Tiga hari telah berlalu sejak pertarungan intens dan latihan keras di hutan bersama ayahnya. Matahari pagi perlahan menyinari bilik Rio melalui celah-celah jendela kayu. Udara masih sejuk dan segar.
Rio terbangun di atas katilnya dengan tubuh yang terasa berat dan kepala yang berdenyut.
"Ahhh... sakit sekali kepalaku..." keluh Rio sambil memegang dahinya. Keringat dingin masih menempel di pelipisnya.
Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka perlahan.
Sosok ayahnya, Akagami Zero, berdiri di sana dengan ekspresi tenang namun penuh perhatian.
"Kau sudah sadar ya." kata ayahnya sambil melangkah mendekat.
Rio memandang ayahnya dengan mata yang masih lelah.
"Iya... tapi aku masih rasa penat..." jawab Rio perlahan.
Zero duduk di sisi tempat tidur putranya dan menatapnya dalam-dalam, seolah sedang mengukur kekuatan dan ketahanan mental Rio.
"Kalau begitu, bangun perlahan. Pergi sarapan dahulu." katanya dengan nada tegas namun hangat.
"Setelah itu, ayah akan memperkenalkan... guru peribadi kamu yang baru."
Rio sempat terdiam sejenak, matanya membulat sedikit, jelas terkejut dengan kabar itu.
"Guru peribadi...?" bisiknya dalam hati.
Lalu ia mengangguk pelan sambil duduk di pinggir tempat tidur.
"Iya, ayah..." jawab Rio, suaranya mulai terdengar lebih kuat.
Zero berdiri dan berjalan keluar, membiarkan Rio bersiap-siap.
Sementara itu, di luar rumah, seorang wanita misterius bertopeng berdiri menunggu di bawah bayangan pohon besar… sosok yang akan mengubah jalan hidup Rio berikutnya.
Setelah selesai sarapan dan bersiap, Rio pun keluar menuju halaman belakang, tempat ayahnya biasanya menunggu.
Sesampainya di sana, dia melihat dua sosok, ayahnya, Akagami Zero, dan seorang gadis misterius bertopeng yang berdiri tegak di sampingnya. Aura gadis itu terasa tajam, tenang, namun menyimpan sesuatu yang berbahaya.
Rio melangkah mendekat, matanya menatap penuh tanya.
"Ayah... siapa gadis itu?" tanya Rio dengan nada penasaran.
Zero melirik putranya sambil menyilangkan tangan.
"Dia... adalah guru peribadi kamu mulai hari ini."
Mendengar itu, Rio terkejut sejenak, sebelum gadis bertopeng itu melangkah maju ke hadapannya. Dengan tenang, dia melepas topengnya perlahan, terungkaplah wajah seorang wanita muda yang memiliki tatapan tajam namun tenang, dan kecantikan yang tak biasa.
"Namaku... Laira Kagenami." katanya dengan suara lembut tapi tegas.
"Salam kenal, Rio."
Rio terpaku sejenak. Wajah gadis itu benar-benar memesona, kulitnya pucat bercahaya, rambut panjang tergerai anggun dengan sorotan mata tajam bak pedang.
"Iya... salam kenal juga." jawab Rio, berusaha menyembunyikan keterkejutannya sambil tersenyum tipis.
Dari jauh, Zero hanya mengangguk kecil, memperhatikan pertemuan pertama murid dan guru yang akan mengubah hidup anaknya.
Tak lama setelah perkenalan mereka, Akagami Zero berjalan menghampiri keduanya. Dengan tangan disilangkan dan wajah datar, ia membuka mulut.
"Oh ya, Rio... ada satu hal penting yang perlu kamu tahu."
"Kekuatan Laira hampir setara dengan ayah... jadi jangan pernah meremehkan dia."
Rio membelalakkan mata, menatap sang ayah lalu menoleh lagi ke arah gadis di hadapannya.
"Eh!? Mana mungkin gadis seimut ini setara sama ayah!" katanya, setengah bercanda, dengan ekspresi heran.
Namun sebelum sempat tertawa, Laira tiba-tiba menghilang dari pandangan Rio.
"Eh...?!"
BUK!
Sebuah hantaman telak mendarat ke arah perutnya. Rio sempat mengangkat tangan untuk menahan serangan, tapi kekuatan pukulan itu luar biasa besar, hingga tubuhnya terlempar jauh ke belakang, berguling di tanah beberapa kali sebelum berhenti.
"Ugggh... apa barusan... tangan manusia...?" kata Rio dengan napas terengah, masih berbaring di tanah.
Laira berdiri di tempat semula dengan wajah dingin.
"Itu... pelajaran pertama." katanya datar.
"Jangan pernah menilai kekuatan seseorang dari wajahnya."
Zero menahan tawa kecil sambil menyaksikan putranya berjuang berdiri.
"Nah, Rio... pelajaran hari ini baru saja dimulai."
Malam itu, di kamar Rio.
Dalam keheningan, Rio duduk bersila di atas tempat tidurnya. Ia menutup mata dan mengaktifkan Eyes of Light. Aura lembut namun kuat mengelilingi tubuhnya. Tapi kali ini, ada sesuatu yang berbeda.
[EYES OF LIGHT>>>LEVEL UP: LV 1>>>LV 2]
Mata Rio membelalak saat notifikasi itu muncul di benaknya.
"Apa… ini...? Skill-ku naik level...?" gumamnya dengan nada tak percaya.
"Padahal aku nggak bertarung keras malam ini..."
Tiba-tiba terdengar ketukan lembut di pintu kamarnya.
Tok... tok... tok...
Suara tenang terdengar dari balik pintu.
"Rio... apa kau masih sadar?" suara itu adalah Laira.
Rio sedikit kaget tapi segera menoleh ke arah pintu.
"Iya, aku masih bangun kok!" jawabnya.
Ada jeda sejenak sebelum Laira bertanya lagi, dengan suara lebih pelan.
"Apa... aku boleh tidur di kamar kamu malam ini?"
Rio tersentak, hampir terpeleset dari tempat tidurnya.
"EHH!? Mana bisa!? Aku ini lelaki, loh!" ucapnya terbata.
Laira membalas dengan nada datar tapi terdengar sedikit gugup.
"Tak apa-apa... aku janji akan bangun lebih awal sebelum orang tuamu terbangun..."
Rio terdiam beberapa detik. Matanya menatap pintu, bingung harus berkata apa. Akhirnya ia mengangkat bahu dan menghela napas.
"Baiklah... masuk aja, deh."
"Padahal umur kamu udah 15 tahun, tapi masih takut tidur sendirian... hahaha."
Laira membuka pintu perlahan dan masuk sambil memeluk bantal kecilnya. Saat mendengar candaan Rio, wajahnya memerah sedikit.
"Itu... bukan karena takut..." gumamnya sambil mengalihkan pandangan.
Rio menatapnya sejenak, lalu tertawa kecil.
"Yah... baiklah. Tapi jangan ngorok ya!"
Laira hanya mendengus pelan dan duduk di lantai dekat kasur, menyandarkan dirinya ke tembok. Malam pun berlalu dengan kehangatan yang tak mereka sadari perlahan tumbuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments