Di dalam sel, Antoni termenung memikirkan nasib sang anak, dia sangat tahu bagaimana keadaan Oline saat ini, karena dia dulu pernah ada diposisi ini. Bedanya, dia dulu dikelilingi seseorang yang mendukung dan mendengarkan keluh kesahnya, berbeda dengan keadaan Oline sekarang.
Ingatannya kembali menerawang jauh di mana dulu saat dia masih seumuran Oline.
“siapapun dia, apapun derajatnya jika sudah merebut kebahagiaanmu, bunuh mereka,” pesan sang ayah kepada Antoni remaja.
Saat itu keluarganya sedang meng eksekusi seorang lelaki tua yang di duga sudah memperkosa adik bungsu Antoni, pedofil itu bahkan tak memberi kesempatan adiknya memelas, adik Antoni yang masih umur tujuh tahun menjadi bulan-bulanan pedofil itu, tanpa ia sadari, dia melakukannya pada orang yang salah. Keluarga Antoni berang karena putri bungsunya mati ditangan pedofil tak beradab.
Darah dari laki-laki tua itu muncrat sampai ke baju Antoni, keluarga Antoni adalah keluarga psikopat bahkan adik Antoni yang laki-laki sangat senang memutilasi hewan dan sejenisnya, dia suka bermain darah. Antoni pun tak bisa memungkiri kalau dirinya juga demikian, tetapi dia memendamnya, dia ingin menjadi anak yang normal seperti yang lainnya bahkan dia mengganggap keluarganya sedang sakit mental. Ada kepuasan tersendiri baginya ketika melihat darah dan teriakan orang di hadapannya tetapi ia tepis jauh-jauh.
“Tetapi tidak perlu menyiksanya seperti ini ayah, kita bisa melaporkannya ke kantor polisi.”
“Tidak Antoni! Darah dibayar darah dan nyawa dibayar nyawa!” bentak sang ibu.
Sang ayah hanya tersenyum dan melanjutkan kalimat istrinya.
“Suatu saat kau akan merasakan bagaimana sakitnya di tinggal orang yang disayang, betapa marahnya jika kehidupan kita diusik sedangkan kita tidak pernah mengusik.”
Antoni pergi dari ruangan bawah tanah itu, ia langsung bergegas berganti pakaian. Dalam hatinya memberontak perbuatan yang dilakukan keluarganya tetapi pikirannya berkata lain, dia tidak ingin ambil pusing dengan keadaan keluarganya, Antoni pergi menemui Elena, sahabat sekaligus kekasihnya.
Ketika sudah berhadapan dengan Elena, Antoni langsung bercerita kejadian tadi, Elena sudah tau seperti apa keluarga kekasihnya, Elena seorang anak yatim piatu, Ayah dan Ibu Elena mati karena kecelakaan.
“Menurutku apa yang dilakukan keluargamu itu gak salah,” jawab Elena mengajukan pendapatnya.
“Hah?”
“Iya, jika tidak dikasih pelajaran maka pedofil itu tidak akan jera,” jelasnya dengan enteng.
“Tapi, 'kan bisa di di masukkan ke penjara. Mungkin dengan begitu dia akan berubah.”
“Antoni, seberapa lama pun dia mendekam di penjara, kalau pada dasarnya pedofil ya tetap akan menjadi pedofil, nanti kalau dia keluar dari penjara dia akan mencari mangsa lain,”
“Noh benar kata kak Elena!”
Bagas adik Antoni tiba-tiba saja menghampiri mereka dan menyela percakapannya. Antoni cemberut sedangkan Elena tertawa.
“Sejak kapan kamu ada di situ?” tanya Antoni.
“Sejak tadi, sejak kak Antoni mendaratkan bokongnya kekursi,” jawabnya cengengesan.
“Kak Elena gak kerumah? Kata Ayah sama Bunda kalau mau pacaran di rumah aja,” ingatnya kepada sepasang kekasih yang sedang kasmaran ini.
Elena memang sudah sangat dekat dengan keluarga Antoni, bahkan terkadang Elena sering kali menginap di rumahnya, orang tua Antoni sudah menganggap Elena sebagai putrinya sendiri, orang tua Antoni juga berharap suatu saat nanti Elena lah yang akan menjadi pendamping hidup putra sulungnya.
“Ganggu aja ini bocah,” sungut Antoni.
“Yee ... Cuma ngingetin kok,” jawab Bara—sang adik sambil ngeloyor pergi.
Umur yang tidak terpaut terlalu jauh membuat Bara dan Antoni seperti seorang sahabat, tidak ada rasa canggung maupun rasa sungkan di antara keduanya. Antoni sangat menyayangi Bara. Antoni juga begitu menyayangi Elena, dia akan melakukan apa pun untuk membuat sang kekasih tertawa, Elena lah yang membuat Antoni tidak ingin seperti keluarganya, dan keluarganya juga mendukung keputusan Antoni yang ingin hidup normal seperti yang lainnya. Elena selalu ada di sampingnya, saat ia terpuruk bahkan saat dia sedang marah dengan keadaannya, Elena lah yang mampu menenangkan Antoni. Bagi Antoni, tidak ada wanita sebaik dan setulus Elena yang mau menerima kekurangannya dan kekurangan keluarganya di dunia ini.
“Apa yang sedang kau pikirkan Antoni?” tanya seseorang membuyarkan lamunan Antoni.
Orang itu tak lain adalah Bara adiknya, semua orang menganggap Bara telah mati setelah kejadian yang mengenaskan menimpa keluarga Antoni saat kecelakaan maut itu, tetapi siapa sangka? Bara bahkan sekarang masih hidup dan menyamar menjadi tukang kebersihan di kantor polisi tersebut.
“Aku sedang teringat keluarga bahagia kita dulu,”
“Ya, itu dulu. Sekarang semuanya sudah berubah,” jawabnya sendu.
“Bagaimana dengan Oline?”
“Tenang, keponakanku baik-baik saja.”
“Ku harap demikian,” katanya lirih.
“Kau tidak usah terlalu khawatir, sebentar lagi aku akan membawa Oline pergi jauh dari kota ini,” ucapnya mantap dan penuh keyakinan.
Oline termenung di teras rumahnya, menyaksikan orang berlalu-lalang tanpa sedikitpun menoleh ke arahnya. Pikirannya berkelana, dia bingung harus melakukan apa, dia sudah dikeluarkan dari sekolahnya lalu untuk apa lagi dia bertahan? Toh semua tuduhan dan bukti mengarah kepadanya bukan?
Oline kembali masuk ke dalam rumahnya, ia mencari sebuah tali dan mengikatnya di tiang ruang tamu, kali ini sudah bertekad mengakhiri hidupnya sendiri.
Hampir saja nyawanya melayang tetapi tali yang menjerat lehernya terputus. Oline terjatuh, dengan samar-samar dia melihat seseorang berada tepat di hadapannya.
“Siapa kamu?” tanyanya.
“Kau berniat untuk mengakhiri nyawamu hanya karena masalah yang sepele?” tanyanya balik kepada Oline.
“Bukan urusanmu!”
“Tentu saja ini urusanku, kamu tanggung jawabku!”
“Haha ... tanggung jawab? Bahkan aku tidak pernah merasa mengenalmu,” jawab Oline acuh.
“Siapa kamu? Dan untuk apa kamu kesini?”
“Ayahmu menyuruhku untuk membawamu pergi,”
“Ayah?”
“He’eh”
“Bagaimana kamu bisa mengenal ayahku?” tanya Oline penasaran.
Pasalnya selama ini dia tahu bahwa ayahnya tidak pernah memiliki teman, ayahnya sangat penyendiri dan irit bicara.
“Tentu saja aku mengenalnya, aku dibesarkan bersamanya. Dan tentu saja kita memiliki darah yang sama.”
“Kau ....” Oline menggantung kalimatnya.
“Aku Pamanmu, adik kandung Antoni,” jelasnya.
“Tidak mungkin! Kata ayah pamanku sudah meninggal karena kecelakaan dan mobilnya jatuh ke jurang.”
“Oh shitt ... jadi selama ini Antoni tidak memberitahumu bahwa aku lolos dari kematian?”
Oline menggeleng.
“Jadi kau juga tidak tahu rahasia besar ayahmu?”
Deg!
“Rahasia besar apa?” tanya Oline penasaran.
“Akan kuberi tahu, tapi dengan satu syarat.”
“Apa?”
“Kemasi barangmu dan ikut denganku,”
“Kemana?”
“Kamu ini seperti Ibumu, selalu saja bertanya. Cepat kemasi barangmu dan kita akan segera pergi dari sini,”
“Bagaimana aku bisa percaya kepadamu, sedangkan kita baru berapa menit yang lalu bertemu!”
“Kau berpikir aku pedofil yang suka dengan anak-anak begitu?”
“mungkin saja,”
Bara menarik nafasnya perlahan dan menyerahkan ponselnya kepada Oline, dia memperlihatkan deretan foto masa kecilnya dengan Antoni dan foto pernikahan Antoni serta beberapa foto Oline ketika masih baru lahir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments