...----------------...
...Beberapa hari kemudian......
...----------------...
Hari ini adalah hari ulang tahun cucunya kakek, jadi aku dan kakek harus merayakannya. Walau sebenarnya enggan, namun karena kakek bahkan sampai berlutut memohon padaku hanya untuk merayakan ulang tahun sang cucu. Aku tidak bisa menolak karena kakek berjanji akan memberiku banyak makanan. Di saat cucu kakek lagi di luar dan mengobrol dengan jiran, aku dan kakek mengambil kesempatan ini untuk membuat kue ulang tahun. Lalu aku mendapatkan ide jenius.
"Bagaimana kalau kita menyuruh jiran saja yang membuat keknya? Kakek saja yang membawanya berbicara! Kakek, kan, sudah berpisah dengan cucu kakek dengan waktu yang lama?"
"Eh? Hm... Benar juga... Jiran sebelah, kan, jago memasak. Baiklah, kau berbicaralah dengan jiran. Kakek akan langsung menarik perhatian Ji-Hyo."
Setelah berdiskusi bersama jiran-jiran dengan serius, mereka semua pun menyetujuinya dan akan membantu kami. Sementara kakek bersama cucunya berjalan-jalan sebentar di desa sambil mengobrol. Malam hari pun tiba, kami semua sudah siap menyediakan kejutan besar-besaran di sekitar rumah kakek. Lalu suara kakek dan cucunya yang lagi berbicara pun terdengar, dan kami semua bersiap-siap untuk memulai kejutannya. Awalnya kakek akan melangkah duluan di depan dan menyuruh cucunya untuk mengikutinya selepas menghitung 10 detik, setelah 10 detik berlalu, cucu kakek pun melangkah ke tempat kami dan...
"Selamat ulang tahun yang ke-18!"
Semua mengatakan kata-kata itu disaat bersamaan dan cucu kakek pun terharu dan memeluk kami semua, kecuali aku yang berada jauh di tempat dan lagi menyandar di pohon sembari menonton mereka merayakannya bersama.
Serunya... Sudah lama sekali ya, aku membuat kek dan merayakan ulang tahun Yuwon berduaan... Pasti akan seru jika pada saat itu kami merayakannya dengan yang lain... Kira-kira bagaimana ya ekspresi Yuwon jika aku melakukan itu? Senang? Terharu? Atau........ Ah! Aku memikirkan apa sih? Yuwon itu sudah mengkhianatiku, kenapa juga aku masih memikirkannya? Ck! Sialan...
Setelah perayaan itu usai, aku pun berjalan kembali ke dalam rumah dan mendapati bahwa kakek dan cucunya tertidur di kursi, sepertinya mereka merasa terlalu kenyang karena tadi mereka memakan sangat banyak.
Haruskah aku menidurkan mereka di kasur mereka?
Aku pun perlahan menggendong kakek ala bridal style dan menidurkannya di kasurnya dengan lembut, lalu aku menarik kursi yang diduduki cucu kakek ke dalam kamarnya dan perlahan menarik tangannya untuk maju sendiri dan mendarat di kasurnya. Aku memang sedikit kasar kepada wanita, dan aku mengetahui itu. Lalu aku mengunci pintu di dalam dan keluar lewat jendela dan perlahan mengunci jendela itu di luar. Aku melihat ke atas langit dan menyadari bahwa sekarang sudah seperti sekitar pukul 11 malam, aku berjalan ke belakang rumah kakek dan tidur di atas pohon tidak jauh dari rumah kakek. Karena selama ini aku tidur di kamarnya cucu kakek, dan beberapa hari ini aku tidur dimana-mana saja tanpa sepengetahuan kakek.
...----------------...
...Keesokan harinya kemudian......
...----------------...
Aku bangun awal pagi seperti biasa dan berlatih sendiri di gunung yang sama seperti dulu. Sekarang ilmu bela diriku semakin meningkat pesat dari hari ke hari karena selalu berlatih, kadang cucu kakek juga berlatih di sini jika ia sedang tiada kerjaan. Beberapa jam setelah berlatih, aku lalu turun dari gunung itu dan kembali ke rumah untuk makan sebentar. Begitulah kehidupanku setiap harinya tanpa perubahan, sampai suatu hari kakek meninggal karena sudah tua. Sekrang umurku sudah 18 tahun. Di pemakaman, cucu kakek menangis terisak-isak karena tidak butuh 5 tahun untuknya bertemu dengan kakek.
