Bab. 5

Imran meminta nomor hpnya Caca dan juga nomor rekeningnya Caca agar lebih mudah berkomunikasi dan rekeningnya untuk mengirimkan biaya hidup selama menjadi calon surrogate mother untuk pewarisnya.

Berselang beberapa menit kemudian…

Caca bersujud syukur setelah adiknya berhasil menjalani serangkaian operasi. Dia tak henti-hentinya memuji kebesaran dan keagungan Allah SWT yang telah memberikan kepadanya pertolongan.

“Allahu Akbar, subhanallah, lailahailallah syukur Alhamdulillah, makasih banyak ya Allah atas segalanya yang telah Engkau mudahkan untuk kami,” gumamnya Caca sambil menyeka air matanya yang akhirnya bisa bernafas lega meskipun kondisi Zidan belum sadarkan diri pasca operasi.

Annisa pun ikut bahagia dan baru saja terbangun karena mereka harus berpindah tempat ke ruangan ICU.

“Allah selalu bersama orang-orang yang sabar,” ucap Annisa yang nampak berwajah bantal karena baru beberapa menit yang lalu terlelap dalam tidurnya.

Wajahnya yang nampak kuyu dan tubuhnya yang kelelahan tidak menyurutkan semangat dan niatnya terus mendampingi adiknya selama operasi hingga saat ini.

Keesokan paginya…

Tepatnya di dalam sebuah kantor polisi, Zacky bersujud syukur karena dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan bersyarat.

“Allahu Akbar, subhanallah lailahailallah syukur Alhamdulillah makasih banyak ya Allah,”

Wajahnya sedikit memar dan sudut bibirnya robek dan terlihat ada darah kering yang terlihat disana.

Zacky pun sudah dibebaskan, untungnya barang terlarang yang dibawanya yang dipesan oleh pelanggannya Dodi tidak terlalu banyak sehingga, tidak sulit untuk membebaskan Zacky dari dalam sel tahanan apalagi menggunakan kekuasaan kedua orang tuanya Imran.

Hingga detik itu juga, Annisa dan Caca bungkam diam seribu bahasa belum sanggup untuk menjelaskan segalanya kepada Zacky.

Zacky awalnya keheranan dan serasa bermimpi karena tiba-tiba dia dibebaskan. Dia tidak percaya kalau ada orang yang melakukannya dan rela membebaskannya dari dalam penjara.

Zacky menjabat tangannya Pak Daniel pengacara terbaik yang dimiliki keluarganya Imran Yazid Bustomi.

“Allahu Akbar, makasih banyak Pak anda sudah membantuku lepas dari penjara. Tapi, ngomong-ngomong siapa yang telah berbaik hati membebaskanku?” Tanyanya Zacky.

“Kamu tidak perlu mengetahui siapa orangnya yang jelasnya semua itu ini bisa terjadi karena berkat bantuan adik kembarmu Fanya Nadira Azzahra!” Jelasnya Pak Daniel.

Zacky tidak banyak bertanya lagi dan akan pulang menemui kedua adiknya,” siapapun orang yang telah membantuku makasih banyak, insha Allah kebaikanmu dibalas oleh Allah SWT, Amin ya rabbal alamin.”

\*\*\*\*\*\*”””””\*\*\*\*\*\*\*

Di rumah sakit…

“Syukur Alhamdulillah,”

Kalimat itu kembali terucap ketika adiknya baru saja tersadar dan sempat membuat mereka panik karena tiba-tiba tubuhnya Zidan kejang-kejang dan mengalami sesak nafas, tetapi untungnya dokter jaga gegas melakukan pertolongan sehingga nyawa Zidan bisa tertolong dan kondisinya sudah stabil.

Annisa dan Azzahra saling berpelukan,” Allah SWT menolong kita jadi jangan sekali-kali pernah meratap akan takdir Allah SWT yang telah digariskan kepada kalian dan teruslah bersabar, kuat, tegar dan berikhtiar untuk kesembuhan Zidan.”

“Gue sangat bersyukur dan berterima kasih kepadamu karena Lo selalu membantuku dalam keadaan apapun dan sekali lagi merepotkan Lo,” ujarnya Caca sambil duduk di kursi yang tidak jauh dari ranjang yang ditempati oleh Zidan.

Annisa memegangi tangannya Caca,” Lo itu sudah kuanggap saudariku sendiri dan jangan pernah berterima kasih lagi kepadaku karena semua ini terjadi atas kehendak Sang Maha Kuasa berkat pertolongannya lah kita semua bisa melewati badai cobaan ini.”

Annisa selalu bersikap lebih dewasa dari usianya dan selalu menjadi teman berbagi keluh kesahnya Caca selama ini meski mereka tidak punya hubungan darah apapun.

“Abang Zacky pasti bahagia mencintai dan menyayangi gadis cantik, sholeha dan baik hati seperti Lo,” pujinya Caca sembari menyeka air matanya yang kembali menetes saking bahagianya melihat kemajuan kondisinya Zidan.

Tatapannya Annisa menghangat, senyumnya terbit tanpa disadari, pipinya merona memerah mendengar perkataan yang bernada pujian padanya.

“Ahh Lo bisa saja, gue lakuin itu karena gue sayang kepada Lo dan sudah menganggap Zidan sebagai adik bungsuku sendiri jadi bukan karena gue suka sama Abang Lo,” elaknya Annisa gadis berhijab yang nampak lusuh karena sudah seharian dipakenya.

“Semoga saja kelak kalian berjodoh,” harapnya Caca.

“Amin ya rabbal alamin,” balasnya Annisa.

Caca tertawa cekikikan mendengarnya,” haha! Ngebut amat ngucapin mbak Sista,” candanya Caca yang akhirnya bisa terlihat senyuman lagi di wajahnya yang cantik nan ayu meski tanpa polesan make up apapun.

“Makanlah, kamu sejak semalam belum makan apapun.” Annisa menyodorkan sebuah kantong plastik kresek ke hadapannya Caca. “Maaf, gue hanya beli ini nggak cukup cuan soalnya,” Annisa terkekeh.

“Masya Allah, ini makanan kesukaan gue gado-gado makanan is the best lah. My favourite banget! Makasih banyak yah sista Lo sudah beliin makanan kesukaan gue malah,” ucapnya Caca yang tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

“Baru dibeliin makanan murah gitu happynya luar angkasa banget,” candanya Annisa.

Annisa dan Caca menikmati makanannya pagi itu sambil sesekali terdengar suara candaan dan perbincangan mereka.

“Nis, gue boleh minta tolong nggak?” Tanyanya Caca hati-hati.

Annisa memegangi kedua pundaknya Caca, “Fanya Nadira Azzahra, kamu itu adalah saudari gue. Kenapa meski harus sungkan dan meminta izin terlebih dahulu kalau ingin meminta tolong. Santuy dan ngomong saja.”

Caca pun menjelaskan apa yang ingin disampaikan kepada sahabatnya itu,” gue nggak ingin Abang melarang ku dan menggagalkan segala-galanya. Kalau memang Abang mengetahui nggak masalah, gue akan jelasin semuanya dengan pelan-pelan.”

“Kalau itu menurut Lo adalah jalan yang terbaik, gue sebagai the best friend Lo akan mensupport dan mendukung apapun yang Lo pilih dan sebagai sahabatmu akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu semoga, Lo bahagia,” Annisa memeluk tubuhnya Caca yang kembali menangis tersedu-sedu.

“Masya Allah, gue sungguh sangat beruntung mendapatkan sahabat sepertimu. Gue terkadang berfikir, gue adalah orang yang paling beruntung dan bahagia di dunia ini karena memiliki sahabat yang pengertian dan selalu mengerti keadaan dan situasi kondisi yang gue alamin dan selalu ada disaat gue terpuruk dan butuh bantuan,” ujarnya Caca yang membalas pelukannya Annisa gadis manis berlesung pipi yang memakai hijab tosca itu.

“Gue juga senang dan bersyukur karena bertemu dengan kalian. Meskipun kita terlahir dari keluarga tidak mampu, tapi keakraban dan kedekatan kita tidak akan pernah pudar apapun yang bakal terjadi kedepannya,” sahutnya Annisa.

“Gue mewek jadinya gegara dengerin ucapannya calon ipar gue,” Caca berusaha untuk tersenyum meskipun dalam hatinya masih memikirkan keputusannya yang telah dipilihnya.

Keduanya saling menautkan jari kelingkingnya,” berjanji yah jangan ngomong apapun kepada orang lain kecuali gue yang memintanya dan mengijinkan.”

“Insha Allah, gue janji dan Lo nggak perlu khawatir. Gue nggak akan ember ehhh maksudnya akan tutup mulut rapat-rapat, dijamin rahasia terjamin aman,” kelakarnya Annisa.

Berselang beberapa menit kemudian…

Zidan sudah dipindahkan ke ruangan ICU untuk dilakukan tindakan observasi sebagai tindakan lanjutan untuk mengawasi perkembangan kesehatan setelah dioperasi.

Caca meminta ijin kepada Annisa untuk menemui Imran dan Selina karena akan melakukan tes kesehatan sebelum dilakukan proses bayi tabung.

“Nis, gue titip Zidan yah, gue mau ke ruangannya Pak Imran dan Mbak Selina dulu,” pamitnya Caca sebelum meninggalkan ruangan ICU.

“Good luck Sista,” Annisa menaikkan jari jempolnya ke arah Caca yang sudah meninggalkan ruangan tersebut.

“Amin ya rabbal alamin,” balasnya Caca yang sedikit mengeraskan suaranya agar Annisa mendengarkannya.

Annisa menatap kepergian temannya itu,” Ya Allah, lancarkanlah segala usahanya dan permudahlah jalan yang dipilihnya.”

Azzahra mengamati setiap ruangan VIP yang dilewatinya. Dia memperhatikan dengan seksama sekitarnya dan setiap lorong rumah sakit swasta terbaik tersebut yang suasananya nampak sunyi, senyap dan sepi seperti tidak berpenghuni saja.

Hingga nomor ruangan VIP yang dicarinya terpampang jelas di depan matanya,” ini nomor 303 Flamboyan. Gue yakin pasti ini ruangannya Mbak Selina berada.”

Caca baru saja hendak membuka pintu ruangan VIP itu, tapi malahan pintu itu terbuka dari dalam hingga tangannya Caca hanya menggantung di udara.

Seorang wanita paruh baya berjalan dengan elegan keluar dari dalam kamar mewah tersebut dengan tatapannya yang tertuju kepada Caca sedangkan Caca yang ditatap terlihat seulas senyuman terbit di sudut bibirnya yang sedikit tebal dan terkesan seksi itu.

Wanita itu berlalu dari hadapannya Caca tanpa sepatah katapun walau hanya sekedar berbasa-basi.

Tanpa sepengetahuan dari Caca wanita cantik di usianya yang tidak muda lagi menolehkan kepalanya ke arah belakang.

“Gadis yang manis dan cantik. Baru sekilas aku perhatikan dan melihatnya, tapi sudah kelihatan auranya. Layak memang menjadi ibu dari penerusku,” gumamnya.

Caca dan kedua pasutri itu sudah duduk saling berhadapan, Caca membaca dengan seksama surat perjanjian kerjasama mereka sebelum membubuhkan tanda tangannya.

“Kau akan tinggal bersama kami selama sembilan bulan lamanya. Semua fasilitas dan kebutuhanmu kami yang akan menanggungnya kamu tidak perlu mencemaskan segala sesuatunya,” Imran menjeda ucapannya sembari menatap intens ke arah Caca yang duduk tegak balas menatap pula.

Imran mencium bibirnya Selina sekilas kemudian melanjutkan perkataannya,” kamu tidak boleh berhubungan dengan siapapun selama hubungan kerjasama kita berlangsung siapapun itu. Jika kamu tidak sanggup melakukannya maka kami akan menuntut ganti rugi dua kali lipat dari biaya yang sudah kami keluarkan! Perjanjian kita akan berlaku mulai besok pagi so persiapkan dirimu dimulai dari sekarang!” tegasnya Imran.

“Ke-na-pa bisa seperti itu Pak! Gimana dengan adikku dan kakakku? Siapa yang akan mengurus mereka kalau selama sembilan bulan itu aku tidak boleh berkomunikasi dengan mereka dan gimana caranya bisa hidup tanpa kedua saudaraku!” protesnya Caca yang menentang keras keputusan kedua pasangan suami istri itu.

Selina tidak terima dengan penolakan yang dilakukan oleh Caca,” kamu bisa saja membatalkan perjanjian kita tapi, kami meminta dan menginginkan kamu mengembalikan semua uang yang telah kami pakai untuk membebaskan kakak dan membayar biaya pengobatan adikmu yang jumlah kata total keseluruhannya adalah Kamu bekerja seumur hidup pun tidak bakalan sanggup melunasinya jadi silahkan melanggar perjanjian kita!* ancamnya Selina yang tersenyum jumawa.

Tubuhnya kembali tremor seketika mendengar ancaman dari sepasang suami istri yang menatapnya dengan tatapan menghasilkan. Raut wajahnya pias dan pucat pasi karena tidak menduga jika semuanya akan berakhir seperti ini.

Caca mengusap wajahnya dengan gusar,” jadi mulai besok, aku tidak boleh berhubungan dengan siapapun termasuk kedua saudara lelakiku dan juga sahabatku?” Tanyanya Caca dengan pasrah.

Kedua pasutri itu mengangguk-angguk tanpa terlihat senyuman ramahnya dan kembali ke mode setelan pabrik awalnya yaitu angkuh dan arogan.

Caca dilema dan kebingungan bagaimana caranya keluar dari situasi pelik ini. Dia menitikberatkan air matanya saking tak kuasanya harus berpisah dengan keluarganya sendiri.

Terpopuler

Comments

Nar Sih

Nar Sih

masih terus menyimak cerita kak

2025-05-13

1

Yani

Yani

Sungguh licik pasangan pasutri

2025-05-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!