Latihan dasar Assasin

Setelah latihan tanding tadi, Rio masih terengah-engah, berlutut di lantai halaman rumah. Nafasnya berat, peluh membasahi dahinya.

Ayahnya perlahan mendekat, berdiri tegak di hadapan anaknya yang kelelahan.

“Kau memang sangat lemah dalam hal stamina, ya...” ucap ayahnya dengan nada datar, namun dalam.

Rio mendongak, menatap sosok ayahnya yang berdiri kokoh di bawah cahaya matahari pagi. Dalam matanya, terlihat kekaguman... dan keinginan.

“Aku... ingin sekali punya kekuatan seperti Ayah… dan fisik yang kuat seperti Ayah juga...” gumamnya, hampir berbisik, seolah mengucapkan harapan dari dasar hatinya.

Ayahnya terkejut sejenak mendengar kata-kata tulus dari putranya. Namun, tak lama kemudian, wajahnya berubah menjadi lembut dan tersenyum tipis.

“Kalau begitu… istirahatlah dulu sebentar,” ucap sang ayah sambil menepuk ringan bahu Rio.

“Setelah kau pulih dan punya tenaga lagi, datanglah ke sini. Ayah akan menunggumu di tempat ini.”

Setelah diberi waktu istirahat oleh ayahnya, Rio merasa dorongan kuat dalam dirinya untuk bisa menggunakan skill seperti milik ayahnya.

"Aku harap... ayah nanti akan mengajarkanku skill yang selalu dia pakai..." gumam Rio lirih.

Ia berjalan pelan menuju pintu kamarnya, membuka dengan lesu, lalu masuk dan duduk di lantai kamarnya sendiri.

"SIALL... PAYAH SEKALI TUBUH INI... PADAHAL AKU BELUM MENGGUNAKAN EYES OF LIGHT SEPENUHNYA!" teriaknya dalam hati, penuh rasa frustrasi.

Ia menggenggam erat celananya, menunduk, dan matanya memerah karena emosi yang ia pendam.

"KENAPA TUBUH INI TIDAK ADA SKILL CHEAT... PADAHAL AKU DIREINKARNASI..."

Beberapa saat kemudian, ibunya, Akagami Tasya, datang menghampiri pintu kamar Rio. Ia berdiri di sana sejenak, memperhatikan anaknya yang duduk lesu di lantai, merasa kasihan.

"Rio sayang, kamu kenapa?" tanya ibunya dengan lembut.

Rio pun terpaku. Ia menoleh ke belakang dan melihat sosok ibunya berdiri di ambang pintu.

"Tidak apa-apa, Ibu..." balas Rio pelan.

Tasya melangkah mendekat, lalu duduk di samping anaknya.

"Apa kau merasa frustrasi karena latih tanding tadi dengan ayahmu?" tanyanya dengan suara lembut namun penuh perhatian.

Rio menggeleng pelan, lalu menjawab dengan nada sedikit lesu.

"Bukan itu... tapi aku tidak bisa menggunakan skill-ku sepenuhnya. Tubuh ini terasa lemah... terutama dalam hal stamina..."

"Dan ayah masih terlihat santai apabila aku menyerangnya..." katanya lagi.

Dan ibunya pun membalas perkataan Rio dengan senyum lembut.

"Tidak apa-apa, Rio. Ayahmu juga dulu lemah dalam hal stamina saat mulai menjadi seorang Assassin… sejak usianya 18 tahun," kata ibunya pelan.

"Tapi sejak saat itu, dia terus berlatih keras bersama gurunya. Sejak berlatih dengannya... ayahmu tidak pernah lagi terlihat kelelahan."

Rio pun terdiam, terpaku mendengar kisah masa lalu ayahnya. Ia menoleh ke arah ibunya dan bertanya dengan nada penasaran.

"Kalau begitu… gimana ibu bisa menyukai ayah? Atau… apa ibu yang menyukai ayah waktu itu!?"

Dan ibunya tersenyum manis, lalu berkata pelan...

"Rahasia..." katanya sambil menahan tawa.

Rio langsung mendekat dengan ekspresi kesal bercampur penasaran.

"Ahh... ibu pelit... malah dirahasiain dari anaknya sendiri..." gumam Rio sambil cemberut.

Ibunya hanya tertawa pelan dan mengelus lembut kepala Rio.

"Dahh... sekarang kamu pergi ke halaman dulu. Ayahmu sudah menunggu di sana," ucap ibunya.

Rio pun mengangguk dan tersenyum semangat.

"Baik, bu!" balasnya sambil berlari kecil meninggalkan kamar.

Setelah berbicara dengan ibunya, Rio pun berjalan menuju halaman rumah, tempat di mana ayahnya sudah menunggu.

"Apa kau sudah punya tenaga untuk latihan kali ini?" tanya ayahnya sambil menatap Rio dengan serius.

Rio mengangguk mantap dan membalas dengan semangat.

"Iya... Ayah!"

Ayahnya tersenyum tipis, lalu berkata,

"Baiklah... kalau begitu."

Dalam sekejap, ayahnya langsung mengaktifkan skill menghilangnya. Rio terkejut saat tiba-tiba ayahnya sudah berdiri tepat di hadapannya sambil melepaskan aura Assassin yang dingin dan tajam.

"H-Hah!? Secepat itu...!?" Rio membatin, matanya membelalak.

Ayahnya menatap langsung ke mata anaknya dan berkata pelan namun penuh tekanan.

"Kau ingin menggunakan skill ini juga?"

Lalu dia menambahkan dengan nada tegas,

"Tapi, ada syaratnya."

Rio terpaku, menelan ludah.

"Syaratnya... apa?" tanya Rio penasaran.

Ayahnya menyilangkan tangan di dada dan berpikir sejenak sebelum menjawab,

"Karena kau masih lemah dalam hal stamina, ayah ingin kau melatih ketahanan fisikmu dulu, menghadapi latihan yang akan ayah berikan secara langsung."

Terpopuler

Comments

Filan

Filan

latihan melelahkan kalau dibarengi motivasi yang kuat akan terasa perjuangannya.
Misal kalau dia adalah orang yang dulunya OP dan ingin membangkitkan kembali kekuatannya untuk balas dendam. itu bisa dimengerti dibanding dia yang dulunya hanya kerja kantoran aja udah repot dan banyak mengeluh.

Dia pasti motivasinya bisa hidup lebih santai menikmati dibanding sebelumnya yang terlalu sibuk bekerja.

2025-06-14

0

Filan

Filan

Oke Thor. Semangat menulis, ya.
Maaf kalau ada komentar yang kurang sreg.

2025-06-14

0

Filan

Filan

payah apanya? bukankah tubuhnya dulu lebih payah dari sekarang?

2025-06-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!