu sama lain.
Namun, Hidung kecil, dan bibir mungil itu, bahkan cara duduknya— benar-benar mirip Yujian. Bahkan terlalu mirip.
Melihat itu, sang Jenderal tiba-tiba merasa lembut di hatinya. Seperti... melihat potongan masa lalu yang berubah menjadi nyata.
Perlahan, dia mendekati gadis kecil itu. Dia ikut berjongkok dan bertanya, “Nak, siapa namamu?”
Gadis itu tersenyum cerah dan menjawab tanpa ragu.
“Feng... Xiuying.”
***
Saat Ini – Kediaman Jenderal Bai
“Feng... Xiu... Ying...” Qin Yue terus mengulang nama itu dalam tidurnya.
“Tabib Qin... Bagaimana kondisi Xiuying?” tanya Bai Zen, setengah panik.
Baru beberapa saat yang lalu, gadis itu bangkit dari kematian. Dia bahkan masih sempat meminta nasi karena lapar. Tapi sekarang, dia kembali terbaring lemah, seperti bunga plum yang layu di ujung musim semi.
“Jangan terlalu khawatir Tuan Muda. Putri Xiuying baik-baik saja. Dia hanya tertidur." jelas Tabib Qin.
"Aku tahu. Tapi aku tetap merasa khawatir." ucap Bai Zen.
"Tuan Muda. Sepertinya... ingatan Tuan Putri akan kembali lebih cepat dari perkiraan, Jadi, tubuhnya merespon dengan keinginan untuk istirahat yang lebih banyak.” ujar Tabib Qin sambil memeriksa denyut nadinya.
Bai Zen menatap adiknya yang terbaring di tempat tidur. Wajahnya pucat, keringat terus membasahi dahinya, dan bibirnya terus menggumamkan sesuatu, seolah menyebut nama seseorang dalam mimpinya.
Tanpa sadar, Bai Zen mengulurkan tangannya, merapikan rambut Xiuying yang kusut.
“Ying’er...”
Di matanya, dia bukan lagi bocah kecil yang menyelinap masuk ke dalam kehidupannya, juga keluarganya. Bukan pula ancaman seperti yang dulu ia khawatirkan.
Dulu, dia sempat merasa takut... takut jika ayahnya akan lebih mencintai gadis kecil ini, dan membuang dirinya.
Tapi, Xiuying tidak pernah mengambil apa pun darinya. Dia hanya terus mengikutinya, memanggilnya—“Kakak Bai~ Kakak Bai~” dengan suara semanis susu.
Dan sekarang...
Tak peduli apakah mereka memilik darah yang sama atau tidak. Xiuying akan tetap jadi satu-satunya adiknya.
Dan dia, Bai Zen... Bersumpah! Jika dia akan menjadi mata, perisai, dan pedang bagi gadis kecil ini, yang kini tengah terbaring dalam mimpi masa lalunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
neen
sempet lupa sma.crtanya krn lama update kak. hehe
2025-06-13
0
Santy Susanti
mkasih dah Up🙏🏻🙏🏻🙏🏻😘😘
2025-06-13
0