Hari H

Setelah semua keluarga Asril masuk kedalam rumah Mia, tampaklah Mia yang keluar dari kamarnya di tuntun oleh Andi. betapa cantiknya Mia dengan gamis renda maron di padu padankan dengan hijab pasmina, Andi pun ikut turut memakai baju batik senada dengan Asril.

Semua mata tertuju pada Mia, sekilas Mia memandang ke arah para tamu, namun karena rasa groginya sangat besar dia tertunduk malu sambil berjalan.

Dari awal Mia keluar kamar mata Asril terus tertuju pada Mia, "cantiknya istriku!" ucap Asril lirih yang terdengar oleh ibunya Asril. "sabar ... masih ada waktu satu bulan untuk menjadikan Mia sebagai istrimu" bisik ibu pelan diselingi tawa.

"ibu .... " Asril menatap ibunya untuk berhenti menggodanya.

Acara berjalan dengan lancar, pemakaian cincin antar Asril dan Mia sudah berlangsung. Kedua keluarga bersepakat satu bulan lagi acara akad nikahnya. Mia memilih untuk acara akad saja, dia tidak ingin acara yang terlampau mewah.

Kesepakatan sudah terjadi. Acara pun sudah selesai, keluarga Asril pun sudah pulang.

"aduh, yang mau jadi manten jangan kemana kemana ya, darah manis tahu." ledek Lisa sahabat Mia. "ihhh, apaan sih," tampak wajah Mia merah merona karena dapat ledakkan dari Lisa.

"aku berkata benar loh, Mia" sambil melirik Mia.

"iya, iya, aku tahu. Tapikan aku ini keluar rumah paling cuma pergi kerja."

"ha ha ha, iya deh." mencubit pipi Mia, Lisa merasa lucu lihat wajah Mia yang terlalu serius.

"ahhh, sakit tahu." Mia meringis menahan rasa sakit akibat cubitan Lisa.

"eh, tahu ngak, itu si Asril tadi waktu kamu keluar kamar, tatapan matanya tidak berpaling sedikitpun. Kalau bisa tuh mata copot" Lisa terkekeh.

Mendengar Lisa berkata seperti itu, Mia langsung menghentikan tangannya yang sedari tadi membersihkan sisa sisa make-up di wajahnya. "masa sih?" terdengar Mia tidak percaya apa yang dikatakan sahabatnya itu.

"apa aku secantik itu tadi?" Mia melirik ke arah lisa yang sudah terlihat senyum senyum padanya.

"iya, kamu tadi itu cantikkkk baget loh, semua mata tertuju padamu." lisa menyakinkan Mia dengan pujiannya.

"ahhh, ngak mungkin, kamu berbohong kan?" Mia menyipitkan matanya.

"ya sudahlah, kalau tidak percaya, aku pamit pulang dulu ya. Enggak enak sama suami dan anakku uda nunggu dari tadi." Lisa mencium pipi Mia kanan kiri begitu juga dengan Mia.

Lisa melambaikan tangannya kepada Mia begitu juga dengan Mia. setelah Lisa keluar dari kamar Mia. terdengar suara notif chat masuk ke ponsel Mia. Dengan segera Mia melihat siapa yang mengirimi dia pesan.

[calon istriku, yang paling cantik, lagi apa?] isi pesan yang ternyata dari Asril. Membaca pesan Asril membuat Mia tersenyum senyum sendiri.

[emmm, sudah pintar gombalnya] balas Mia.

[aku ngak gombal, sumpah kamu memang cantik] terlihat lagi Asril membalas. [sudah dulu aku mau mandi uda gerah banget] balas Mia. Karena tidak mau di buat salah tingkah oleh pesan Asril, akhirnya Mia mengakhiri berbalas pesannya.

Setalah acara lamaran selesai, baik dari keluarga Asril dan Mia sangat di sibukkan untuk mengurus segala keperluan pernikahan mereka. bagaimana tidak sibuk, Asril dan Mia hanya bisa mengurusnya di hari Minggu. karena mereka sepakat hari Minggu adalah hari libur mereka.

Di hari Minggu ini, tampak Asril yang sudah berada di rumah Mia. Asril membawa beberapa contoh kartu undangan, Asril ingin Mia sendiri yang memilihnya.

"Mia, coba kamu lihat yang ini, kamu suka tidak?" Asril menyodorkan satu kartu undangan yang berwarna coklat susu ke Mia. "kamu suka ini, mas?" Mia bertanya dan menatap Asril.

"kalau kamu tidak suka, tidak masalah kita pilih yang lain saja." tutur Asril lembut.

"bukan tidak suka, cuma aku tanya, kamu suka yang itu?" terlihat jari Mia menunjuk ke arah kartu undangan yang di tangan Asril.

"aku, kalau ditanya semua suka, makanya aku tanya pendapat kamu, mau yang mana?" Asril tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang putih dan rapi.

"yang kamu pegang itu saja, warnanya cantik tidak terlalu mencolok."

"yakin, kamu suka yang ini? Bukan karena aku sudah memegang kartu undangannya"

"iya, dari awal kita pilih pilih tadi aku sudah suka." ucap Mia.

Melihat anak dan calon mantunya yang sangat sibuk memilih kartu undangan, bu Siti berniat untuk membuatkan minuman dan cemilan.

"ini ibu bawakan minuman dan cemilan pisang goreng." terlihat bu Siti yang sedang membawa nampan mendekati mereka.

