"Jalan9 siyalan!" Aleena menggenggam erat ponselnya, seakan ingin menghancurkan benda pipih itu dengan tangannya sendiri.
Netranya menyorot tajam ke layar, harapannya yang semula bersinar kini berubah menjadi kebencian yang membara.
Jika bisa menghabisi seseorang hanya dengan tatapan, Cassie pasti sudah tidak bernyawa sejak lama.
"Mau makan malam romantis? Bermimpilah!" Aleena membentak pelan, tetapi penuh amarah.
Dia beranjak berdiri, melangkah menuju ruang ganti dengan langkah yang penuh determinasi.
Dalam sekejap, Aleena telah mengganti pakaiannya dengan gaun malam berwarna merah yang menggoda—baru saja dibelinya beberapa minggu lalu.
Gaun itu sangat mencolok, menonjolkan lekuk tubuhnya dan membuatnya merasa berani. Setiap tenun benang dalam gaun itu seolah berbisik tentang kekuatan dan pesona yang dimilikinya.
Selama ini, Aleena sengaja mengumpulkan gaun-gauan malam dengan penuh perhatian, meskipun sadar bahwa pada akhirnya gaun-gaun tersebut hanya akan dirobek oleh tangan Felix.
Namun, dia tidak menganggap hal itu sia-sia.
Bagi Aleena, ada kepuasan yang tak tertandingi setiap kali memikirkan Felix yang tertarik padanya—menginginkannya lebih dari wanita lain.
Lagipula, Felix akan memberikannya berkali-kali lipat dari uang yang dia keluarkan untuk satu gaun.
Lebih penting dari itu, Felix adalah prianya yang paling panas dan ganas!
Tanpa membuang waktu, Aleena pun segera mengganti pakaiannya dengan gaun malam yang menonjolkan kemolekan tubuhnya.
Di depan cermin, Aleena tersenyum puas melihat sosoknya dengan gaun merah yang mencolok.
"Felix, aku ingin melihat apakah kau bisa mengabaikan aku demi istrimu," ucapnya dengan suara lembut, tetapi penuh rasa percaya diri.
Dia berpose dengan gaya malu-malu yang memberi kesan sensuwal.
Setelah dirasa cukup, Aleena berhenti berfoto. Kemudian, dia mulai memilah potret dirinya yang paling meng9oda dan tentunya mampu membuat Felix kegerahan.
Bersamaan dengan foto yang akan dikirimkan, Aleena pun mengetikkan pesan.
[Felix, aku membeli gaun baru. Bagaimana menurutmu? Apa aku terlihat cantik?]
Masih merasa belum cukup, Aleena kembali mengirimkan pesan lainnya.
[Aku menunggumu untuk memberikan penilaian.]
Felix menatap layar ponselnya dengan napas yang tercekat, seolah menahan badai yang berkecamuk di dalam dadanya. Pesan-pesan Aleena—penuh godaan dan teka-teki—terus membara dalam pikirannya, menyalakan sisi liar yang selama ini dia coba pendam rapat.
Foto-foto itu bukan sekadar gambar; mereka adalah panggilan menggoda yang mengiris jiwa, membangkitkan kenangan terlarang yang disembunyikan di sudut terdalam hatinya.
Aleena adalah tantangan yang memacu detak jantungnya, membawanya pada pusaran gairah yang berbahaya. Sementara Cassie, dengan segala ketenangannya, terasa hambar dan monoton—bagai pelipur lara yang kehilangan makna.
Felix menggigit bibir, berusaha menenangkan badai emosi yang menelannya.
Namun, saat bayangan foto itu membanjiri ingatannya, dia tak mampu mengusirnya dari pikir.
"Sialan!" umpatan itu keluar tanpa ampun, bukan dari kemarahan, melainkan dari keputusasaan dan hasrat yang mencekik.
Lidahnya terasa kaku, seakan hidangan terlarang yang Aleena kirimkan kini menguasai seluruh dirinya, membangkitkan sisi liar yang tengah tertidur pulas.
"Wanita ini ... kau mau penilaianku, kan?" Felix melonggarkan dasinya yang terasa semakin sesak. "Lihat, bagaimana aku akan menilaimu nanti!"
Tidak bisa dipungkiri, Aleena memang terlalu lihai membangkitkan 9airahnya.
Berbeda dengan Cassie, istrinya terlalu kalem dan tidak pernah mencoba merayunya seperti Aleena.
Felix tidak berniat membalas pesan Aleena, tetapi justru mengirimkan pesan pada Cassie.
[Sayang, maafkan aku. Aku tidak bisa pulang, ada pekerjaan mendesak yang harus diselesaikan.]
Setelah menekan tombol kirim, Felix merasakan sedikit lega bercampur rasa bersalah yang tak kunjung sirna.
Dia tidak ingin mengelabui Cassie, tetapi dia sudah terlalu jauh terjerat dalam permainan ini.
Menghela napas panjang, Felix beranjak dari ruang kerjanya, keluar dengan tergesa-gesa seakan menghadapi tugas yang sungguh mendesak.
"Kamu tetap memilih dia." Cassie memasang senyum miris saat menatap layar ponselnya yang menampilkan pesan dari Felix.
Meskipun tidak mengharapkan cinta Felix lagi, tetapi hati kecil Cassie tidak bisa berbohong.
Dia terluka dan kesakitan atas sikap Felix.
Terlebih, dirinya telah meminta kedua putranya kembali dari rumah mertuanya demi bisa makan bersama.
Bagaimanapun, Cassie ingin memberikan kenangan terakhir dan terindah untuk kedua putranya sebelum berpisah dari ayah mereka.
"Felix, jangan salahkan aku ... kamulah yang mengecewakan mereka!"
Tak lama kemudian, beberapa pesan lagi masuk ke ponsel Cassie.
[Cassie, aku menang lagi.]
[Suamimu tidak bisa pulang, kan?]
[Dia membatalkan makan malam romantis kalian demi aku!]
[Apa gunanya menunjukkan cinta ke seluruh dunia, kalau pilihannya selalu saja aku.]
[Sadarlah, dia milikku dan akan selalu menjadi milikku!]
[Bagaimana jika aku memberikan kejutan besar lainnya di hari ulang tahun pernikahan kalian?]
[Harta, kedudukan, dan priamu ... aku menginginkan semuanya!]
Cassie membaca satu per satu pesan itu, dia sama sekali tidak berniat membalas meski hatinya terasa mendidih.
Tidak perlu diragukan lagi, pesan itu tentunya datang dari Aleena.
Cassie mendengus sinis. "Kau tidak mengecewakan ... kau benar-benar ahli merayu pria."
Menurut Cassie, Aleena lebih cocok berprofesi sebagai guru private yang mengajarkan cara merayu pria alih-alih menjadi seorang model.
Bahkan jika membuka tempat kursus, bisa dipastikan Aleena akan mencetak ribuan wanita peng9oda.
"Nyonya, kamu sepertinya tidak baik-baik saja." Saat melihat Cassie termenung, Bibi Lanie mendekat dan menegurnya dengan lembut. "Apa tuan muda membatalkan rencana makan malam lagi?"
Hanya dengan melihat ekspresi sendu di wajah Cassie, Bibi Lanie pun tahu jawaban atas pertanyaannya.
"Nyonya, seharusnya kamu minta saja tuan muda untuk meninggalkan pekerjaannya. Tuan muda pasti akan menurutimu."
Cassie hanya tersenyum miris, dia tidak berminat mendengarkan saran Bibi Lanie.
Seorang pengurus rumah tangga saja menyadari suasana hatinya saat ini, bagaimana mungkin orang yang pernah mencintainya dengan sangat dalam tidak bisa sadar?
Felix bukan tidak sadar, dia hanya tidak peduli!
Di apartemennya, Aleena tersenyum penuh kemenangan sambil menatap pesan yang dikirimkannya kepada Cassie.
"Sekarang kau pasti sedang menangis, kan?" Aleena bertanya dengan nada mengejek, dia yakin Cassie pasti tengah menangis tersedu-sedu karena Felix lagi dan lagi mengingkari janjinya.
Memang benar, Felix tidak memberikan respon apa pun pada pesan yang dia kirimkan, bahkan pria itu juga belum sampai ketika dia mengirimkan pesan provokasi pada Cassie.
Namun, Aleena memiliki kepercayaan diri yang tinggi bahwa Felix tidak akan bisa menolak pesonanya.
Benar saja, tebakan Aleena tidak meleset dan senyumannya semakin mengembang saat mendengar suara pintu apartemen yang terbuka.
Tidak perlu memastikan lagi, Aleena yakin yang datang menyambanginya pastilah Felix.
Dia pun tidak berniat menyambut kedatangan pria itu.
Cukup berbaring di atas ranjang dengan cara yang meng9oda, Felix akan memasuki kamar dengan sendirinya.
"Felix, kupikir kamu tidak akan datang secepat ini." Aleena melayangkan tatapan nakal pada Felix, dia juga dengan sengaja mengangkat sedikit gaun yang membungkus paha mulusnya.
"Apa kamu ingin aku terlambat, hmmm?" Felix menyingkirkan jas yang membalut kemeja putihnya, bahkan dia juga sudah melompat ke atas ranjang.
"Ahhhh, Felix ... pelan sedikit."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Anna Rakhmawaty
jalan9 teriak jalan9😈
2025-08-23
1