Rains In Heaven (NCT DREAM)
4. Langit yang tak sempat terlukis
Malam semakin larut, jalanan sepi, lampu lampu toko mulai meredup
Renjun menatap ke ponsel kecilnya, jam sudah menunjukkan pukul 23.47
Pendaftaran lomba lukis akan di tutup besok pagi pukul 9
Tapi tanpa alat baru, semua usahanya akan sia sia. Satu satunya pilihan adalah pergi malam ini mencari toko seni 24 jam yang mungkin masih buka di pusat kota
Ia memakai hoodie dan memakai tas selempang kecil
Di dalamnya, terlipat rapi, uang tabungan ibu
Lorong gelap di gang belakang pasar
Renjun melangkah cepat, menggenggam tas erat erat, di ujung gang, terlihat neon toko kecil masih menyala samar
Renjun (17 th)
Sedikit lagi, aku bisa beli kuas dan kanvas
Renjun (17 th)
Aku bisa ikut
Tapi takdir punya rencana lain
Tiga pria dewasa dengan jaket gelap muncul di balik bayangan. Langkah mereka pelan, tapi mengurung. Salah satu dari mereka tertawa kecil
Beomgyu
Ku kira tidak mendaftar
Beomgyu
Tapi, aku tidak akan membiarkanmu terdaftar apalagi menang
Renjun (17 th)
Aku cuma mau beli alat lukis, aku tidak ikut lomba apapun atau ganggu siapapun
Kai
Alat lukis ya?, sini!, kasih lihat tasnya
Renjun (17 th)
T tolong, uang ini penting, uang ini dari ibuku *meremas tasnya
Yeonjun
Sudah, bocah. Dunia ini tidak butuh mimpi. Dunia cuma butuh uang
Satu tendangan keras melayang di dada Renjun
Renjun (17 th)
Akhh aku mohon..hentikan
Namun tak ada belas kasihan
Satu pukulan menghantam di wajahnya, lalu di susul tendangan, Renjun jatuh, tubuhnya lemas, di sudut bibirnya darah mengalir pelan
Renjun (17 th)
ibu...ibu...
Renjun (17 th)
Maafkan Renjun...
Wajahnya tetap menatap langit, seperti mencari warna langit yang ingin dia lukis
Saat Renjun membuka matanya perlahan. Bukan lagi jalan gelap yang dia lihat, melainkan langit keemasan, taman bunga abadi, dan tujuh cahaya bintang yang menyambutnya
Renjun duduk memeluk lututnya
Di sekitarnya enam sahabatnya menunduk, tak ada yang bicara untuk beberapa saat
Chenle
Dia masih sempat bilang itu uang dari ibunya
Jisung
Kalau saja dunia lebih lembut, mungkin kita masih bisa lihat lukisan langitnya sekarang
Jeno
Kita akan lihat lukisan itu, kita akan ingat warnanya lewat kamu
Tapi satu air mata jatuh perlahan di pipinya. Bukan karna sakit, tapi karna kehangatan dan akhirnya dia bisa menceritakan semuanya
Haechan
Kita sudah bahagia, jangan menangis Renjun *peluk Renjun
Dan payung ajaib surga masih menaungi mereka, di bawah hujan yang menyejukkan, lembut, dan penuh cinta
Begitulah kisah hidup renjun di dunia berakhir
Comments