"maaf Bu, jadi ngerepotin," ucap Asril. "iya tadi aku lupa buatkan minuman untuk mas Asril."

"sudahlah, ibu sudah buatkan sekarang diminum dan dimakan ya!" pinta bu Siti.

"Bu, boleh duduk sebentar Disini, ada yang mau saya bicarakan," Asril menegakkan posisi badannya.

"ada apa ya nak Asril?" tanya bu Siti heran.

"begini Bu, setalah menikah Mia tidak saya izinkan untuk bekerja lagi, maka sedari itu uang bulanan ibu saya yang tanggung." ujar Asril dengan tegas.

"apa kamu tidak merasa terbebani?" jawab bu Siti merasa tidak enak hati terhadap calon mantunya.

"tidak Bu, setelah menikahi Mia, ibu juga tangung jawab saya." tutur Asril.

"terima kasih ya, mas. Sudah mau menanggung kehidupan ibuku." timpal Mia.

Asril hanya tersenyum kepada Mia dan bu Siti. untuk hari ini pemilihan kartu undangan sudah selesai. dan untuk Minggu depannya Asril ingin mengajak Mia ke butik salah satu teman Asril. kalau untuk makanan Asril sudah pesankan Ketringan dari salah satu teman Asril juga.

Persiapan demi persiapan terlah rampung, hanya tinggal menunggu waktu akad nikah saja. kurang dari satu Minggu Mia dan Asril dilarang bertemu. meskipun mereka sudah masing masing menyandang status janda dan duda. namun, Mia dan Asril harus mematuhi petuah dari orang tua mereka masing masing. jadi, mereka sebagai anak harus mematuhi untuk yang terbaik bagi mereka.

"masih kerja aj, nih ..." celetuk Anto yang melihat Asril datang ke bengkel.

"iya kan, tidak ada masalah. Kan kerja, bukan ketemu dengan calon istriku" asril melirik Anto dengan malas. "iyalah ....," ucap Anto lalu berlalu pergi dari hadapan Asril.

Kurang dari dua hari lagi hari pernikahan, mereka berdua sudah tidak keluar rumah lagi, bekerja pun sudah tidak. hanya tinggal menunggu hari akad saja. akad nikah di adakan dirumah Mia. terlihat Teratak sudah menghiasi halaman rumah Mia.

"aku pikir pertemuanku dengan mas Asril ini hanya di dunia Maya, tapi dia membuat semuanya nyata" gumam Mia dalam hatinya. "ibu, jangan melamun kata orang tidak baik,Bu." suara Andi berhasil membuyarkan lamunan Mia.

Mia tersenyum mendengar Andi berkata seperti itu kepadanya. "anak ibu ya, sudah pintar berkata kata, siapa yang ajarin kamu?" Andi menunjuk ke arah lisa. "siapa lagi Bu, kalau bukan anti Lisa" ucap Andi lalu pergi dari hadapan Mia.

"kamu itu jangan banyak banyak melamun, tidak baik." Lisa mendekati Mia dan menuntun Mia untuk duduk di kursi. "semakin dekat hari akad aku jadi deg deg kan, padahal pernikahan ini bukan kali pertama aku mengalaminya."

Tampak Lisa memutar bola matanya dengan malas. "lantas, kamu mau melamun saja,gitu."

"jadi aku harus gimana untuk menghilangkan rasa deg deg kan ini?" tanya Mia dengan bingung.

"huhhh" Lisa membuang napas mendengar pertanyaan Mia. "kamu shalat lah, memohon sama Allah, agar besok acara akad nikahmu berjalan dengan lancar."

"iya, nanti aku shalat, makasih ya sarannya." Mia memeluk sahabatnya itu.

Di pagi yang cerah ini, di rumah Mia sudah di padati tamu dari keluarga Asril. dengan memakai kemeja putih lengan panjang yang dibalut dengan jas hitam dan celana yang berwarna hitam serta peci berwarna senada, terlihat ketampanan Asril terpancar.

Asril sudah duduk di hadapan pak penghulu. sedangkan Mia berjalan perlahan dituntun oleh Tara dan Andi. Mia mengunakan gamis renda berwarna putih dan hijab yang senada dengan warna gamisnya.

Setelah Mia duduk disamping Asril, Asril menatap Mia dengan perasaan kagum. "cantikan?" gurau pak penghulu yang membuat Asril spontan menjawab "lebih cantik dari siapa pun." semua tamu yang ada di ruangan tersebut bersorak, hal itu membuat Asril dan Mia jadi salting.

"sudah bisa kita mulai ijab kabulnya?" suara pak penghulu akhirnya bisa meredam kehebohan di ruangan itu.

"saya terima nikah dan kawinnya Adelia Mia kartika binti alm Baharudin dengan seperangkat alat shalat dan satu set perhiasan dibayar tunai ......"

"sah?" pak penghulu bertanya.

"sah .... sah .... sah" sahut serentak para saksi dan kerabat yang turut menghadiri acara pernikahan mereka.

Senyuman bahagia terlihat jelas di wajah kedua mempelai. Asril dan Mia pun meminta doa restu ke orangtua mereka secara bergantian dan menyalami para kerabat mereka.

"tidak akan aku biarkan kau menggantikan posisiku di hati mas Asril." dari balik sebuah pohon berdiri seorang wanita yang berpenampilan seksi melihat ke arah rumah Mia.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!