Ayo, Bercerai!

"Felix?" Cassie membuka matanya, sorot bingung pun seketika menghiasi netranya ketika wajah sang suami hampir memenuhi indera penglihatannya yang sedikit buram.

"Iya, ini aku." Felix tersenyum lembut dan dengan gerakan paling halus dia meletakkan tubuh Cassie yang berada di dalam gendongannya ke atas ranjang besar. "Kamu istirahatlah dulu, aku masih harus menemui klien."

Setelah mengatakan itu, Felix mengecup kening Cassie dengan mesra, sebelum akhirnya menarik selimut untuk menghangatkan tubuh sang istri.

"Klien?" Kerutan di dahi Cassie terlihat semakin jelas.

"Iya, Sayang," kata Felix dengan gemas mencubit pipi Cassie. "Apa seteguk alkohl membuatmu lupa kalau malam ini kamu menemaniku ke perjamuan untuk menemui klien?"

'Tempat perjamuan?' gumam Cassie di dalam hati, kebingungan jelas semakin melanda dirinya. 'Bukankah aku seharusnya berada di rumah sakit?'

Seingat Cassie, dia dijatuhkan ke kolam renang oleh Aleena dan tenggelam karena tidak bisa berenang.

Dia pikir, dirinya bisa bangun karena berhasil diselamatkan dan seharusnya tengah menjalani perawatan di rumah sakit.

Namun, kenapa malah menemani Felix menemui klien?

Tunggu dulu!

Cassie langsung memperhatikan sekeliling begitu sebuah ingatan dan pemikiran melintas di kepala kecilnya.

'Ini ... villa Keluarga Murphy?' Bola mata Cassie tampak membesar, tetapi Felix masih saja tidak menyadari perubahan ekspresi yang terjadi pada sang istri. 'Kalau begitu ....'

Pemikiran Cassie terhenti ketika suara Felix yang diselimuti kasih sayang kembali berkumandang. "Kamu tidur saja dulu, begitu selesai ... aku akan langsung kembali dan menemanimu di sini."

Setelah berbicara, Felix menepuk lembut kepala Cassie seolah-olah wanita itu adalah kucing peliharaannya yang imut dan patuh.

Cassie menarik kedua sudut bibirnya untuk membentuk senyuman lembut, tetapi ekspresinya berubah drastis ketika Felix sudah berbalik dan pergi.

Hanya ada sorot dingin yang menghiasi netra Cassie, bahkan bibir tipisnya membentuk senyuman sinis saat dirinya mendengus, "Hah! Jika aku tidak bangkit dari kematian, aku pasti masih tertipu dengan kelembutanmu."

Cassie ingat, di kehidupan sebelumnya dia memang pernah menemani Felix menghadiri perjamuan yang diselenggarakan oleh Keluarga Murphy di Villa Angin.

Malam itu, kejadiannya sama persis dengan yang terjadi saat ini.

Cassie hanya meneguk sedikit alkohol yang disuguhkan oleh Aleena, tetapi tubuhnya tiba-tiba saja terasa lemah seolah-olah dia telah kehilangan seluruh tenaganya.

Kemudian, Aleena dengan baik hati mengingatkan Felix untuk mengantarkan Cassie beristirahat.

Begitu saja, Felix pun membawa Cassie ke kamar mereka.

Yang terjadi selanjutnya ....

Seorang wanita tiba-tiba saja menarik tangan Felix dan mendorongnya ke dinding.

"Aleena, kenapa kamu di sini?" Felix terkejut karena tindakan Aleena, dia lebih tidak menduga wanita itu akan berani muncul di kamar pribadinya dengan Cassie.

"Kenapa? Apa aku tidak boleh menemuimu?" Aleena memasang ekspresi cemberut di wajahnya, sementara tangannya dengan nakal menjalar di atas jas yang dikenakan Felix.

"Boleh, kamu tentu saja boleh menemuiku kapan pun kamu mau. Namun, tidak di sini ...." bisik Felix sambil ke arah ranjang, dia menghela nafas lega begitu mendapati Cassie masih memejamkan mata dengan damai.

Aleena tersenyum penuh tantangan. "Kenapa? Kamu takut dia mengetahui skandal kita?" katanya, menggoda dengan mata yang berkilau nakal. Dia mengalungkan kedua tangannya di leher Felix, menariknya lebih dekat seakan ingin membius pria itu dengan parfum di tubuhnya. "Tenang saja, dia tidak akan bangun karena aku mencampurkan obat tidur ke dalam minumannya."

"Dia benar-benar tidak akan bangun, kan?" tanya Felix dengan cemas, tidak menyadari rencana licik Aleena yang memberikan obat untuk melemahkan sistem saraf Cassie, bukannya obat tidur.

Aleena hanya tersenyum sembari mengangguk, terlalu bangga dengan ovasi berbahayanya.

Mendengar kata 'tidur', Felix merasakan ketidakpastian mencengkeram jiwanya. Cassie—istrinya yang lembut dan penuh kasih—telah menjadi pusat hidupnya.

Bagaimana jika dia mengetahui apa yang terjadi?

Namun, saat melihat Cassie yang terlelap, ketegangan itu mulai menghilang.

“Karena kamu terus mengabaikanku untuk memanjakan Sisie hingga membuat bayi kita tidak senang, maka kamu harus memberikan kompensasi yang layak untukku,” goda Aleena dengan suara menggoda.

Seperti ikan yang disuguhkan umpan, Felix tampak bersemangat mengambil alih kendali. Dia berbalik mendorong tubuh Aleena ke dinding, lalu mulai menyerangnya dengan ganas. Dalam pikirannya, semua yang terjadi antara dia dan Aleena hanyalah kesenangan semata.

Namun, ada sesuatu yang lebih dalam dan kelam di balik senyum licik Aleena

‘Cassie, seharusnya kamu menyerah, kan?’ Aleena menikmati serangan demi serangan yang diluncurkan Felix, sementara tatapannya jatuh ke arah ranjang, tempat di mana Cassie berusaha untuk menyembunyikan luka. 'Hanya jika kamu menyerah, aku dan bayi dalam kandunganku akan menikmati kemewahan.'

Cassie yang teronggok di sudut ranjang, berpura-pura tidur. Air mata mengalir di pipinya, merasa setiap detik berlalu seperti jarum yang menenun benang kesakitan di hatinya.

Dia telah mengalami pengkhianatan ini sebelumnya, tetapi setiap rasa sakitnya seolah terulang kembali dengan lebih menyakitkan.

Dia tidak ingin bertindak gegabah, tidak ingin berakhir dalam pusaran kemarahan yang tidak dapat ditarik kembali.

Cassie ingat di kehidupan sebelumnya, dia turun dari ranjang dengan langkah berat seolah-olah ada beban tak terlihat terikat di kakinya dan menuntunnya menuju realitas yang pahit.

Aleena memandangnya dengan tantangan yang mencolok dan senyum penuh sindiran menghiasi wajahnya, seakan menantang Cassie untuk melakukan sesuatu.

Namun, Cassie memilih untuk mengabaikannya. Dia melangkah mendekat, menghentikan diri tepat di belakang Felix.

"Felix ...." Suara Cassie mengalun tenang, menentang semua gejolak yang berkecamuk di dalamnya.

Mendengar suara familier yang begitu tenang, Felix menghentikan aksinya dan menegang sejenak, sebelum akhirnya segera berbalik.

"Sisie ...." Felix menatap Cassie dengan gugup, lalu melirik Aleena dengan tatapan menyalahkan sambil mengeluarkan suara yang cukup pelan. "Bukankah kamu bilang dia tidak akan bangun?"

"Aku juga tidak tahu kenapa bisa begini," balas Aleena memasang ekspresi takut yang dibuat-buat.

Berbeda dengan Felix, Cassie sangat tenang seperti kapal yang berlayar di tengah badai dengan kesadaran penuh bahwa ini adalah pertempuran yang harus dihadapi.

Melihat ketenangan Cassie, rasa guncangan dalam diri Felix justru semakin besar seolah ombak besar menghempas dari segala arah. "Sayang, kenapa kamu bangun?"

Tanggapan Cassie langsung memicu perubahan dalam atmosfer ruangan. "Kalau aku tidak bangun, bagaimana aku bisa mengetahui perbuatan kalian yang sangat menjijikkan ini?" Sarkasme terukir dalam suaranya, sementara tatapan jijik yang dilayangkan kepada Felix dan Aleena seolah-olah dia menatap hama yang merusak kebun harapannya.

"Sayang, ini tidak seperti yang kamu lihat ...." Felix mencoba mendekat, berusaha meraih pergelangan tangan Cassie.

Namun, langkahnya ditahan oleh tembok ketidakpercayaan yang sekarang mengakar di antara mereka.

Cassie melangkah mundur, menjaga jarak yang semakin melebar.

Jika sebelumnya Cassie senang dipanggil 'sayang' oleh Felix seolah-olah dialah wanita yang paling dicintai di muka bumi ini, sekarang panggilan itu malah terasa sangat menjijikan.

“Jadi seperti apa? Apakah Aleena yang merayumu, atau kamu dalam keadaan tidak sadar saat ini?” Cassie melontarkan pertanyaan itu dengan nada sinis, pandangannya penuh kebekuan yang membuat samudera di dalam hati Felix semakin bergelora.

Dia berusaha mengumpulkan kata-kata, tetapi semuanya terhambat oleh rasa bersalah yang membelenggu mulutnya.

“Felix, sebelum kamu memberikan alasan, pastikan kamu sendiri mempercayai alasan yang kamu buat.” Suara Cassie menyayat, dengan tegas dia berdiri di sana hanya untuk menunggu jawaban yang tidak mungkin datang.

Dia kini melihat Felix bukan sebagai pria yang dicintainya, tetapi sebagai pengkhianat yang telah merusak segala sesuatu yang mereka bangun bersama.

Aleena di sudut ruangan mencoba berbicara dengan senyum yang dulu bisa membuat hari-hari gelap Felix menjadi cerah.

Namun, senyumnya saat ini hanya menambah kesedihan dalam suasana. “Sisie, jangan salahkan Felix ... salahkan saja aku.”

"Kau diam!" bentak Cassie, amarah mulai menyulut dirinya. "Tidak ada tempat untukmu berbicara di sini!"

"Felix ...." Aleena menatap Felix dengan mata berkaca-kaca, berharap pria itu mampu menegakkan benang-benang yang hampir putus di antara mereka.

Tetapi alih-alih membela, Felix justru mendelik tajam sambil memperingati, “Diamlah.”

Mana mungkin dia masih punya waktu membujuk Aleena, sementara Cassie saja belum ditangani dengan baik.

Aleena menunduk dengan hati yang terguncang, dia mengepalkan kedua tangan di samping tubuh, menyembunyikan kemarahan dan kecewa yang membara. “Cassie sialan!” gerutunya dalam hati, merasa dikhianati oleh pria yang seharusnya melindunginya.

"Sayang, dengar—"

"Felix, ayo, bercerai," sela Cassie masih dengan sikap tenang yang membuatnya tampak berkelas. "Besok aku akan meminta pengacaraku mengurus kontrak perceraian, mari kita menyelesaikan prosedurnya secepat mungkin."

Setelah mengatakan itu, Cassie langsung meninggalkan Villa Angin tanpa memperdulikan senyuman kemenangan yang menghiasi wajah Aleena.

Dia juga tidak menghiraukan panggilan dan kejaran sang suami di belakangnya, bahkan tatapan ingin tahu dari orang-orang sekitar pun tak diindahkannya.

Namun, Cassie malah bimbang bercerai dari Felix begitu sang suami mendatanginya bersama kedua anaknya dan mengatakan mereka membutuhkan keluarga yang utuh.

Keteguhan Felix saat berlutut di tengah hujan salju selama sehari semalam semakin membuat hati Cassie goyah, hingga akhirnya dia luluh dan bersedia memaafkan sang suami serta memberikan kesempatan keduaa padanya.

Di kehidupan ini ....

"Aku akan mengubah takdirku sendiri dan tidak akan membiarkan jalan9 itu mendapatkan apa yang diinginkannya!" Cassie diam-diam mengepalkan kedua tangannya dengan erat.

"Felix, aku juga tidak menginginkanmu lagi!" tambah Cassie sambil memejamkan matanya, membiarkan suara-suara menjijikkan Aleena menghiasi indera pendengarannya hingga menghujam jantung hatinya.

"Anggap saja pengabdianku sebagai seorang istri selama tujuh tahun ini seperti memberi makan pada anjin9!"

Terpopuler

Comments

zylla

zylla

Tenang, nanti dapet ganti suami yang lebih baik dari Felix.

2025-07-04

1

zylla

zylla

Naaahh, ini baru sikap yang benar Cassie. 👏

2025-07-04

1

lihat semua
Episodes
1 Felix, Aku Menyesal Menikahimu!
2 Ayo, Bercerai!
3 Nyonya, Apa Yang Terjadi?
4 Tidak Mengecewakan Aku
5 Ahli Merayu Pria
6 Aroma Aneh
7 Felix, Aku Tidak Menginginkanmu Lagi!
8 Aku Ingin Segera Pergi
9 Akhir Dari Kebahagiaanmu
10 Sayang, Kenapa Kamu Menangis?
11 Mengembalikan Rasa Sakit
12 Perang Besar Akan Terjadi
13 Jangan Pernah Ragu Lagi
14 Aku Akan Membunuhmu!
15 Tidak Mungkin Meninggal
16 Dia Tidak Mati
17 Di Mana Kalian?
18 Jangan Menolak
19 Bajin9an Tidak Tahu Malu
20 Felix, Tolong Aku!
21 Menjadi Nyonya Murphy
22 Tidak Akan Mengkhianatimu
23 Beraninya Kau!
24 Felix, Ampuni Aku!
25 Peninggalan Nenek?
26 Sudah Bosan Hidup
27 Felix, Jangan Macam-macam!
28 Disiksa Sampai Keguguran
29 Bukan Pria Sejati
30 Sisie Masih Hidup
31 Kamu Menghancurkannya!
32 Cepat Tangkap!
33 Kedatangan Budha Besar
34 Aku Terpesona
35 Pesta Pernikahan
36 Balas Dendam
37 Cepat, Panggil Ambulans
38 Menyebalkan!
39 Selamatkan Aku, Ayah
40 Kamu Sangat Keren
41 Menjaga Jarak?
42 Familiar dan Hangat
43 Jangan Menyerah Padaku
44 Sisie, Di Mana Kamu?
45 Sepakat Hidup Bersama?
46 Aku Mencintaimu
47 Arthur Ayo Menikah
48 Felix Jatuh Dalam Kegelapan
49 Punya Semangat Hidup
50 Melangsungkan Pernikahan
51 Kami Mencintaimu
52 Tidak Layak!
53 Patah Hati Sekali Lagi
54 Sisie, Kembalilah Padaku
55 Berhenti Mencintaimu
56 Lelucon Paling Lucu
57 Selamanya Sampai Akhir
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Felix, Aku Menyesal Menikahimu!
2
Ayo, Bercerai!
3
Nyonya, Apa Yang Terjadi?
4
Tidak Mengecewakan Aku
5
Ahli Merayu Pria
6
Aroma Aneh
7
Felix, Aku Tidak Menginginkanmu Lagi!
8
Aku Ingin Segera Pergi
9
Akhir Dari Kebahagiaanmu
10
Sayang, Kenapa Kamu Menangis?
11
Mengembalikan Rasa Sakit
12
Perang Besar Akan Terjadi
13
Jangan Pernah Ragu Lagi
14
Aku Akan Membunuhmu!
15
Tidak Mungkin Meninggal
16
Dia Tidak Mati
17
Di Mana Kalian?
18
Jangan Menolak
19
Bajin9an Tidak Tahu Malu
20
Felix, Tolong Aku!
21
Menjadi Nyonya Murphy
22
Tidak Akan Mengkhianatimu
23
Beraninya Kau!
24
Felix, Ampuni Aku!
25
Peninggalan Nenek?
26
Sudah Bosan Hidup
27
Felix, Jangan Macam-macam!
28
Disiksa Sampai Keguguran
29
Bukan Pria Sejati
30
Sisie Masih Hidup
31
Kamu Menghancurkannya!
32
Cepat Tangkap!
33
Kedatangan Budha Besar
34
Aku Terpesona
35
Pesta Pernikahan
36
Balas Dendam
37
Cepat, Panggil Ambulans
38
Menyebalkan!
39
Selamatkan Aku, Ayah
40
Kamu Sangat Keren
41
Menjaga Jarak?
42
Familiar dan Hangat
43
Jangan Menyerah Padaku
44
Sisie, Di Mana Kamu?
45
Sepakat Hidup Bersama?
46
Aku Mencintaimu
47
Arthur Ayo Menikah
48
Felix Jatuh Dalam Kegelapan
49
Punya Semangat Hidup
50
Melangsungkan Pernikahan
51
Kami Mencintaimu
52
Tidak Layak!
53
Patah Hati Sekali Lagi
54
Sisie, Kembalilah Padaku
55
Berhenti Mencintaimu
56
Lelucon Paling Lucu
57
Selamanya Sampai Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!