"Kak, sebaiknya kakak menikah saja."
"Tidak... Hiks.. Hiks..."
"Itu adalah permintaan terakhir dari kakek. Jadi turuti saja."
"Tidak... Hiks.. Hiks.. Aku tidak bisa..."
"Kakak, kan, sudah cukup umur buat nikah."
"Tetap... Hiks... Hiks... Aku tidak akan menikah... Hiks.. Hiks..."
"...Apa kakak ingin terus merepotkanku?—"
"–Apa maksudmu merepotkan?!... A-aku tidak... Hiks... Jangan memaksaku... Hiks... Hiks.."
"Kak... Ini. Adalah. Permintaan. Terakhir. Kakek. Untuk. Keselamatan. Diri. Kakak. Sendiri."
"Diamlah! Kau tidak bisa mengaturku! Hiks... Hiks..."
Hadeh... Lihatlah dia, sangat keras kepala dan merepotkan... Kalau saja dia bukan cucu kakek, mungkin pemakaman ini akan menjadi 2....
"Kak, jangan keras kepala—"
"–DIAM!!! AKU TIDAK INGIN MENIKAH! JADI JANGAN MEMAKSAKU!!!"
"Kak... Kakak tahu, kan? Bagaimana kematian si pemimpin yang meculik kakak itu ditanganku?..."
"Hiks... Hiks... Apa maumu?... JANGAN IKUT CAMPUR URUSAN HIDUPKU!"
"Apa kakak ingin pemakaman ini menjadi dua?!!"
D
E
G
"A-apa maksudmu?..."
Cucu kakek perlahan menoleh ke belakang dan melihatku yang hampir kehilangan kesabaranku.
"Apa kakak bisu?... Menikah cepat atau meninggal cepat..."
"A-apa kau gila?!"
"Gila? Semua manusia memang akan menjadi gila begitu emosi mereka mulai mengontrol tubuh mereka seperti kakak yang menangis seperti orang gila... Jadi, apa jawabanmu?"
"A-aku... Ukh... Baiklah..."
Setelah hari itu, Kang Sera akhirnya menikah dengan anak jiran sebelah. Lalu aku pergi menemuinya untuk berbicara sebentar.
"Ada apa mencariku?... Kau ingin memastikan apa aku benar-benar menikah ya? Nah, sekarang aku sudah menikah. Puas?"
"Ada yang ingin kukatakan padamu."
"Apa itu? Cepat katakan."
"Kakak akan tinggal di rumah kakek, kan?"
"Ya?... Memang kenapa?"
"Aku ingin jalan ke tempat lain, jangan mencariku. Dan jangan pernah melangkahkan kakimu ke wilayahku."
"A-apa maksudmu wilayahmu?"
"Apa kakak masih ingat Istana Klan Pembunuh Bayaran itu?"
"Itu? Tentu saja."
"Jangan pernah melangkahkan kakimu ke sana kecuali ada masalah yang sangat besar, dan ingat, aku hanya memberi istana itu kepada kakek. Dan tidak akan pernah diwariskan kepadamu atau anakmu, jadi jangan mencoba-coba untuk mengambilnya. Meskipun aku memberikannya kepada kakek, istana itu akan menjadi salah satu wilayahku."
"B-baiklah..."
Lalu aku berjalan pergi dari tempat itu, dan pergi ke Istana Klan Pembunuh Bayaran. Dan menyusun rencana untuk keesokan harinya.
...----------------...
...Keesokan harinya kemudian......
...----------------...
Aku pun menyuruh orang-orang yang bekerja di sana untuk menghancurkan istana itu dan berniat untuk membina yang baru, hari ini pasti akan menjadi hari yang sangat panjang. Setelah beberapa jam menghancurkan istana yang besar itu, aku pun meminta semua pekerja untuk mencari beberapa benda untuk membuat istana ini menjadi semakin megah dan mewah tanpa membuang-buang uang. Dan pada akhirnya setelah semua benda-benda yang diperlukan sudah dikumpulkan, aku pun memulai strategi pertamaku.
"Hey, coba buat... Yang begini... Gitu... Selepas itu, buat... Kalian istirahat dulu, biar aku yang melakukan di bahagian itu... Hey kau! Bawakan aku... Bla, bla bla..."
Di bawah kepimpinanku, istana yang baru sudah hampir jadi bahkan sebelum 5 tahun. Kami membina istana itu kemungkinan hanya butuh 3 tahun, setelah itu kami hanya butuh beberapa uang untuk membeli perabotan yang baru. Sekarang, istana yang dulu sempit dan kecil itu sudah terlihat sangat luas dan besar. Ruang latihan juga seluas desa yang duluku duduki, aku sudah menaklukkan beberapa musuh dan mendapatkan semakin banyak wilayah. Sekarang wilayahku sudah bisa disebutkan seperti sebuah negara, karena saking besarnya dan hanya aku sendiri yang melakukan pembesaran wilayah itu tanpa bantuan dari siapa pun termasuk orang-orang mantan Klan Pembunuh Bayaran itu. Meskipun aku masih berumur 18 tahun, tapi aku mempunyai sifat seperti orang dewasa karena kehidupan pertamaku memanglah seorang yang seharusnya sudah menikah. Bahkan orang-orangku sendiri betanya-tanya bagaimana aku bisa mendapatkan begitu banyak pendidikan padahal tidak pernah bersekolah. Aku memang gila dan terlihat seperti seseorang yang tidak akan pernah menjadi orang dewasa, namun itu tidak bisa menutupi sifat dasarku sebagai seorang dewasa yang dulunya sangatlah berkuasa. Suatu hari, aku pulang dari latihanku di tempat lain dan menyadari bahwa istanaku yang dinamakan "Cheonjangdan" oleh kakek sudah hampir siap.
"Tuan!!! Istana baru Klan Pembunuh Bayaran sudah hampir siap!"
"Iya, aku masih punya mata, sialan..."
"Tuan! Sebaiknya kata "Klan"-nya kita ganti saja jadi sekte!"
"Hm..."
"Baiklah! Sekarang nama sekte ini adalah Sekte Pembunuh Bayaran—"
"–Diam, brengsek. Aku pemimpinnya, kita akan menggunakan nama yang diberi pemimpin pendahulu."
"Tapi pemimpin pendahulunya memberi nama—"
"–Bukan yang pertama, kau diam saja. Dasar beban. Sekarang nama klan ini adalah Sekte Cheonjangdan."
"B-baik..."
Aku kembali menikmati pemandangan yang indah itu, lalu mendapatkan ide baru.
"Ah, sebentar, siapa namamu tadi? Hey, apa di berdekatan tempat ini ada sungai yang mengalir?"
"Apa? Ah.. Iya, apa yang harus kami lakukan selanjutnya, Tuan Pemimpin Sekte?"
"Kalian istirahatlah dulu, yang lainnya serahkan saja padaku."
"BAIK! TERIMA KASIH PEMIMPIN SEKTE!"
"Kalian juga bisa makan camilan yang kubawa tadi, makanlah diluar dulu jika tidak ingin merepotkanku."
"SIAP! TUAN PEMIMPIN SEKTE!"
Setelah beberapa jam membina istana itu sendirian, sekarang adalah saatnya aku memasukkan semua perabotannya. Aku lalu menoleh ke arah mereka yang lagi makan dan tertidur karena kekenyangan, lalu berjalan mendekat dengan selimut yang besar. Lalu...
PAKK! PAKKK! PAKK! PAKKK! PAKK! PAKKK! PAKKKKKKKK!
Aku membangunkan mereka dengan memukul mereka menggunakan selimut itu secara bersamaan.
"Bangun! Bangun! Waktu istirahatnya sudah selesaii! Trrrrrrrrng! Bangun!"
Mereka pun bangun dan kembali membantuku bekerja walau masih setengah sadar.
^^^The Reincarnation Of King Dragon^^^
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments